AWAN : Badong

102 14 33
                                    

“Kita berdua adalah kesendirian yang sempat tertunda. Takdir terlalu lucu untuk ditangisi.

Maka, kali ini rengkuh saja sepimu beserta sisa-sisa perasaanmu yang mencekam; bersama dinding-dinding perasaanmu yang mulai runtuh.

Perlahan terbunuh. hingga perlahan-lahan kau ikut riuh dalam tangis paling embuh.”

- Serein

Katanya kalau rahasia terungkap itu bisa membuat hati tenang dan hidup lebih mudah dijalani. Tetapi mengapa Rahma merasa hatinya justru lebih sedih dan hidupnya jadi berat.

Ah, soal Dean dia sudah cerita kepada bunda.

Sejak kecil, orang tuanya selalu mengajarkan keterbukaan akan persoalan yang Rahma dan Rama alami agar lebih lega dan mereka bisa mendapat solusi yang baik.

Jujur, bunda tentu benar-benar tidak menyangka jika Dean yang sudah dianggap sebagai anak sendiri bisa berbuat demikian.

Kalau dia memang masih menyukai Maudy—bunda tau Maudy karena pernah pajamas party dulu pas kuliah di rumah mereka—kenapa menjalin hubungan dengan anak gadis satu-satunya?

Baik bagi Rahma atau Maudy, hal ini tidak adil.

“Terus Ody responnya gimana, nak?” tanya bunda lembut dan pelan tapi sambil nahan emosi.

“Ody keliatannya gak punya perasaan ke Mas Dean, bun. Yang Rahma tau juga dia deket sama Saga dari dulu cuma gak pernah pacaran,” terang Rahma. “Kemarin dia bahkan berusaha nyadarin Mas Dean dengan nyebut Rahma pacarnya yang harus dihargai.”

Bunda menghela napas, agak lega sebab perselingkuhan yang dia duga tidak dua arah. Ini murni keburukan dari Dean seorang.

Mungkin hal ini terjadi juga karena dua orang itu dipertemukan tiba-tiba dalam pekerjaan yang memakan jangka waktu lama, hampir setiap hari pula.

Namun tetap saja sebagai perempuan juga ibu, apa yang dilakukan Dean tidak bisa dimaklumi atau dimaafkan dengan mudah.

“Kamu yakin mau break aja sama dia, Ma?”

Rahma langsung memandangi bundanya. Ada sorot kekhawatiran dan takut di sana. “Kenapa bunda nanya gitu?”

“Bunda khawatir,” sahut bundanya jujur. “Bunda khawatir dan takut kalau Dean bakal mengecewakan kamu seperti ini lagi. Kamu perempuan, anak yang bunda dan ayah selalu jaga juga sayang. Mana mungkin kami rela lihat kamu disakiti, nak?”

“Bun,” ujar Rahma berusaha untuk tidak kembali menangis. “Mas Dean itu manusia, Rahma juga. Selama ini, Mas Dean gak pernah nyakitin atau ngecewain Rahma sebesar sekarang. Dia selalu ngalah dan berusaha bikin Rahma nyaman dalam segala situasi.”

“Insiden kemarin... Rahma... Rahma akui itu benar-benar bikin hati Rahma terluka. Tapi apa adil kalau langsung udahin hubungan setelah semua yang Mas Dean lakuin untuk Rahma dan orang-orang yang Rahma sayang?” Dara bermata kucing itu melanjutkan, “Setiap orang layak untuk dapat kesempatan kedua, bun. Rahma pasti bisa memaafkan Mas Dean tapi butuh waktu, makanya kami harus break.”

“Nak.”

”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
S E N A N D I K A | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang