10.

59 36 0
                                    

Lian menyusuri rak-rak yang berisi pernak pernik dan dapat. sebuah snow globe

"Aaron, belikan aku ini." Sambil di pegangnya snow globe yang ada kotak musiknya.

"Ck.. seperti anak kecil saja." Aaron menatap Lian malas.

"Maaf Tuan Aaron ada yang bisa saya bantu.?" Kata manager mall yang sekarang di kunjungi Aaron dan Lian.

Lian menatap manager itu dengan heran, bagaimana mungkin dia mengenal Aaron.

"Ah, aku akan mengambil ini." Di tunjuknya snow globe yang di pegang Lian. Lalu manager itu mengambil snow globe yang di serahkan Lian pada manager mall.

"Ambil kartu ini." Sambil di serahkan kartu debet Aaron.

"Aaron bagaimana mungkin dia mengenalimu?" Tanya Lian.

"Ini mall milik papa." Kata Aaron santai. Namun Lian terkejut bahwa selama ini dia tidak mengetahui seberapa kayanya papanya itu.

Setelah mendapatkan apa yang Lian mau kini mereka keluar dari toko aksesoris itu. Lian berhenti membeku saat melihat seseorang yang sangat dia benci. Tubuh lian bergetar mengingat apa yang orang itu lakukan pada Lian. Lian berlari ke belakang tubuh Aaron, dan menyembunyikan wajahnya di punggung Aaron. Aaron terkejut dengan tingkah Lian.

"Lian, apa yang kau lakukan?"

Lian menangis itu terasa di punggung Aaron yang basah karena air mata Lian. Aaron lalu membalikkan tubuhnya menghadap Lian. Lalu memeluk Lian.

"Sudah jangan takut aku di sini, siapa yang membuatmu bergetar Lian?"

"Hiks... maafkan aku Aaron. Ada seseorang yang aku benci di sini."

"Siapa? katakan!"

"Kaibo dia di sini bersama, mungkin kekasihnya."
Aaron mengarahkan pandangannya ke arah sepasang pria dan wanita yang berjalan ke sebuah toko pakaian.

"Maksudmu dia?". Aaron menunjuk jari telunjuknya ke arah Kaibo dan Chyou. Lian mengangguk.
"Payah. Mari kita pergi." Aaron merangkul Lian agar tidak terlihat oleh Kaibo.

▪▪▪

Aaron mengajak Lian ke sebuah kafe dimana akan banyak pertanyaan yang akan di ajukan olehnya pada Lian.

Sambil sesekali menyesap kopinya, Aaron menatap Lian yang masih gelisah dengan fikirannya sendiri.

"Minumlah tehmu, sekarang ceritakan padaku mengapa kau sampai segitunya dengan pria tadi?".

Lian mengangkat pandangannya dan menatap Aaron. "Dia mantan kekasihku. Namanya Kaibo. Dia yang membunuh mama dan aku, namun aku selamat darinya."

Aaron menatap Lian dengan fokus dan mencoba mengerti dengan ucapan Lian. "Lalu mengapa dia ingin membunuhmu.?"

Lian menggelengkan kepalanya. "Entahlah, mungkin karena dia telah ketahuan oleh mama bahwa dia seorang gangster. Makanya dia menghabisi mama dan juga menghabisiku. Aku bersyukur waktu itu papa langsung menemukanku. Jika tidak, mungkin saja aku juga meregang nyawa sama seperti mama."

"Dia ketua gangster apa?, apa papa tau dia siapa?"

"Dia ketua gangater dari Wolf. Aku tidak tahu papa mengetahui atau tidak. Karena aku tak pernah memberi tahu papa."

Aaron mengangguk paham. "Jadi dia orangnya. Kau tak usah khawatirkan dia akan mencelakaimu lagi Lian, aku akan melindungimu."

Sontak saja jantung Lian berdebar begitu cepat saat Aaron mengatakan itu padanya.

"Hei, aku mengatakan itu karena kau adalah adikku, bukan karena lain." Namun di hati terdalamnya Aaron merasakan hal aneh entah apa itu seperti tidak merelakan bahawa Lian adalah adiknya.

"Aku rasa papa tahu tentangnya Lian. Hanya saja papa diam dan hanya mengawasi."

"Mungkin saja, aku meminta papa agar tidak ikut campur, aku mengatakan pada papa agar aku mengatasinya sendiri".

"Jadi kau ingin merencanakan balas dendam?"

Lian mengangguk dengan pasti akan pertanyaan Aaron padanya.

REVENGE IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang