DELAPANN

160 23 20
                                    

Hanya butuh jutaan detik untuk kamu mendobrak dinding kokoh yang aku buat.

🍒

Perkataan Alga membuatnya semakin dilanda kebingungan. Maksudnya apa? Salah paham bagaimana? Pikiran negatif satu persatu bermunculan di pikirannya.

"Mungkin lo ngeliat gue biasa aja saat ketemu Nina. Karena, emang gue nggak ingin berhubungan lagi sama dia. Tapi, saat gue lihat Nina deket sama lo, gue mutusin buat bersikap biasa aja. Jadi, gue sama Nina udah kenal sejak kecil. Malah, saat mama sama papa udah nggak ada, dan saat itu oma belum bisa dateng, gue tinggal di rumah Nina kurang lebih tiga tahun. Saat itu, orang tua Nina udah anggap gue sebagai anaknya sendiri. Gue nyaman sama keluarga mereka, dan akhirnya gue malah nyaman sama anaknya," ia terkekeh renyah mengingat masa lalunya yang masih saja terngiang.

"Akhirnya, kita mutusin buat pacaran. Waktu itu, nggak ada seorang pun yang tau. Sampe, Nina pindah ke Bali, dan gue tinggal bareng oma. Semenjak saat itu kita lost kontak, dan tiba-tiba Nina ngasih kabar kalau dia minta putus. Sampe sekarang pun gue nggak tau alesan dia mutusin itu karena apa."

Pria itu menghela napasnya, ini rekor pembicaraan terpanjang yang pernah ia ucapkan. Ternyata berbicara panjang lebar itu melelahkan.

Nina menggenggam kedua tangan gadis di sampingnya, masih tersirat kebingungan di wajah gadis itu. Ia mengusap pelan tangan Abel.

"Bel, maaf, ya. Maaf gue nggak dari awal cerita sama lo. Gue cuma nggak mau lo salah paham aja."

"Ck, seharusnya gue yang minta maaf sama lo, Na. Seharusnya gue tau dari awal. Kalo lo masih ada rasa sama Alga gimana? Terus, lo tiba-tiba liat gue jadian sama dia, apa gue nggak nyakitin perasaan lo."

Tuk!

Nina menjitak pelan gadis itu. Bisa-bisanya ia yang meminta maaf. Sudah jelas bahwa dirinya yang tak enak hati tidak berbicara dari awal.

"Ekhm, jadi ada yang nyesel, nih, jadian sama gue." Pria itu mengalihkan pandangannya, menikmati red velvet ice tea yang sedari tadi menunggu untuk melalui tenggorokan keringnya.

"Ih, nggak gitu Al. Gue ngerasa nggak enak aja sama Nina. Lagi pula, gue seneng kalian udah ngomong langsung sama gue. Lega dengernya, gue tadi udah mikir yang aneh-aneh coba."

Gadis itu merasa bersyukur di kelilingi oleh orang-orang yang mencintainya, dan sangat menjaga perasaanya. Karena sebagai manusia, tentunya kita akan merasa bernapas leluasa ketika banyak orang yang mempercayai diri kita. Namun, ada kalanya seseorang bisa berubah. Tidak selamanya yang menjadi tiang akan selalu menompang.

°°°

Alga berbaring di atas kasurnya. Memandangi langit-langit kamarnya, seolah penglihatannya kembali pada momen di mana rooftop Tring Hospital menjadi saksi keduanya.

Di mana, pada saat itu, takdir memberi sinyal dan menyatukan mereka. Waktu yang tak pernah ia duga untuk datang kepadanya. Seorang gadis yang bahkan pernah ia beri sumpah serapah itupun, ternyata menjadi perempuan yang selalu mengisi ruang kosong di pikirannya.

Pria itu menyisir rambut gadis di hadapannya menggunakan jemarinya. Rambut gadis itu seperti sangkar burung, sekarang. Mungkin angin terlalu candu dengan aroma itu. Semerbak harum rambut strawberry dan aroma vanilla tubuhnya menyeruak. Lengkap sudah gadis ini. Hampir sempurna.

"Jelek lo nangis mulu. Cantik-cantik ingusan, kan." Pria itu mengambil sapu tangan di balik jaketnya, mengelap hidung gadis itu tanpa meraka jijik sedikitpun.

As Long As You Love Me [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang