KABUT : Jujur

88 14 29
                                    

"Gue takut, Ga."

"Takut apa lagi?"

"Gue takut kalo gue jujur, makin banyak orang sakit hati."

"Jujur itu akan seribu kali nyakitin dari manisnya kebohongan, tapi akan lebih melegakan dibanding after effect kebohongan yang bisa bertahan lebih dari seribu tahun."

- Dari Saga via chat dengan sohib



M A U D Y

Ratusan langkah gue lalui. Berbagai cara dan upaya gue lakukan. Semuanya demi menjauh dari Eyan. Gue harus pergi dari apa yang akan dan telah menyakiti gue.

Teh Lian—kakak sulung gue—pernah bilang, "Second chances are not given to make things raight, butare given to prove that we could be better even after we fall." Jadi mulai sekarang, I decided to let go and saying goodbye to all the things causing heart ache.

Dan menjauh dari manusia bernama Andrean Seta adalah salah satu hal yang harus gue lepas supaya gak sakit hati.

Untuk apa-apa yang sudah dia lakukan dulu ke gue, sudah gue maafkan juga gue gak akan ungkit lagi. Itu udah berlalu. Cuma memang perasaan sialan gue yang terikat erat dengan kenangan sama dia... bikin rumit. Ditambah pekerjaan yang mengharuskan kami ketemu hampir setiap hari.

Gue sampai hampir dibuat lupa... lupa kalo Andrean Seta bagian masa lalu yang haurs gue koyak atau buang sehingga gak menghancurkan perasaan dan hidup gue kesekian kalinya.

"Dy, apa aku benar-benar udah gak punya kesempatan? Sama sekali?"

Tawa sarkas menyedihkan keluar dari bibir gue yang terpoles lip cream cokelat malam ini.

Aku menawarkan kesempatan buat kamu, Eyan. Dulu, dulu waktu kamu mutusin buat mengakhiri hubungan kita.

"MAUDY!"

Tiiin!


💐💐💐


D E A N

"Mas." Sepasang netra cokelat gelap menatap saya, menanti penjelasan atas apa yang sudah dia saksikan sejak tadi.

Rahma Nabillah. Pacar saya datang ke Bandung dan dia menyaksikan perdebatan saya dengan Ody di luar restoran tadi. Semuanya.

"Kamu ke sini sama siapa?" tanya saya tidak tahu malu. "Udah makan?"

Rahma memijit pangkal hidungnya, kebiasaan kecil menandakan dia pusing. "Ody... Kamu... aku cuman tau kalian pernah pacaran waktu dia SMA dulu. is there something I've been missing about both of you?"

Saya tidak bisa menyangkal juga tidak mampu berkata sejujurnya. Selama ini Rahma benar-benar memaklumi saya sebagai pacarnya.

Ketidakpedulian saya waktu dia menelpon puluhan kali saat saya sedang meeting bersama Ody, ketelodoran saya saat tanpa sengaja lupa ulang tahun Rama, dan kebohongan saya yang mulai membukit demi menghindari Rahma dan malah menghabiskan waktu dengan Ody.

"Jelasin semuanya, Mas." Rahma menggenggam kedua tangan saya, memohon. "Aku akan maafin kamu, seperti biasa. Kamu gak usah khawatir."

Bukan itu, Ra.

Bukan maaf kamu yang saya khawatirkan, tapi bagaimana hati kamu akan berubah terhadap saya. Betapa kecewanya kamu setelah tau Andrean Seta yang selalu kamu banggakan ternyata hanya lelaki brengsek.

S E N A N D I K A | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang