Senja dan Kamu

13 6 0
                                    

"Ayo, cepet!"

Suara ketukan sepatu menggema di sepanjang lorong. Orang-orang hilir mudik berlarian dari berbagai arah.  Mereka berbondong-bondong menuju ke belakang sekolah.

Ada beberapa dari mereka yang menabrak Nada. Tubuh gadis itu nyaris terbentur ke dinding.

"Lo gak-papa, Nad?" tanya Lala.

Nada menggeleng. "Nggak kok."

"Ada apa ya, Nad?"

Nada mengedikan bahunya. "Gak tau."

Lala menyetop seorang gadis berbadan gemuk. "Eh, ada apa sih?"

Sambil ngos-ngosan, gadis itu menjawab, "Si Rean ... dia mau diceburin ke kolam lumpur belakang sekolah."

Nada membulatkan matanya. Kolam lumpur? Itu adalah kolam legendaris di sekolah ini. Tempat biasanya sang pembully membully korbannya. Ia bergegas ke belakang sekolah untuk melihat keadaan Rean.

Di sana orang-orang saling berkerumun, mereka saling berdesakan untuk melihat apa yang sedang terjadi. Nada menyelinap untuk bisa melihat lebih dekat. Ia menutup mulutnya saat melihat Rean tengah tertunduk sambil membersihkan seragamnya. Seragam cowok itu benar-benar kotor, penuh dengan lumpur. Rambutnya pun nyaris tertutupi sampah dan dedaunan yang sengaja Jane letakkan di sana.

Kali ini Nada benar-benar marah pada Jane. Gadis itu sudah sangat keterlaluan. Ia berlari ke arah Jane, menjambak rambutnya dengan penuh amarah. Serangan Nada secara tiba-tiba membuat Jane tidak bisa berkutik.

Sekarang mereka berguling-guling, seragamnya sudah bercampur dengan lumpur. Rambutnya sama-sama dipenuhi lumpur dan dedaunan kering.

"Lepasin gue! Lo apa-apaan sih?!" teriak Jane.

"Lo yang apa-apaan!" Tidak hanya menjambak, Nada juga memukul wajah Jane bertubi-tubi.

Perkelahian mereka semakin memanas. Momen itu justru diabadikan oleh orang-orang yang menontonnya. Mereka memberi sorakan pada kedua gadis yang tengah berkelahi di sana.

Cuaca hari itu sedang tidak bersahabat. Mendung. Tiba-tiba hujan turun menjadi saksi perkelahian antara Nada dan Jane. Kedua gadis itu masih sama-sama saling menyerang satu sama lain. Orang-orang di sana malah menontonnya dengan asyik, tidak ada satu pun dari mereka yang melerai.

Bak pangeran berkuda putih, Reland datang memisahkan Nada dan Jane. "Kalian kenapa gak pisahin mereka sih?!" teriaknya. Ia tak habis pikir dengan murid-murid di sini, bisa-bisanya sesantai itu melihat ada yang berkelahi di hadapan mereka.

Nada meronta-ronta dalam dekapan Reland, sedangkan Jane ditahan oleh Ivi dan teman-temannya.

"Awas aja lo, Nad!" teriak Jane.

Nada mengangkat tangannya, berniat untuk menghajar Jane lagi. "Gue gak takut!"

Reland akhirnya membawa pergi Nada dari sana. Sementara Rean sudah dibawa oleh Beni dan Denis ke UKS. Keadaan cowok itu sangat memperihatinkan.

Seragamnya sudah diganti dengan yang baru, ia memeluk tubuhnya dengan kedinginan. Reland melepaskan jaketnya, memberikannya pada Nada. Gadis itu menatap Reland tanpa berkedip.

"Pake aja," ucap Rean sambil memakaikan jaketnya pada Nada.

"Thanks."

"Lain kali jangan ribut kayak gitu. Lo tuh cewek, gak baik," ucap Reland sambil mengobati luka yang ada di wajah Nada.

"Lo gak akan ngerti." Ia berdecih.

"Perhatian! Bagi siswa bernama Nada Anggia, Jane Amora, dan Rean Praha untuk segera ke ruang BK." Suara di speaker terdengar menghentikan aktivitas mereka.

ReNadaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt