KABUT : Afspraak

99 14 17
                                    

The best kind of humans are the ones who stay. So, I just I just want you to know that I'm going to stay. I always do.

- Sebuah Janji di hari penuh uji.


M A U D Y


Sepulang dari rumah Ajun, gue seperti kehilangan separuh Saga. Tubuhnya ada di sini, sama gue, menyetir Terios abu-abunya dengan tenang. Tapi jiwanya melanglang buana ke mana-mana.

Gue hanya tau sedikit banyak soal Ajun. Saga kenal dia beberapa tahun lalu waktu dia ke Jepang untuk latihan persahabatan dengan Timnas sana. Sejujurnya cukup mengagetkan mengingat watak Saga dan Ajun lumayan berbeda, meski gak separah Saga dan Teo.

Saga bilang, Ajun bukan pribadi yang senang bertukar cerita bahkan pada kakaknya sekalipun makanya gak banyak yang bisa dia bagi ke gue tentang Ajun. Hanya, melihat kondisi Saga sekarang setelah menghabiskan beberapa saat berbincang bersama Ajun tadi ...  gue tau kalau Saga ikut merasa kehilangan. Saga bahkan mati-matian menahan air mata ketika Alm. Kak Saka dimasukkan ke liang lahad.

“Ga, berhenti dulu boleh?” izin gue sopan. “Gue mau beli sesuatu di depan sana.”

Tanpa membalas ucapan gue, Saga segera menghentikan laju mobilnya dan bergegas turun.

“Gak,” cegah gue. “Lo di sini aja, gue cuma sebentar.”

Setelah memberikan senyum manis, gue keluar dari mobil Saga dan memasuki mini market. Setiap rak gue kelilingi untuk melihat apa saja yang harus gue beli. Lewat sepuluh menit, gue baru selesai sambil seplastik cukup besar.

“Duh, kenapa sih gak panggil gua aja?” tegur Saga tak suka. Kantong plastik yang baru sebentar gue tenteng sudah berpindah ke tangan kekar Saga. “Ini berat, Dy.”

Gue tersenyum geli memperhatikan tingkah cringe Saga.

Sejak hari di mana gue bercerita “semuanya” pada dia, Saga jadi benar-benar menjaga gue dari hal-hal paling sepele sekalipun. Kaya sekarang contohnya.

“Mau ambil apa?” tanya Saga begitu kami di dalam mobil, dia sedang mengubrak-abrik isi belanjaan gue.

“Aduh, sini gue aja yang ambil.” Tangan gue cekatan merebut kantong belanjaan dari Saga. “Rungsing jasa maneh mah, Ga.”

Sebotol minuman Jelly rasa Pisang gue sodorkan ke dia. “Ini.”

Saga hanya melirik tak minat, mungkin ngambek atau suasana hatinya masih gak bagus. Gue akhirnya memutuskan membukakan minuman itu baru dikasih lagi ke Saga.

“Ini, minum. Udah gue bukain,” ujar gue lembut. “Pake cinta tuh bukanya.”

Masih diam, tapi gue bisa lihat dia nahan-nahan senyum kesenengan. Hadeh, dasar lelaki. Tangan Saga gue ambil dan gue taruh botol minuman ke genggamannya.

“Diminum, nyengirnya belakangan aja.”

“Siapa yang nyengir?!”

“Gatau gue juga, siapa sih yang nyengir?”

“Dih,” ketusnya. Gak lama dia terkekeh. “Makasih yaa, Ody sayaaang!”

“Apaan sih sayang-sayang! Geli banget ieuwh!” tolak gue pura-pura geli. “Minuum buruan.”

S E N A N D I K A | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang