KABUT : Curna

92 15 47
                                    

“Why does tragedy exist? Because you are full of rage.

Why are you full of rage? Because you are full of grief.

When trust is broken, sorry means nothing.”

- From the bottom of someone's hurted heart

M A U D Y

Gue gak pernah menyangka jika suatu saat nanti harus merasa canggung atau ingin melenggang pergi waktu secara gak sengaja bertemu kawan yang sedekat udara bagi gue.

Tapi, yeah here we go. Rahma dan gue, bukti nyata dari prasangka yang gak pernah gue sangka.

“Lo kenal Kak Saka di mana, Dy?” Kalimat tanya pertama yang lolos dari birai Rahma setelah sepuluh menit dilanda keheningan yang suram.

“Jujur aja, gue hanya kenal Jayen dan Ajun di sini karena dulu dia senior gue di BEM Univ dan Ajun temen deket Saga. Terus karena gue gak bisa biarin anak itu sendirian ke sini dengan suasana hati yang gak pasti, jadi gue ikut.” Tangan gue tergerak untuk menyodorkan Rahma tisu. “Nih.”

Matanya menatap tisu yang gue berikan, gue gak tau apa maksudnya. Terlalu tumpah ruah.

“Lo keliatan butuh ini,” ujar gue lagi. “What’s going on, Ra?”

Kali ini, sepertinya gue akan dikutuk malaikat dan seisi langit karena keliatan kaya antagonis yang lagi pura-pura baik. Tapi beneran, gue gak mau menduga-duga bahwa Rahma tau apa yang terjadi antara gue dengan Mas Dean atau dia bertengkar sama Mas Dean karena gue.

Murni, gue benar-benar khawatir liat Rahma jadi sediam dan sekelam sekarang.

“Aneh denger lo tiba-tiba nanya gitu,” sahutnya pelan. Aduh, sekarang dugaan gue tadi berasa valid. “Sebulanan kemarin lo sibuk terus sih, jadi gak sering cerita-cerita lagi sama gue dan Aci.”

Tadi Saga sempet cerita—diceritain sama Jayen sih sama temennya yang namanya Brian juga—kalo abangnya Ajun yang meninggal semalam bisa sesukses dan selurus itu jalan hidupnya karena satu cewek. Pas Jayen kasih unjuk fotonya gue sama Saga kaget.

Fotonya Rahma sama Alm. Saka.

“Maaf, Ra.”

“Ya ampun, maaf buat apa sih, Dy?” tawa Rahma terlalu menyakitkan didengar. Dia jelas gak lagi baik-baik aja.

“Buat salah dan sakit yang lo rasa karena gue, Ra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Buat salah dan sakit yang lo rasa karena gue, Ra.” Helai rambut gue yang jatuh segera gue selipkan ke belakang telinga. “Buat hal-hal yang gak seharusnya lo terima. Gue minta maaf.”

Kata-kata Saga tadi pagi terputar ulang di ingatan gue.

Jujur itu akan seribu kali nyakitin dari manisnya kebohongan, tapi akan lebih melegakan dibanding after effect kebohongan yang bisa bertahan lebih dari seribu tahun.

S E N A N D I K A | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang