LIMAA

176 28 20
                                    

🍒

Seseorang berdiri tegak menghadap lurus menatap malang pemandangan di hadapannya. Bola matanya memanas sejak tadi, mungkin helaian angin terus menabrak bola matanya, sehingga ia tetap terlihat tegar, ia sekuat tenaga mengeraskan rahangnya, pendengarannya mendengung, seolah ia tak bisa mendengar percakapan keduanya. Lain dengan hatinya, jutaan jarum menusuk tanpa henti, dadanya sesak, menahan semua kegelisahan itu.

"Gue cinta sama lo."

"Gue belum cinta sama lo."

"Tapi, suka?"

"Mungkin, iya."

"Kok, mungkin?"

"Karena, gue nggak mau menempatkan rasa ke orang yang belum dapat gue pastikan perasaanya."

"Jadi, lo nggak percaya sama gue?"

"Emang, zaman sekarang masih ada, orang yang percaya sama omongan aja, tanpa bukti dan tindakan?"

"Oke, sekarang lo pacar gue."

"Al, nggak bisa gitu lah. Gue belum bilang iya."

"Yaudah, bilang."

"Iya."

"Iya apa, Bel?"

"Iya, mulai sekarang lo buktiin semua dengan tindakan lo."

"Semudah itu, lo percaya sama gue?"

"Gue percaya sama lo, Al."

Alga menarik kedua sudut bibirnya membentuk lengkungan. "Jadi, lo pacar gue?"

Abel mengangguk, dan memantapkan wajahnya.

Alga menarik gadis itu ke dalam dekapannya, merasakan kupu-kupu sudah berterbangan di dalam perutnya. Nyaman. Perasaanya lebih tenang saat bersama gadis ini. Ia sedikit menoleh kearah pintu rooftop.

"HEH, RE! Ngapain lo berdiri disitu? Nguping lo, ya?" sorak Alga meregangkan dekapan gadisnya.

Regan? sejak kapan dia di sana. Batin Abel.

2 hari sebelum peristiwa kecelakaan Alga.

"Gue, nggak tau harus bilang apa sama, Alin. Gimana kalau dia tau?"

"Dua tahun, gue simpen perasaan ini, Bel. Apa emang nggak ada tempat buat gue sedikit pun di hati lo?"

"Re, gue nggak bisa buat maksa perasaan gue buat tertuju sama lo. Sedangkan sahabat gue? dia nunggu lo udah setahun. Lo selalu temenin dia. Tapi, apa? Lo cuma manfaatin dia, buat deket sama gue. Tanpa sadar, lo udah bikin dia berharap jauh." Gadis itu memutar tubuhnya, berjalan meninggalkan Regan yang masih mencerna kata-katanya.

Regan tersenyum getir. Ternyata, selama ini ia salah menilai kebaikan gadis itu kepadanya. Mungkin, dirinya lah yang terlalu menempatkan harapan pada orang yang sama sekali tak mengharapkan kehadirannya.

"Woy! Apaan, sih, lo ngelamun gitu?" Regan tersadar dari lamunannya, ketika Alga menepuk pundaknya.

"Hahaha, gue kaget, woy! Setelah sekian lama kerjaan lo cuma bacot doang godain cewek-cewek di sekolah, dan sekarang? Gila, sih, gue salut sama lo. Jangan lupa satu unit motor gue selalu tunggu, hahahaha."

"Gue paham, liat aja besok di garasi lo, si hitam manis sudah menanti, hahahaha."

Keduanya tertawa sangat melengking, tak ada beban yang tampak di wajahnya. Gadis itu tak bergeming, hatinya mencelos. Apa ia jahat sudah membiarkan harapan Regan pupus? Namun, ia tak ingin sahabatnya merasa terkhianati. Lagi pula, ia tak memiliki perasaan apapun kepada Regan.

°°°

Dengkuran halus, terdengar dari diri gadis yang tengah tertidur pulas. Bising karena teman-temannya yang konser di dalam bus pun, tak mengganggu tidurnya.

Hari ini adalah keberangkatan Saturnus School, camping. Sebenarnya Abel tidak tega meninggalkan Rashel, dalam keadaan seperti itu. Namun papanya tetap memaksa Abel untuk mengikuti kegiatan itu.

Guncangan di tubuhnya membuat gadis itu mengerjap, perlahan ia membuka kedua matanya. Ternyata sedari tadi ia bersandar dipundak Alin.

"Em, apa, sih? Gue masih ngantuk, Lin."

"Lo masih terus tidur di sini? Yang lain udah pada turun, tuh." Sahut seseorang di sebelahnya. Namun, itu bukan suara Alin.

Gadis itu mendongak, dan mendapatkan kekasihnya sudah menyengir kearahnya.

"Al, sejak kapan lo di sini?"

"Sejak---lo tidur lah."

Gadis itu menatap Alga malas, ia langsung membawa barang-barangnya, dan segera menyeret Alga turun dari bus.

Seseorang dibalik bus, menatap kepergian mereka dengan mata memanas.

Jadi, mereka pacaran? Batinnya.

Tbc

__________

Kalian, ngeship Regan-Abel
Atau
Alga-Abel?





As Long As You Love Me [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang