15

2.1K 303 32
                                    


Hari mendebarkan untuk Mark akhirnya datang juga. Hari itu lebih mendebarkan dari dirinya waktu sidang skripsi tahun lalu. Juga lebih mendebarkan dari meminta restu ke orang tuanya perihal mau meminang Jaemin.

Hari itu Mark sendiri menghadap ayah dan ibu Jaemin. Tolong digaris bawahi, Mark sendiri.

Di ruang tamu rumah keluarga Jaemin, Mark duduk dengan tegang. Sebelumnya dia sudah melakukan yang seperti ini, tapi kepada Johnny—kakak ipar Jaemin suami kak Chitta.

"Kamu bilang sendiri ke ayah sama ibu. Posisi ku disini cuma kakak ipar Jaemin. Yang lebih berhak ya ayah, ibu sama Jaemin sendiri" begitu jawab mas Johnny waktu itu.

Tapi karena semangat dari mas Johnny juga Mark jadi dengan berani menghadap seperti ini.

"Dengan segenap hati saya, saya ingin meminang Jaemin untuk menjadi istri saya"

Mark sudah bergetar hebat waktu mengatakan itu. Tapi jawaban tidak terduga malah meluncur begitu saja dari ayah Jaemin.

"Bapak kamu kerjanya apa? Ah, bendahara desa ya. Keseringan rapat, bahasanya jadi kaku. Iya nggak apa-apa"

Mark dan lainnya melongo.

Kalau saja yang bicara itu bukan, calon mertuanyanya, mungkin Mark sudah berkata 'jancok' dengan keras di depan mukanya. Bisa-bisanya malah mengomentari gaya bicara Mark yang kaku.

Tapi karena Mark calon menantu yang baik, Mark cuma senyum dan mengangguk. Mengucap istighfar sebanyak-banyaknya di dalam hati.

"Sudah tanya ke Nana-nya? Anaknya mau apa nggak"

Mark beralih melihat Jaemin yang menunduk memainkan jari. Kalau tau begini, tadi Mark terima saja tawaran bapaknya yang mau menemaninya.

"Muka kamu jangan tegang gitu dong" ayah Jaemin lalu tertawa, yang mana malah mendapat cubitan sayang dari ibu Jaemin.

"Gimana Na?"

Jaemin sedikit gelagapan. "Kalau ayah izinin"

"Loh, ayah kan tanya kamu mau apa nggak. Kalau masalah izin gampang"

Ayah Jaemin ini lumayan gokil, menurut Mark. Tapi katanya karena ayah Jaemin ini sering mengantar keluarga yang mau lamaran, ayah Jaemin ini tidak mau suasana lamar-melamarnya menjadi tegang. Mereka itu mau silaturahmi, bukan rapat kenegaraan.

"Aku, mau yah"

Raut muka ayah Jaemin menjadi serius. Mark menjadi was-was kalau nanti tiba-tiba ayah Jaemin menolak.

"Yasudah Mark ajak keluargamu kesini. Kita ngopi bareng-bareng"

Kan

...

Bentar lagi nikahan yey

Seperangkat Alat Tulis [markmin] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang