Seminggu sudah Lian berada di rumah mewahnya. Dan dia sudah bertekat untuk pembalasan dendamnya terhadap Kai.
Lian kini berjalan keluar dari kamarnya. Menuju ruang kerja milik Jun-Fan. Lalu di bukanya pintu itu.Jun-Fan menoleh ke arah Pintu saat pintu itu terbuka.
"Lian kau sudah mau keluar kamar."
"Papa bisa kita bicara.?"
Kini Jun-Fan mendudukkan dirinya di kursi kebesarannya. Lalu Lian juga ikut duduk di kursi di hadapan meja kerja Jun-Fan.
"Lian. Sudah siap untuk balas dendam." Katanya mantap.
"Bagus,pertama papa akan mengajarkanmu cara menembak. Dan selanjutnya membela diri dengan tangan kosong."
Lian mengangguk paham.
"Oiya. Kamu sangat mahir menggunakan pedang Lian. Bisakah kau tunjukan itu nanti kepada papa?""Apakah papa yakin melawanku dengan pedang?" Kata Lian yang sudah di seringai mengejek.
"Ckck.. kau jangan sombong dulu Lian. Papa sangat ahli memainkan pedang, jika kau bisa mengalahkan papa, kau akan mendapatkan itu" di tunjuknya katana milik Jun-Fan yang berada di etalase berlapis emas.
Kini Lian bangkit dari duduknya menatap pedang milik Jun-Fan yang begitu indah dengan adanya ukiran naga di shinogi pedangnya.
"Ini sangat indah papa." Kata Lian dengan mata yang berkaca-kaca."Ya, itu adalah lambang dari nama kelompok papa. Long Jian. Papa adalah bos mafia Long Jian."
"Ja-jadi selama ini papa kepala mafia yang terkenal bengis itu?" Lian terkejut dengan ucapan Jun-Fan.
"Ya. Papa Orangnya. Jika kau bisa mengalahkan papa dalam latihan maka kau berhak menjadi pemimpin Long Jian. Lian."
"Papa.. tidak tidak perlu harus aku. Bisa saja yang lain."
"Tidak Lian. Harus darah dagingku sendiri yang harus memimpin. Lian. Papa yakin kau bisa menjadi pemimpin yang sangat hebat nantinya."
"Papa,,,,," kata Lian yang tak tau harus senang atau sedih.
"Papa tau kau dilema, Lian. Inilah yang harus kau terima. Karena jabatan inilah mamamu meninggalkan papa, demi melindungimu dari kehidupan mafia Lian."
"Iyah, papa. Lian paham."
"Bagus, cepat makanlah sarapanmu setelah ini papa akan melatihmu menjadi bos yang hebat Lian."
▪▪▪▪
Di sisi lain Kaibo yang tengah tidur di kamarnya terbangun karena terbayang dalam mimpinya saat dia menembak Lian dengan senjatanya. Kaibo berjalan ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya yang terlihat sangat lesu dan kelelahan. Dia menatap wajahnya dan teringat kembali dengan tentang dia membunuh wanita yang dia cintai meregang nyawa dengan tangannya sendiri.
"Bodoh.. apa yang aku fikirkan waktu itu. Seharusnya aku membawanya. Bukan malah membunuhnya." Perasaannya kini sedang kacau hingga dia melampiaskan dengan meninju kaca yang ada di atas washtafel. "Bodoh." Dengan buku tangannya yang masih berdarah karena serpihan kaca. Kaibo kini keluar dari kamar mandi lalu menutup lukanya dengan perban yang ada di kotak obatnya. Setelah itu Kaibo keluar dari kamar dan menuju kantor miliknya.
●●●●
Lian kini menunjukkan aksinya pada Jun-Fan saat memainkan sebuah katana yang ada di genggamannya.
Lian meliuk-liukkan tubuhnya dengan anggun walau dia sedang memegang benda tajam yang siap merobek apa saja yang mengenai katananya. Lian melompat ke kanan dan ke kiri berputar dan sambil mendorong pedangnya dengan satu tangannya.seakan-akan mampu menyayat apa saja yang ada di depannya.Jun-Fan yang melihat aksi putrinya itu tersenyum sambil mengamati gerakan putrinya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE IN LOVE
Tiểu Thuyết ChungBalas dendam, itu yang sekarang Lian fikirkan. Untuk membalas rasa sakit atas kematian ibunya. Karena ulah Kaibo kekasihnya. Mampukah Lian membunuh kekasihnya yang bernama Kaibo. Udah cuma segitu aja. Baca kalau mau tau.