TUJUHBELASS

96 11 2
                                    

Kedua kakinya tak kuasa lagi menompang tubuhnya. Gadis itu terlalu sensitif dengan kata-kata perempuan tadi. Abel terduduk begitu saja ketika Alga menarik lengan Nina yang entah membawanya kemana.

"Kak Ashel, bawa gue ngejar mereka cepet." Ucap Abel yang sudah mengeluarkan pisau lipat dari saku belakang jeans-nya. "Anjir kenapa gue lemah banget, sih, gara-gara itu cowok." Keluhnya lemas.

"Lah?!" Rashel menoyor pelan pelipis Abel. "TANGAN KOSONG KALAU BERANI! Sempet, ya, lu ngeluarin senjata." Sorak Rashel penuh kesal.

"Gue harus cari tau pokoknya. Daren! Gue harus temuin dia."

"Gue bantu, Bel. Lo jangan gegabah. Sekarang
Kita pulang." Tahan Rashel.

°°°


Gadis itu menghempaskan tangan pria itu secara kasar. Pergelangan tangannya memerah. Ia menatap datar pria yang sedang bersandar di tembok, sambil bersedekap serta menatap dirinya tajam.

Pakaian serba hitam yang dikenakan pria itu membuat semakin besar kharisma yang ia pancarkan.

"Lo balik ke sini, cuma mau bilang gitu?" Alga mengangkat satu alisnya. "Gue nggak pernah, ya, nyentuh lo, Na." Ucap pria itu menekankan perkataannya.

Gadis itu mengusap wajahnya kasar. Menjambak rambutnya dan mengerang, melampiaskan emosinya. "Lo mabuk waktu itu, Al. Saat itu gue pergi, karena lo nggak pernah menghargai gue. Ucapan lo yang bilang kalau lo sayang sama gue, itu hanya sekedar kata, yang bahkan lo sendiri nggak paham sama maknanya. Sampai pada akhirnya gue pergi untuk berusaha ngelupain, lo. Dan menganggap sepele hal ini. Sekarang baru gue sadar. Kehilangan--sesuatu yang berharga itu bukan hal yang sepele."

Pria itu tak berkutik. Hanya matanya yang bermain menatap gadis itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Selanjutnya, ia berdecih dengan smirk di wajah tampannya.

"So? Lo nerima aja saat itu?" celetuk pria itu sinis. "Gue--nggak pernah--nyentuh lo!"

"Berengsek lo, Al." Gadis itu sudah tak tahan akan ucapan timbal balik dari pria watados itu. "LO NGGAK AKAN INGAT SEPENUHNYA, KARENA LO MABUK!" pekiknya tepat satu jengkal di hadapan wajah pria itu.

"Buktiin." Singkat, padat, dan jelas ucap datar pria itu.

"Dokumen yang menyatakan bahwa itu anak lo masih gue simpen." Jawab dingin gadis itu.

Deg.

°°°


Hari ini Rashel dan anggota bickford lainya sudah memenuhi sirkuit milik mereka. Banyak yang bertanya-tanya, soal Rashel yang sangat membara hari ini. Dengan sangat tiba-tiba ia menantang bertanding dengan ketua bickford itu.  Biasanya orang lain lebih baik menghindari Alga, karena mereka pun tahu, siapa yang akan memenangkan pertandingan itu.

Gadis itu sudah siap bertengger manis diatas motor hitamnya. Ia melihat pria itu masih mengenakan pakaian yang sama dengan yang semalam.

Gue emang sempat benci sama Abel. Tapi, sekarang gue nggak akan ngizinin siapapun untuk bermain-main sama dia. Batin Rashel.

Derum motor yang saling bersautan mulai memenuhi sirkuit itu. Riuh dari penonton yang tak lain adalah anggota bickford itu sendiri mulai terdengar nyaring. Ada yang menyorakkan nama ketua mereka, dan ada juga yang menyorakkan nama si gadis satu-satunya bickford.

Saat ini, Yang menjadi posisi pertama tetap Alga. Gadis itu membiarkan hal itu terjadi. Sampai pada akhirnya 100 meter mendekati garis finish, Rashel menaiki kecepatannya. Alga yang melihat itupun terkejut, dan mulai tersaingi oleh Rashel.

As Long As You Love Me [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang