DELAPANBELASS

121 13 2
                                    


Ruang kamar Abel malam ini ricuh akan keingin tahuan Keysha dan juga Alin. Abel menceritakan semuanya tanpa terkecuali. Lembaran tissue berserakan, akibat Keysha yang sangat sensitif dan mudah menangis. Berbeda dengan Alin, ia terus menggerutu kesal mendengar cerita mengenai Alga dan Nina.

"Kan, bener dugaan gue sejak awal. Gue emang lupa-lupa inget sama mantan Alga yang waktu itu tiba-tiba ngilang katanya. Jadi, si Nina kutu kupret itu." Kesal Alin.

"Gue, sih, fine-fine aja dari waktu yang Nina bilang ke lo, Bel. Soal dia mantannya Alga. Gue kira awalnya emang baik tuh anak." Lanjut Keysha.

"Kenapa sulit rasanya menjadi seseorang yang bertahan ditengah-tengah sebuah pengkhianatan." Ucap Abel lesu. Namun tak mengalihkan pandangan dari kedua sahabatnya.

08xxxxxxxxx
aku gelisah.

08xxxxxxxxx
Akan kembali atau menyudahi?

08xxxxxxxxx
tidur, kamu pasti lelah.

Seketika gadis itu membanting ponselnya asal. Ia sangat sudah muak dengan notifikasi tersebut.

"Bel, sabar elah. Ngeri gue ngeliat lo ngamuk-ngamuk gitu." Keysha bergidik melihat kelakuan random Abel.

"Heh, lo berdua sini dengerin gue. Gini, ya, menurut artikel yang gue baca. Coba, deh lo gabungin semua pesan yang dikirim sama tuh orang. Terus lo gabungin setiap kata pertamanya."

Abel mengernyit. "Artikel abal-abal itu yang lo baca."

"Euh, somplak, ya, lu." Alin menoyor pelipis Abel kesal.

°°°

Ting!

Abel terbangun dari tidur lelapnya. Ia mengambil ponsel di atas nakas. Dan menetralisir cahaya ponsel yang sangat menusuk di keadaan gelap.

02.20 Am.

08xxxxxxxx
disebelahmu ada siapa?

Deg!

Abel tak bergeming. Ia terus menatap layar ponsel itu. Tak benar-benar melihat. Hanya menatap kosong, dan memikirkan perkataan Alin semalam. Otaknya mengotak-ngatik setiap pesan yang ia terima dari beberapa hari lalu.

Kamu harus? Um, harus? Kamu harus menerima konsekuensinya. Batin Abel.

What?

Kamu harus menerima konsekuensinya. Satu malam, aku akan tidur disebelahmu.

Deg!

Jantungnya berdegup kencang. Ia sedikit menolehkan pandangannya ke arah samping dirinya.

Tepat sekali. Ada seseorang di sana.

Gadis itu meraih saklar lampu di sebelah nakas. Namun, belum sempat menyalakannya. Seseorang itu yang kebih dulu melompat dan mencekik kuat lehernya.

"Akh.. lepass..lepas." Ringisan gadis itu terdengar samar. Cekalan di tangan kanannya pun terasa panas.

Seseorang itu meraih saklar lampu. Dan..

"Mbak..Am..my?" gadis itu terkejut bukan main.

"Ck. Kamu ingat dengan Pio Bastara, anak manis?" nada suara wanita itu terdengar parau, sesekali ia mengelus pelan pipi gadis itu.

"LO SIAPANYA PIO, HAH?" Abel memekik, dan berusaha memberontak dari cekalan itu.

"LO YANG BIKIN ANAK GUE MATI! DENGAN SEENAKNYA LO PERGI TANPA MENGUCAPKAN KATA MAAF SEKALIPUN." Wanita itu terlihat sangat mengerikan. Urat di wajahnya pun sangat jelas terlihat. "NYAWA HARUS DI BAYAR DENGAN NYAWA!"

As Long As You Love Me [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang