5

66 49 2
                                    

Lian akhirnya sadar dari masa kritisnya. Setelah dua hari mengalami masa kritisnya. Lian mengedarkan pandangannya dan melihat sosok Jun-Fan sudah berada di sisinya.
"Papa.."

"Lian, kau sudah sadar nak".

"Di mana mama?".

"Papa akan mengantarmu ke mamamu setelah kondisimu lebih baik Lian.''

"Tidak, Lian ingin bertemu dengan Mama sekarang."

"Baiklah papa akan mengantarmu." Kini Lian telah di dudukkan di kursi roda. Jun-Fan membawanya menuju Lobi.
Lian merasa heran mengapa dia di bawa ke lobi sementara ia ingin menemui Jia.

"Papa, mengapa Lian di bawa ke sini. Lian ingin bertemu dengan Mama."

"Papa akan membawamu sayang. Tenanglah. Mari masuk ke dalam mobil."

Lian akhirnya menuruti apa kata Jun-Fan dan ikut masuk ke dalam mobil mewah milik Jun-Fan dengan bantuan dari Jun-Fan.

Setelah perjalanan 10 menit akhirnya mereka berhenti.
Lian mengedarkan pandangannya dan terkejut mengapa mereka berhenti di pemakaman.

"Papa, mengapa kita berhenti di sini."

Jun-Fan menatap putrinya dengan mata yang sudah berkaca-kaca. "Mari kita turun."

Mereka turun dari mobil setelah berjalan 15 tapak akhirnya Mereka telah sampai di depan kuburan Jia.
Lian langsung saja lemas tak berdaya di hadapan kuburan ibunya. "Mama..." Lian menangis dengan lantang. "Maafkan Lian ma, maafkan Lian yang tak bisa menjaga mama".

Jun-Fan akhirnya ikut berjongkok sambil menenangkan putrinya. "Ini sudah takdir dari mamamu Lian kau harus tegar."

"Tidak papa, ini kesalahan. Seharusnya mama berada bersama kita." Lian mengusap tanah di mana Jia berbaring . "Aku akan membalas semua ini. Tak akan ku biarkan mereka bahagia di atas penderitaanku. Aku bersumpah di hadapan kuburan mama. Aku akan membunuh dia yang telah membunuh mama. Orang itu, hiks... hiks.., harus mati, papa. Dia harus mati." Lian teringat saat di mana ibunya tertembak di hadapannya. "Kai.. kau harus mati di tanganku."
Jun-Fan kini mencoba untuk menenangkan putrinya.

"Papa akan membunuhnya untukmu dan mamamu Lian."

"Tidak pa, Lian akan menghabisi mereka dengan tangan Lian sendiri."

"Papa akan mendukungmu kalau begitu, sekarang mari kita pulang"
Jun-Fan mengangkat tubuh putrinya untuk bangkit. Dan mereka berjalan menjauh dari pemakaman.
"Iyah.. papa harus mendukungku. Bantu aku pa, bantu Lian".

"Iyah. Sekarang kau harus tenangkan diri Lian. Kita pulang dulu" Lian mengangguk dalam pelukan Jun-Fan lalu mereka memasuki mobil dan menuju ke mansion mewah milik Jun-Fan.

Setelah mereka sampai. Lian segera turun dan mendudukkan dirinya di ruang tamu.

"Mari Lian papa antar ke kamar kamu. Agar kamu bisa istirahat." Lian kini bangkit dari duduknya dan mengikuti langkah kaki Jun-Fan di belakang.

Kini Lian berada di kamar yang sangat luas dan bagus. Kamar yang dia tempati 3x lebih luas dari kamarnya.
"Mengapa diam saja nak. Ayo masuk ini kamarmu dulu. Kamar di mana kau masih berusia 5 tahun. dulu kau sendiri yang memilih kamar ini untukmu di masa depan. Kau ingat.?"

"Aku mengingatnya papa. Dan saat itu mama langsung mencubit bokongku saat aku merengek kamar ini di perluas." Dan saat itu juga Lian menangis mengingat mamanya.

"Sudah kau harus tegar Lian. Papa ingin kau menjadi wanita yang kuat." Lian kembali dalam pelukan Jun-Fan.

"Aku akan menjadi wanita yang kuat. Aku berjanji papa."

"Papa beri waktu seminggu untuk bisa membiasakan dirimu tanpa mama Lian."

Lian hanya diam meresapi perkataan Jun-Fan.

REVENGE IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang