- Yang terjadi secara tiba-tiba itu banyak ragamnya, termasuk perasaan. Dia selalu menempatkan rasa, di tempat yang sudah mengambil alih, hatinya. -🍒
"Hai, kenalin gue Nina Mauryn. Gue pindahan dari Bali. Semoga kalian bisa berteman baik sama gue." Ucapnya."Yasudah, Nina, silahkan kamu duduk di sebelah Keysha, ya." Titah pak Babam yang dibalas anggukan oleh Nina.
"Ingat! Tidak ada yang berkeliaran di koridor maupun kantin sekolah, paham?" tegasnya sekali lagi.
"Paham, Pak." Setelah kepergian Guru tegas nan kocak itu, ruangan mendadak seperti di bioskop, semuanya kembali ke alam bawah sadar mereka masing-masing.
"Kenalin, gue Rishabel Dylova, panggil aja Abel." Sapa gadis itu tiba-tiba, mengulurkan lengannya.
"Gue, Alin Falena."
"Gue, Keysha Arima."
Nina membalas uluran tersebut, dan merasakan sensasi aroma vanilla dari tubuh ketiganya. "Thanks, semoga gue bisa berteman baik sama kalian." Ucapnya ramah.
"Guys, hey! Mohon perhatiannya sebentar coba, gue ada info nih dari kepala sekolah kesayangan lo pada." Sorak Daren, yang sudah berdiri tegak di depan pintu kelas, memegang beberapa lembaran kertas putih itu, dengan ekspresi yang terlihat seperti membawa berita baik.
"Kita dikasih libur empat hari, buat persiapan camp minggu depan, jadi tolong, selama hari libur dipergunakan sebaik mungkin untuk istirahat, dan persiapan barang yang dibutuhkan. Untuk pembagian grup camp akan gua share di grup kelas nanti malam. And, satu lagi guys, kalian sekarang boleh pulang yuhuuu!" cowok itu langsung menyeret tas dan hoodie hitamnya, dan berjingkrak-jingkrak layaknya anak kecil yang diberi balon, serta berlalu pergi keluar kelas, dan meninggalkan jeritan seisi ruangan.
°°°
Pagi ini adalah hari ketiga setelah masa libur berlangsung. Selama di rumah pun Abel hanya mengisi waktu dengan merawat diri bersama Rashel, berkemas barang untuk camping. Dan kedua hal yang tak pernah bisa dipisahkan. Makan dan tidur. Walaupun begitu, Abel tetap rutin melakukan olahraga untuk menjaga berat badan dan kesehatannya.
Saat ini Abel tengah berada di mini market depan kompleknya, untuk sekedar membeli beberapa cemilan dan barang yang dibutuhkan ketika camping.
Tak terasa sudah berapa lama ia mengelilingi mini market itu, ternyata troli belanjanya sudah hampir menggunung. Alhasil, Abel pun segera menuju kasir untuk melakukan pembayaran.
"Totalnya dua ratus lima puluh ribu kak. Ada tambahan lagi?" tanya seorang mas-mas kasir itu tersenyum ramah.
"Ngga ada, Mas." Jawab Abel sambil mencari letak keberadaan dompet di tasnya, namun nihil. Sudah beberapa kali ia mencari pun tetap tak terlihat wujudnya.
"Ish, mana si tuh dompet, perasaan tadi ada kok. Bentar, ya, Mas. Duh, elah, ke mana lagi larinya. Bikin ribet, deh." Keluh Abel tersenyum canggung, pikirannya berkecamuk. Pasti orang-orang yang mengantri di belakangnya, berpikir bahwa ia seorang gadis yang berpura-pura lupa membawa dompet, agar ada seseorang yang membantunya. Abel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Nih mas, biar saya aja yang bayar." Seseorang di belakang Abel sembari menyodorkan black card nya.
Tapi, sebentar. Seseorang di belakangnya memegang sesuatu yang sepertinya ia kenal. Abel berbalik, dan----
"LO LAGI? JADI, LO YANG NYOLONG DOMPET GUE, HAH?" bentak Abel dengan wajah yang sudah memerah. Sedangkan yang ditatap hanya menyengir tanpa dosa, menampilkan sederet gigi putih mempamerkan lesung pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
As Long As You Love Me [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[PART LENGKAP] Meskipun Alga tahu Abel sering kali membawa pisau lipat di dalam tasnya, bahkan sesekali menggunakannya di saat tertentu. Pria itu semakin menyukai Abel. Tak peduli seberapa keras sifat gadis itu, Alga tetap menyukainya. Juga dengan A...