Eunha bersama park kyung di sebuah caffe dekat sekolah mereka. Mereka baru saja pulang sekolah, dan menyempatkan mampir sebentar ke caffe.
Ketika lagi seru berbincang, handphone eunha berbunyi.
Eunha segera mengangkat lantaran eomma yang menelpon.
"Nee, eomma..weo?" Tanya eunha.
"Apa kamu sudah diberi tahu jimin soal pemindahah sekolahmu?" Tanya eomma, wajah riang eunha seketika mendatar.
"Eomma, sejak dari kapan kalian merencanakan hal ini di belakangku?" Tanya eunha, ia bete.
"Oh..mianhae, eomma dan oppa mu sengaja membeitahumu dadakan supaya kamu dapat menerima dengan cepat."
"Tapi aku gak suka! eunha masih nyaman di sekolah ini.."
"eunha-ya, kamu sudah besar, jadi tolong mengertilah. Eomma bekerja sendirian, kamu dan oppa mu pun belum bisa membantu eomma mencari kebutuhan. Kau tahu? Sekolahmu selalu menaiki harga bayaran setiap bulan nya, eomma tidak sanggup bayar semuanya dalam waktu singkat. itu terlalu sulit untuk eomma yang bekerja sendirian." Ujar eomma, eunha menjadi sendu.
"Ikuti saja, sekolah oppa mu pun tidak terlalu buruk. Tolong mengertilah, doakan eomma di sini." Lanjut eomma, eunha menjadi kaku bersama tatapan kosong nya.
Telepon mati, eunha menghela nafas, ia mendadak murung.
Hal tersebut tentu menuai pertanyaan dari park kyung, "weo? Apa yang terjadi?.. Aku dengar kamu mau pindah ke sekolah lain? benar?"
Eunha menatap park kyung, "itu bukan kemauanku.."
"Tapi..apa itu benar?" Tanya park kyung lagi.
Eunha mengangguk lesu.
"Kamu akan pindah sekolah?"
Eunha mengangguk lesu.
Park kyung ikutan lemas mengetahui info tersebut. Ia sulit percaya, semua terasa begitu cepat.
"Kamu akan meninggalkanku?" Tanya park kyung sedikit menekan.
"tidak! tidak sama sekali, aku kan udah bilang semua ini keputusan eomma, bukan aku. Jadi mana mungkin aku bisa meninggalkanmu," kata eunha memastikan.
Park kyung melempar pandangan ke arah lain, entahlah, dia kecewa.
Eunha tak enak hati, ia mengatakan, "aku hanya pindah sekolah, bukan pindah alam. Kita masih bisa bertemu setelah pulang sekolah, liburan bersama lagi di hari libur, kita juga-"
"Tapi aku akan sendirian di kelas!" Sambar park kyung memotong pembicaraan eunha.
Airmata eunha membendung, ia tak tega melihat park kyung. "Kamu pikir aku akan punya teman di sekolah baru? Kita sama-sama sendirian, karna memang begitulah takdir kita, tidak memiliki teman!" ujar eunha, airmata nya terjun.
Park kyung menatap eunha matang-matang. "Kau tau apa yang bisa membuatku kecewa?" Tanya park kyung, eunha menggeleng.
"Saat kau meninggalkanku sendirian!" Lanjut park kyung kesal.
"Yha! Ini bukan kemauanku, eomma memberitahuku mendadak dan mau gak mau aku harus menerima keputusan nya. Park kyung-ssi, jangan berlebihan, kita masih bisa bertemu." Sahut eunha.
"Kamu mengatakan hal itu supaya aku menerimamu pindah, kan? Dengar baik-baik.. kamu memiliki oppa yang menjadi osis di sana, bukankah itu menjamin hidup mu di sekolah itu akan baik-baik saja? Apalagi, oppa mu sangat tampan dan kau cantik, aku tidak bisa percaya bahwa kamu akan sendirian lagi di sekolah baru!" Jelas parkyung penuh nada penekanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painting Of 6 Women
Teen Fiction[LENGKAP] Pertemuan di luar kesengajaan, semua nyaris seperti takdir. berawal dari ketiga gadis panti asuhan, mereka bernama sinb, yerin, dan yuju. Meski bertiga bukan berarti mereka selalu dalam kebahagiaan, mereka kerap dapat bullyan dari murid-m...