Eunha membuka pintu, ia masuk ke dalam rumah sambil mengucapkan, "aku pulang.." tak lupa ia tutup kembali.
eunha tak langsung pergi ke kamar, melainkan duduk di sofa depan tv. ia meregangkan lehernya.
jimin datang menghampiri eunha sambil berkata, "adik aku udah pulang..." kemudian duduk di samping eunha.
jimin memandangi eunha sambil tersenyum. ia memainkan foni eunha. jimin berkata, "nggapapa, ya.."
eunha smirk, ia tau apa yang dimaksud kakaknya.
"ini cuma acara kecil-"
"acara kecil tapi perjuangannya besar, oppa." selak eunha menatap jimin.
"iya, paham..utuk, utuk, utuk...jangan sedih lama-lama.." lembut jimin bermanja.
"au ah. kayaknya emang eunha dilahirkan untuk menjadi gagal." keluh eunha asal bicara.
"hush! nggak boleh ngomong gitu-"
"itu fakta. soal buku, soal perlombaan. sama aja. gagal semua." dumel eunha.
"ikhlasin aja. kamu kan abis seneng-seneng tadi, masa pulang-pulang jadi sedih sih..jangan, dong." papar jimin masih lembut, juga masih asik memainkan foni eunha.
"emang suka gitu, pas bareng mereka tadi perasaan asik-asik aja, serasa nggak terjadi apa-apa. mereka juga tadi bilang, dengan kita berusaha berani pun udah cukup hebat. tapi tetap aja, begitu pulang, rasa sedih dan putus asa nya kembali terasa." ujar eunha menurunkan pandangannya.
"benar, kok. dengan kalian berusaha berani pun udah lebih dari cukup." sahut jimin, ia berhenti memainkan foni eunha.
"iya, tau. tapi– ah udahlah.." pasrah eunha.
"oppa, paham. kenapa seringkali kita ini susah untuk ikhlas terhadap kegagalan. salah satunya dari diri kita sendiri, karena, semakin kita terus-menerus liat kebelakang, maka semakin sulit untuk ikhlas." jelas jimin.
eunha menatap jimin, bingung.
"gini, jadikan perjuangan kalian sebelumnya itu sebagai simulasi untuk kedepannya. jadi, berdamailah. terus-terusan menyesal bukan jalan keluar." jelas jimin lagi.
eunha mengangguk paham. iseng-iseng ia bertanya, "sebenarnya, oppa ini anak malaikat atau manusia sih?"
jimin tertawa mengudara. "aku anak malaikat, malaikatnya udah di pangkuan semesta sekarang."
"aaaaa..." manja eunha memeluk jimin.
Mau bagaimanapun, jimin harus bisa membuat adiknya ikhlas terhadap kegagalan ini. meski sebenarnya jimin tahu kalau grup adiknya sedang tidak diadilkan. jimin sendiri tak mau larut dengan emosinya, toh ia tahu kalau emosi juga bukan jalan keluar, justru hanya menyesatkan.
"ngomong-ngomong, gimana temanmu? dia udah sehat?"
"udah, dia cuma telat makan.." jimin mengangguk ngerti.
"oh iya, oppa.." panggil eunha.
"hm?"
"kemarin oppa pergi rapi banget, wangi, lagi. itu mau kemana?" tanya eunha.
"ummm...kasih tau nggak ya.."
"yaelah, eunha udah tau, pasti nge-date, kan?" tebak eunha.
"tau dari mana?"
"eunha sendiri. tapi bener, kan?"
"hm." jawab jimin singkat.
eunha melepas pelukannya, ia menunjuk jimin, "hayo, nge-date sama siapa??"
KAMU SEDANG MEMBACA
Painting Of 6 Women
Novela Juvenil[LENGKAP] Pertemuan di luar kesengajaan, semua nyaris seperti takdir. berawal dari ketiga gadis panti asuhan, mereka bernama sinb, yerin, dan yuju. Meski bertiga bukan berarti mereka selalu dalam kebahagiaan, mereka kerap dapat bullyan dari murid-m...