Walk

80 22 0
                                    

Seorang wanita paruh baya bersetelan CEO melipat tangan di dada, berdiri ke arah jendela menyaksikan gedung-gedung tinggi sekaligus kendaraan berlalu-lalang. Pandangannya sayu menatap langit biru terang, segala pertanyaan tak henti-henti melintasi pikirannya. Saat ini ia sedang menunggu seseorang datang ke perusahaannya, ia perlu bicara.

Tiba-tiba, benaknya terlintas anak laki-laki kecil yang sempat memberontak sang eomma layaknya seorang penjahat. Perasaan khawatirnya muncul, ia membuang napas risau.

Ia mengingat kembali terakhir kali pergi ke panti asuhan dan berbicara banyak kepada madam hera, selaku pemimpin/pengurus panti asuhan haengbog seoul. Berpaspasan dengan gadis cantik di ambang pintu panti, yang ia yakin itu pasti putrinya.

"Kau yakin akan menyembunyikan semua ini selamanya?" Tanya madam hera kepapa soora yang duduk berhadapan di dalam ruangan.

"Mustahil bila aku jujur."

"Kulihat, gadis itu kerap kali menangis bila membicarakan orangtua. Anakmu sensitive, sama sepertimu."

"Dia bukan anakku lagi, hera-ssi."

"Tapi kenapa kau masih saja datang ke sini? Berharap bertemu dia?"

"Tidak, aku hanya ingin memintamu untuk mengurung gadis itu. Jangan sampai jungkook menemukannya."

Hera memasang wajah keberatan, ia tidak terlalu setuju dengan permintaan soora. Mau bagaimana pun, ia tidak bisa mengekang anak-anak, apalagi mengekang anak remaja seperti sinb, yuju dan yerin, yang ia ketahui bahwa mereka harus merasakan masa-masa indah di luar sana, sehingga mereka tidak merasa jenuh yang berujung kesedihan tiada akhir, biarlah mereka bebas di luar sana menemukan kebahagiaan lain.

"Hera, kau keberatan?"

"Jelas saja, mereka bukan anak kecil lagi. Tidak ada kebahagiaan di tempat ini, jadi aku gak mungkin tega mengekang mereka, biarkan saja mereka menemukan kebahagiaan lain di luar sana."

Soora terdiam, mulutnya seketika terkunci, menatap hera seraya jengkel.

"Kau boleh membuang anakmu, tapi tidak dengan menyiksanya, soora-ssi.."

Soora bungkam.

"Tapi aku yakin, dia tidak akan bertemu jungk-"

"Berapa banyak kebutuhanmu?" Selaknya sekaligus memotong pembicaraan hera.

*tuk tuk tuk*

Tepat. Seorang asisten mengatakan dari ambang pintu, "Tamu nya sudah datang, bu."

"Suruh dia masuk." Sahutnya tanpa menoleh.

Seulgi duduk pada sofa minimalis dengan hidangan secangkir teh di depannya, ia berusaha menyembunyikan gelagat gelisah, sungguh, jantung seulgi berdegub jauh lebih kencang. Ruangan kantor yang seakan mencekam dirinya.

"Annyeonghaseyo, eommonim.." salama seulgi tersenyum hangat.

Soora membalikan badan lalu duduk berhadapan dengan seulgi. Gadis itu tersenyum kikuk, bahkan tatapan tajam milik soora sangat menyeramkan.

"Annyeonghaseo.." suara teduh nan elegan khas soora tentu membuat seulgi menelan ludah.

"Bagaimana kabarmu, seulgi-ya?"

"Baik, eommonim. Bagaimana dengan-"

"Baik." Selaknya, tentu menggebuk jantung seulgi.

Astaga, sulit sekali berpura-pura tidak gugup dalam situasi begini. Risaunya dalam hati.

Painting Of 6 WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang