Suara bising terdengar di indera pendengaran Nada. Gadis itu masih tertunduk lesu. Wajahnya menempel pada meja. Setiap malam dia selalu bergadang, membuatnya selalu tertidur di dalam kelas seperti ini.
Sorakan penuh puja dari para cewek mengusik ketenangan Nada. Ia bangun dan melihat sedang ada kegaduhan di kelasnya.
Seorang laki-laki bertubuh jangkung berdiri di depan kelas. Menjadi pusat perhatian bagi kaum hawa yang melihat keindahan wajahnya.
Dia terlihat seperti sedang mencari sesuatu. Matanya yang sipit menyusuri setiap inci kelas.
Nada mengetahui apa yang ada di pikiran cowok baru itu. Kemudian ia melirik ke arah Rean. Cowok itu sedang asyik membaca novelnya, hingga tak memperdulikan suara bising di sekitarnya. Sebuah ide terlintas di benak Nada.
"Hey, lo?" teriak Nada pada cowok baru itu.
Si cowok melirik ke arah Nada.
"Lo duduk di sini, ya?" titah Nada.
Cowok itu menatap Nada dengan heran. "Lo, sih?" tanyanya.
"Tenang aja, gue bisa pindah."
Cowok itu mengangguk. "Thanks."
Lala melambaikan tangannya, bermasud untuk mengajak Nada supaya bisa duduk dengannya. Dia langsung menghampiri Lala dan duduk di samping gadis itu.
Rean yang baru saja selesai membaca novelnya melirik ke samping. Ada cowok yang tidak ia kenali. Dia langsung mencari keberadaan Nada.
Nada melambaikan tangan sambil tersenyum ke arah Rean. Gadis itu mengangkat jempol, tak lupa juga mengedipkan sebelah matanya. Rean hanya bisa menghela napasnya, kemudian mengangguk.
Jane yang dari dulu tidak suka dengan Rean, sengaja membuat Reland untuk tidak terlalu dekat dengan cowok itu.
"Hati-hati, lo jangan deket-deket dia," ucap Jane pada Reland.
Reland menautkan kedua alisnya.
"Nanti lo ketularan udiknya." Jane tertawa diikuti oleh semua orang yang ada di kelas.
Mereka sering mengolok-olok Rean. Seakan-akan, itu adalah santapan setiap hari untuk mereka.
Nada yang mendengarnya tak terima sahabatnya diperlakukan seperti itu.
"Berisik!" Nada menggebrak meja membuat orang-orang yang tadinya tertawa mendadak berhenti.
"Apa urusannya sama lo, sih?" geram Nada.
"Gue cuman ngingetin dia doang." Jane memilin-milin rambutnya. Memutarkan bola matanya dengan malas.
"Gak penting! Lagian gak ada sangkut pautnya sama lo!" Gadis itu benar-benar marah, sampai meremas ujung roknya untuk meredam emosi.
"Ah, gue tau. Lo nyuruh dia buat duduk sama si Rean, biar gak duduk sama si Lala, kan?" tuduhnya
"Jangan-jangan lo naksir sama dia, ya? Nada, dia itu baru masuk hari ini lho, gercep banget." Jane terkikik.
Nada naik pitam. Perkataan Jane kali ini membuatnya marah. Ia segera menghampiri gadis itu. Lalu, menjambak rambutnya. Terjadilah perkelahian di antara mereka.
Rean buru-buru menghampiri kedua gadis yang tengah berkelahi itu. Memisahkan mereka terlebih dahulu, kemudian dia membawa Nada pergi dari kelas.
Nada memekik saat Rean mencekal lengannya. Gadis itu dibawa ke taman belakang sekolah oleh Rean.
"Sakit tau!" Nada mengusap lengannya yang dicekal Rean.
"Kamu jangan gitu, Na," ucap Rean. "Cewek gak baik berantem."