nara flashback

86 15 0
                                    

"jika takdir tidak memperbolehkan ku dengan mu, bolehkah aku membenci takdir?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"jika takdir tidak memperbolehkan ku dengan mu, bolehkah aku membenci takdir?"

Nara POV

•••

Tak ada alasan khusus mengapa aku mencintaimu, bahkan aku sendiri pun tidak mengetahui apa alasan perasaan ini tumbuh. Aku sering bertanya-tanya kepada diriku sendiri, apa pertemuan itu berkesan? mengapa aku menaruh perasaan kepadanya? apa yang spesial darinya? aku tak pernah mengetahui alasan tepatnya.

Di malam itu entah mengapa semuanya terasa berbeda, mungkin karena lingkungan baru, suasana baru, dan bahkan kehidupan baru. Hari itu aku merasa jauh lebih senang dari biasanya, terlepas dari akhirnya aku bebas dari ikatan yang mama buat untuk ku, dan akhirnya tali itu bisa aku lepaskan untuk beberapa saat, kurasa begitu.

Malam yang sunyi di hari itu, perasaan ku sangat senang. Hingga membuat jalan ku lebih cepat dari biasanya, dan mungkin hal itu yang membuat kantung keresek yang dipenuhi makanan yang baru saja ku beli terguncang-guncang, hingga membuat kantung kereseknya robek.

Aku sempat kesal beberapa saat, karena tak tahu harus bagaimana membawa semua makanan yang berserakan ini sementara kantung keresek nya sudah robek.

Saat tengah fokus memunguti belanjaan yang berserakan, sebuah sepatu dengan warna putih yang dominan berjalan melewati ku. Hal itu membuat mata ku reflek melihat ke arah orang yang berjalan tersebut.

Laki-laki dengan tubuh tinggi, dan kacamata yang ia pakai tampak berjalan melewati ku begitu saja tanpa melihat kearah ku yang tengah kesulitan. Dia memakai seragam yang sama dengan yang akan ku pakai esok hari, jadi aku berpikir mungkin dia akan satu sekolah dengan ku nanti.

Tak menunggu lama, aku pun memanggilnya. Meski sebenarnya aku sempat terkejut karena untuk pertama kali nya aku merasa di abaikan. Dulu biasanya semua orang sangat sigap membantu ku meski aku tak pernah memintanya, bahkan aku tau mereka melakukan hal tersebut dengan terpaksa dan hanya ingin terlihat dekat dengan ku. Entah mengapa aku merasa terpukau beberapa saat tanpa tahu alasannya mengapa.

Saat dia berbalik menghadap ke arahku, lagi-lagi untuk pertama kalinya aku merasakan detak jantungku berdegup sangat kencang. Mengapa dan kenapa aku pun tak mengetahui alasan nya kenapa. Apakah aku menyukainya? tapi mengapa begitu saja. Bahkan tidak ada hal romantis yang terjadi seperti di drama-drama yang aku lihat. Mereka slalu jauh cinta karena adegan-adegan romantis yang terjadi begitu saja,namun itu tidak terjadi apa-apa. Lantas apakah ini cinta? apakah aku menyukainya. Bahkan saat itu aku tak sadar melamun untuk beberapa saat, dan lamunan ku terpecahkan oleh sinar lampu jalan yang terpantul dari kaca matanya.

Sejak pertemuan itu entah mengapa aku menjadi lebih sering bertemu dengan nya, mungkin karena takdir yang slalu mempertemukan kita. Hanya saja dia seperti sebongkah es di kutub utara, tidak mudah mencair. Mungkin harus menunggu beberapa periode tahun untuk menunggu nya mencair.

Dia slalu mengacuhkan ku ketika berada di kelas, di perjalanan pulang dan bahkan dimana pun itu. Ya memang terkadang dia menjawab pertanyaan ku, namun sangat membutuhkan usaha untuk mendengar jawaban darinya.

Kalo saja dia tak sesulit itu untuk di ajak bicara mungkin aku sudah mengetahui lebih banyak hal tentangnya, karena jujur saja aku sangat ingin mengetahui banyak hal tentangnya. Bahkan aku sudah membuat note setiap hal yang ingin aku tanyakan padanya.

Menarik bukan, bahkan ada yang sudah ia jawab.

Masih ingat dengan hari dimana dia di pukuli oleh kak Jeonghan tempo hari, kalo boleh jujur sebenarnya aku cukup kesal kepadanya. Mengapa dia tak melawan perlakuan kak Jeonghan dan teman-temannya? Kenapa dia hanya diam saja ketika di pukuli? Ya, mungkin dia juga tidak tahu apa-apa, hanya saja tidak salah bukan jika dia melawan untuk melindungi dirinya sendiri. Tapi mau bagaimana lagi, itu semua sudah terjadi. Hanya saja aku berharap dia bisa lebih melindungi dirinya sendiri.

Satu hal lagi, mengapa harus ada dia di saat aku di jodohkan dengan orang lain dan bahkan itu adalah kakaknya. Mungkin kah ini memang takdir tuhan agar aku bisa lebih mengetahui tentangnya. Mungkin saja bukan? Meski aku sempat berharap bahwa dia yang akan di jodohkan dengan ku.

Pikiran ku kali ini memang tengah dipenuhi dengannya, mungkin karena perasaan ku juga atau mungkin karena masih banyak pertanyaan yang berenang di kepala ku dan belum menemukan jawaban nya. Aku tidak tahu apakah perasaan ini akan terus tumbuh atau akan perlahan memudar karena terus di abaikan sang tuan. Aku pun tak tahu, mungkin bagaimana takdir akhirnya nanti.

°°°

ini cuman seputar flashback dari perasaan dan pikiran Nara tentang Wonwoo, biar kalian tahu juga bagaimana sudut pandang dari Nara. Semoga kalian suka cerita nya dan setia nunggu update an cerita ini.Jangan lupa tinggalin jejak ya.

with love
-mugglefindor-

N O T I C E M E [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang