KABUT : Lepas

84 15 17
                                    

"Apa aku benar-benar udah gak punya kesempatan? Sama sekali?"

"Mungkin."

"Mungkin?"

"Mungkin ada, but not in this life dan bukan sama saya."

- Dari Jakarta penuh harap untuk Bandung -


Maudy masih berada di Bandung bersama Thala dan Azriel—serta Saga yang dilupakan hadirnya. Keempat orang itu memutuskan untuk menghabiskan sisa waktu hari untuk rebahan di hotel. Saga sih tadinya mau ajak ke rumahnya kalau saja tidak ada duo curut yang ngikut. Miminya mungkin senang kedatangan anak-anak kelebihan dosis seperti Thala dan Azriel, tapi nasib pedekatenya dengan Maudy dipertaruhkan.

"Duh, gila deh." Thala baru masuk kamar hotel sudah mengumpat. "Padahal gue cuman duduk terus ngemeng selama di stadion tadi, berasa banget deh lemesnya."

Maudy tidak menanggapi, sibuk membongkar muatan seperlunya dan menata ke lemari. Rencananya, dia akan menghabiskan satu minggu di hotel ini selama di Bandung. Apartemennya sedang ada perbaikan listrik dua hari dan tidak mungkin dia ajak Thala ke sana.

"Dy."

"Hm."

"Lo kok bisa kepikiran ngajak gue sama Acil? Padahal lo kan orangnya anti banget sama kerusuhan." Thala berguling ke kanan – ke kiri di atas kasur, persis anak kecil. "Sementara gue sama Acil yaa... lo tau sendiri gimana. Kaya diskotik campur konser, rame."

"Ya emang itu tujuannya gue ngajak kalian," sebut Maudy santai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya emang itu tujuannya gue ngajak kalian," sebut Maudy santai. "Gue sama Saga butuh keramaian kalian."

Thala tertawa, tanpa alasan pasti. Saga? Kayaknya ada dia aja udah bisa memporakporandakan satu Jawa Barat. Dia berpikir bahwa ada sesuatu yang pasti terjadi di antara keduanya dan itu serius.

"Is there something bothering you? Karena Saga atau hal lain mungkin?" tanya gadis berambut pirang terang itu, berupaya jadi teman yang perhatian. "Gue gak maksa lo gelar wicara seputar hal pribadi sekarang loh ya, nanya tok tenanan iki."

Tangan Maudy berhenti menata baju. Tiba-tiba tenggorokannya terasa kering kerontang. Meliaht Maudy bersikap beda, Thala segera merubah posisi menjadi duduk di atas kasur. Kakinya ditekuk dan dipeluk erat. "Tapi kalo liat reaksi lo, kayaknya harus cerita sekarang deh."

💐💐💐

Sesi gelar wicara perihal hal pribadi seperti yang Thala nantikan benar-benar terjadi. Maudy menceritakan dari awal—pertemuannya dengan Dean di proyek hotel dan Mall Ditto—hingga akhir—cerita Elang soal Rahma. Awalnya, dia rasa tidak mungkin memberi tahu semuanya ke Thala yang notabene sepupu Dean. Terlalu beresiko.

Lalu, dia teringat ucapan Ashita kemarin. Dia tidak seharusnya menyalahkan diri sendiri perkara Dean yang tengah konflik dengan Rahma. Itu urusan mereka, karena yang punya hubungan mereka berdua. Kalaupun memang iya penyebab keretakan hubungan keduanya adalah Maudy, toh dia tidak tahu apa-apa. Bukan salahnya.

S E N A N D I K A | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang