17

34 23 0
                                    

Lian terdiam tampak berfikir mencerna perkataan Aaron. "Di hatiku.?"

Aaron tersenyum. "Ya, apa yang selama ini kau rasakan saat sedang bersamaku?"

"A,aku.. "

"Katakan Lian apa yang kau rasakan saat aku bersamamu.?"

Lian tampak bingung harus mengatakan apa. Nyatanya selama ini dia mencoba menutupi ke gugupannya saat sedang bersama Aaron. Lian menyentu dadanya yang berdegup kencang, pipinya bersemu merah muda saat berdua dengan Aaron.

"Kau ingin membuktikan seuatu?"

Lian tampak bingung lalu menatap Aaron dalam. Manik mata mereka saling bertemu.

"Cup." Aaron mengecup bibir Lian.

Lian membulatkan matanya. Lalu menutup matanya dengan paksa saat kecupan berubah menjadi lumatan-lumatan kecil yang di berikan Aaron pada Lian. Dan Lian mulai membalas lumatan Aaron, sampai pada akhirnya mereka berhenti. Aaron menangkup wajah Lian, kening mereka menyatu.

"Apa kau merasa gugup?" Tanya Aaron.

Lian mengangguk. "Ya"

"Sama, aku juga merasa begitu." Aaron tersenyum. Lian membuka matanya dan menatap wajah Aaron dengan kening mereka yang masih menempel. Lalu Lian menjauhkan wajahnya dari wajah Aaron. Dan mengamati wajah Aaron yang sudah membuka matanya.

"Aku boleh tanya?"

"Katakan Lian?"

"Apa kau mencintaiku?"

Aaron tersenyum. "Mungkin."

"Mungkin?". Tanya Lian

"Ya, mungkin, karena aku sendiri tidak yakin dengan perasaanku."

Lian mulai kesal dengan Aaron dan bangkit dari duduknya."Aku pergi".

Lalu Aaron mencekal tangan Lian.
"Mau kemana?".

"Lepaskan Aaron, aku akan pergi ke kamarku."

"Kau marah padaku?".

"Tidak.. untuk apa?, kau tidak salah."

Aaron lalu menarik Lian dengan kuat dan membanting tubuh Lian ke atas ranjangnya. Dan mengunci tubuh Lian dengan Aaron berada di atas tubuh Lian.

"Aaron lepaskan."

Aaron tersenyum. "Aku mencintaimu".
Dengan cepat Aaron mencium bibir cerry milik Lian lagi. Lian menutupnmatanya, membalas ciuman Aaron dan saling berciuman dengan penuh gairah.

Lalu kemudia Aaron melepaskan pagutannya. Lian yang merasa pagutan Aaron terlepas, Lian lalu membuka mata dan menatap Aaron dengan intens. "Aku juga mencintaimu." Kini bergantian Lian yang menyerang bibir tipis milik Aaron. Mereka berciuman kembali. Setelah cukup lama pagutan mereka terlepas saat keduanya kehabisan pasokan Oksigen.

Aaron membangunkan tubuh Lian yang berada di bawahnya untuk duduk di pangkuannya. Mereka saling menatap satu sama lain tanpa kata dengan wajah mereka saling berdekatan. Aaron menepiskan anak rambut milik Lian dengan jari telunjuknya lalu mengusap pipi Lian dengan lembut, dan sesekali menyentuh bibir cerry Lian dengan ibu jarinya.Lian yang merasakan sentuhan Aaron mendadak dadanya  terus berdegup dengan kencang lalu memeluk tubuh Aaron.dan Aaron ikut memeluk tubuh Lian yang ada di pangkuannya. Lian Menyamankan dirinya dalam pelukan Aaron, merasakan degub jantungnya dan jantung Aaron berdegub beriringan.

"Istirahatlah Lian besok adalah hari pelantikanmu."

Lian bangkit dari pangkuan Aaron. "Kalau begitu aku ke kamarku".

Tangan Lian di cekal lagi oleh Aaron. "Mau kemana?"

"Kan aku sudah mengatakannya aku akan ke kamarku."

"Siapa yang menyuruhmu ke kamarmu?" Aaron mengatakannya dengan seperti biasa dingin membuat Lian gugup seketika.

"K..kau yang menyuruhku." Kata Lian gugup.

"Aku hanya menyuruhmu istirahat, bukan keluar dari kamarku."

"Ya, eh.. tidak Aaron ada papa di rumah".

"Jadi karena ada papa, kau takut. Jika tidak ada papa kau mau?" Aaron sedikit terkekeh.

Wajah Lian mulai memanas karena malu dengan ucapan Aaron. "Tidak.. bukan begitu." Lalu Lian lari begitu saja keluar dari kamar Aaron.

Aaron hanya tersenyum memandang kepergian Lian.

Lian berlari masuk ke kamarnya. Di sentuhnya wajahnya yang masih terasa panas. "Astaga Aaron. " seketika itu Lian tersenyum dan menutupi wajahnya dengan bantal.

REVENGE IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang