AWAN : Luruh

123 18 26
                                    

“She was so deeply in love with you.
You always cared about someone else,
And not the one that mattered.

She loved you so much
And you took it for granted.

She lit herself on fire to keep you warm.

And judging by the way you treated her, it was only a matter of time
Before her flames went out.”

- Rahma 'salty' Nabillah.

R A H M A

Dulu, setelah putus dari Jiel, gue sempat berpikir untuk gak berpacaran lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dulu, setelah putus dari Jiel, gue sempat berpikir untuk gak berpacaran lagi. Gue terlalu takut membuat rasa cinta menjadikan seseorang bisa bertindak kelewatan dan hilang akal. Seperti Jiel ke Kak Saka dulu.

Kemudian di kuliah, ada beberapa kaum adam yang berusaha approach atau bisa dibilang mengejar gue. Tapi pemikiran soal ‘akibat rasa cinta yang berlebihan’ itu masih menekan hati gue, jadi gak ada satupun di antara mereka yang berhasil.

Sampai gue ketemu dua laki-laki yang cukup populer—gak, populer banget malah haha—di fakultas Teknik dan Universitas. Karena mereka sahabatan dan kebetulan dua-duanya pintar dan punya wajah sedap dipandang.

Pandu Pradipta dan Andrean Seta.

Kak Pandu sebagai Kadept gue di BEM Univ, Mas Dean sebagai kating gue di jurusan.

Dunia benar-benar sempit dan rumit karena gue terus terjerat dengan mereka. Ya, gue pernah menyukai kak Pandu sebegitunya. Sebegitunya yang gue maksud di sini yaa.. Suka yang bener-bener suka sampai semua yang gue lihat pada dirinya hanya kebaikan.

Sayang, rasa gue kembali luruh ke tanah.

Kak Pandu yang gue kagumi dan sukai gila-gilaan ternyata lelaki brengsek. Gue melihatnya dimintai pertanggung jawaban oleh salah satu anggota Senat kampus gue, namanya Kak Betari. Dan Kak Pandu menyangkal, dia menolak bahkan mengatai Kak Betari mengarang.

Setelah kejadian itu gue cukup lama menghindar darinya, beralasan kalau Kak Pandu minta ketemu atau gak merespon panggilan juga chat-nya.
Gue takut dan kecewa berat.

Bertahun-tahun gue menutup hati, membangun tembok begitu tak tertembus untuk semua laki-laki hanya untuk menghadapi kenyataan kalau rasa yang gue rawat harus diinjak sampai hancur.

Kemudian datang Mas Dean. Gue tau dia mantan Ody karena sewaktu ke kost gue dulu dia bercerita semuanya sekalian berusaha menjelaskan situasi Kak Pandu yang katanya hanya salah paham—tapi gue tetap pada pendirian gue. Malam itu Mas Dean meminta gue untuk menjadi pacarnya.

Tentu gue tolak. Dia teman Kak Pandu—gue gak menyamaratakan ya, ini hanya opini pribadi aja—sifat mereka pasti mirip, kalau enggak ya mana mungkin mereka bisa bersahabat sampai sekarang?

Namun, hati gue yang terlalu lemah ini akhirnya luluh. Permintaan Mas Dean terulang lagi dua tahun lalu di depan kantor Batas—setelah kejadian memalukan gue yang salah menelpon—bibir dan hati gue mengiyakan mempertaruhkan seluruh rasa juga logika.

S E N A N D I K A | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang