16

35 21 0
                                    

Lian mengingat apa yang di ajarkan oleh Aaron.

"Ingat ini baik-baik Lian, anggap aku musuhmu. Bukan Aaron. Atau anggap saja aku sebagai boneka sasaranmu."
Perkataan Aaron yang selalu terngiang di telinga Lian. Lian menatap Jun-Fan lagi yang ada di depannya bersiap untuk Jun-Fan lagi. Lian memasang kuda-kudanya lalu dengan cepat menyerang Jun-Fan.

"Hiiiiaaat" Lian menyerang dengan kecepatan yang hampir saja tidak terbaca oleh Jun-Fan. Masih bisa di tangkis oleh Jun-Fan tapi kali ini serangan Lian membuatnya kewalahan. 

Dan satu serangan terakhir dari Lian  Jun-Fan terjatuh karena kehilangan keseimbangan dengan pedang Lian yang sudah mengarah tepat di leher Jun-Fan yang berjarak kurang lebih 2cm di pangkal Lehernya.

Pertandingan terhenti.
Lian memenangkan pertandingannya dengan Jun-Fan.
Aaron yang melihatnya tersenyum bangga pada Lian. Begitu juga dengan Jun-Fan juga tersenyum bangga pada Lian. Lalu bangkit dari duduknya.

"Bagus Lian. Akhirnya kau sudah bisa memegang tanggung jawabmu."

Lian tersenyum. "Ini semua berkat Aaron Papa." Di alihkan pandangannya ke arah Aaron. "Aaron terimakasih selama ini kau telah sabar membimbingku." Lian menundukkan sedikit tubuhnya tanda penghormatan pada Aaron.

"Sudah tugasku" ucap Aaron singkat seperti biasa. Sedikit berbicara.

Jun-Fan tergelak mendengar ucapan Aaron. "Sudah mari kita masuk" titah Jun-Fan lalu merangkul kedua anaknya untuk berjalan beriringan dengannya.

Mereka masuk ke ruang kerja milik Jun-Fan. Mereka menuju di mana katana  baja hitam berukiran naga emas di shinoginya milik Jun-Fan  yang berada di etalase miliknya.

"Lian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lian. Kau sudah pantas memiliki ini." Kata Jun-Fan penuh dengan bangga.

Mata Lian berkaca-kaca menatap katana indah itu telah di serahkan untuknya. "Papa, sunggu ini untuk Lian?" Tanyanya masih dengan tidak percaya.

Jun-Fan mengangguk. "Iyah. Ini milikmu sekarang."

"Terimakasih papa". Lian menatap Aaron. "Aaron terimakasih"

Aaron dan Jun-Fan tersenyum menatap Lian yang tengah terharu.

"Besok papa akan memberikan pengumuman kepada seluruh anak buah papa, bahwa kau yang jadi penerusku di Long Jian, sekarang kalian boleh istirahat. "
Aaron dan Lian mengangguk lalu keluar dari ruang kerja Jun-Fan.

Lian berjalan beririnagan dengan Aaron. "Aaron." Kata Lian.

"Hem.."

"Terimakasih. Sudah bekerja keras membantuku."

"Tidak masalah. Masuklah ke kamarmu dan istirahat." Aaron lalu pergi meninggalkan Lian di depan pintu kamar Lian.
Lian tersenyum menatap kepergian Aaron yang berjalan memasuki kamarnya.

"Ah iya aku lupa, seharusnya aku menanyakan itu dengan Aaron." Lian lalu bergegas menyusul Aaron yang sudah berada di kamarnya.
Lian mengetuk pintu Aaron namun tidak di respon. Berulang kali di ketuk pintunya namun masih tetap tidak di buka. Hingga akhirnya di bukakan pintu.

"Hai, Aaron kita bisa bicara?".

Aaron lalu mempersilahkan Lian memasuki kamarnya. Lian ternganga kagum melihat kamar mewah itu bernuansa hitam dan putih serta aroma khas Aaron yang maskulin menyeruak di kamar mewah itu.

"Kau ingin membicarakan apa?" Pertanyaan Aaron membuat Lian tersadar dari lamunannya.

"Ah, iya. Aku ingin menanyakan.tentang itu." Kata Lian gugup.

"Tentang apa? Katakan."

"Tentang. Apakah kau bisa membantuku untuk bisa mencintaimu."

Aaron tersenyum. "Aku tidak bisa membuatmu mencintaiku Lian."

"Lalu aku harus bagaimana?"

"Kau harus mencarinya sendiri Lian. Karena.  love is like a diamond, can't be made but can be found."
Aaron memajukan langkahnya ke arah Lian yang duduk di tepi ranjang Aaron. "Kau harus mencarinya di dalam hatimu."

REVENGE IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang