SATU (Juan Aditya)

500 27 7
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak!

Happy Reading Readers❤
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Juan Aditya. Merupakan idaman para wanita diluar sana berkat ketampanannya dan kesuksesannya dalam menjalani usahanya yang semakin suskes saja dan terkenal di berbagai negara.

Tahun ini Juan berumur 27 tahun. Tapi ada yang kurang. Pasangan. Semenjak kematian Kania, Juan semakin tertutup bahkan dia tidak ingin menikah karena trauma akan kejadian yang kelam.

Juan menghela napas lelah saat melihat berkas-berkas yang bertebaran di meja kerjanya. Juan mengusap pelipisnya, setiap hari Juan harus berhadapan dengan kertas putih yang makin hari makin menumpuk saja.

"Selamat ulang tahun Juan"

Juan mendongak kepalanya lalu tersenyum tipis.

"Hm"

"Singkat amat," ketus Bunga

"Suamimu dimana?"

"Dia_"

"Happy birthday broo," ucap Alan santai

Alan dan Bunga. Kedua pasangan ini resmi menjadi suami istri 2 bulan yang lalu dan kebahagiaan mereka semakin lengkap karena Bunga hamil 3 minggu yang lalu, membuat Alan menjadi suami protektif bagi Bunga.

"Hm"

Alan menghela napas dan menatap Bunga disampingnya lembut.

"Ada yang ingin kubicarakan dengan Juan"

"Baiklah tapi jangan lama-lama"

"Iya"

Setelah melihat Bunga keluar Alan menatap Juan tajam.

"Berhenti menatapku seperti itu"

"Lo udah tua Juan saatnya lo cari pendamping"

"Pendamping gue di kuburan"

BRAK

"Juan sadar! Kania udah bahagia disana! Saatnya lo buka hati"

"Alan! Bagi gue Kania adalah segalanya"

Alan menghela napas kasar. "kalo lo ketemu seseorang gimana? Apa yang lo lakuin? Jauhi dia? Kek lo lakuin ke Kania dulu"

Juan mengepalkan kedua tangannya berusaha menahan emosinya agar tidak keluar. Sungguh ucapan Alan benar-benar pengaruh dalam dirinya.

"Itu bukan urusan lo"

"Sudah kuduga lo bakal bilang kek gitu"

Juan mendengus kasar dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

"Besok datang ke rumah gue"

"Buat apa?"

"Pokoknya datang. Lo gak datang gue jual nih perusahaan"

"Shit!"

Alan tersenyum miring. "jangan lupa Juan gue juga salah satu pendiri perusahaan ini"

"Tapi gue yang pemilik aslinya," balas Juan

Alan mengangguk. "Datang ya besok. Gue tunggu"

"Hm"

BLAM

Juan menghela napas kasar. Pendamping? Juan masih trauma akan hubungan.

"Merepotkan," gumam Juan

JUAN AND BULAN

Juan menyeka keringat yang memenuhi dahinya. Juan menatap nisan itu dengan tatapan kosong? Entahlah, tatapan dan perasaan Juan sulit dibaca.

"Sialan," umpat Juan

Perkataan Alan terus terngiang dalam benaknya. Pendamping? Juan belum siap dalam menjalani hubungan ditambah penyesalan yang dibuatnya membuat Juan semakin enggan dalam mencari sosok yang pas untuknya.

"Kania, gue cinta sama lo. Sangat"

"Gue rindu sama lo"

"Perasaan ini...semakin menjadi setiap kali gue mengingat kenangan itu"

"Gue menyesal sayang"

Juan tidak mampu berbicara lagi. Juan menundukkan kepalanya, airmatanya terus mengalir tanpa henti. Perasaannya campur aduk. Mengingat keegoisannya membuat Juan ingin sekali memperbaiki kesalahannya, namun orang yang dicintainya telah pergi untuk selama-lamanya. Sungguh miris, bukan? Sangat miris.

Kedatangan Kania dalam hidupnya membawa kesan damai dan aman. Seolah-olah Kania adalah penenang dalam hidupnya.

Juan bangkit berdiri dan menatap nisan itu sendu. Juan beranjak dan pergi dengan langkah yang penuh penyesalan.

Entah sampai kapan Juan akan seperti ini, yang pasti akan ada seseorang yang dapat mengubah kehidupan Juan lebih berwarna.

JUAN AND BULAN

"Astaga! Demi mimi peri yang jatuh dari got Kak Bunga makin cantik aja"

Bunga menggelengkan kepalanya dan menatap gadis itu tajam. "iri bilang bos!"

"Heee...ibu hamil lebih baik tidur"

"Bulan," tegur Alan

"Hehehe, maaf Kak Alan"

"Kamu darimana aja? Kenapa baru pulang?" Tanya Alan lalu duduk di samping Bunga yang sedang menonton berita

"Dari bar terus_"

"APA!"

Bunga mengusap bahu Alan lembut. Alan mendengus dan menatap Bunga.

"Sayang ke kamar ya nanti aku nyusul"

"Baiklah"

"Siying ki kimir yi ninti iki nyisil," ejek Bulan

Alan menghela napas kasar. "Ngapain kamu di bar?"

"Aku cuma penasaran aja. Kata sahabat aku kalo bar itu tempat yang bagus jadi aku pergi ke sana dan ternyata, itu tempat menjijikan"

"Lainkali jangan gitu ya, aku gak suka kamu pergi ke tempat itu. Itu tempat gak baik," tegas Alan

"Aku janji gak ke tempat itu lagi. Maaf"

Alan mengusap kepala Bulan lembut. "sekarang kamu tidur bocil"

Bulan melepaskan tangan Alan dengan kasar dan menatap Alan tajam.

"Aku udah besar Kak jadi jangan atur hidup aku!"

Alan terkekeh melihat sikap Bulan yang seperti anak TK.

"Ck, aku tidur dulu," sinis Bulan

Alan menghela napas. Melihat Bulan sama seperti melihat Bunga dan Kania. Sifat kedua orang itu menurun pada Bulan. Tapi ada yang beda, Bulan itu mempunyai kebiasaan yang buruk. Bulan sering menggoda cowok-cowok tampan bahkan Bulan pernah meminta no wa. Memang gadis yang bar-bar.

Sedangkan ditempat lain terdapat Juan yang sedang rebahan di ranjangnya sambil memikirkan ucapan Alan.

"Pendamping? Hubungan? Wanita? Ck, semuanya merepotkan," gumam Juan

TBC

Yuhuuuuu

Huftttt.....sorry ya kalo cerita ini agak pendek:(

Readers bisa bayangin gak kalo misalnya sih Juan sama Bulan itu ketemu? Pasti bakal seru loh😂ditambah Bulan yang suka goda cowok-cowok😂😂

See youuuuuu Readers❤

Juan and Bulan (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang