Na, ceritanya sudah habis. Tidak ada lagi kisahku denganmu. Tapi, aku akan selalu mengingatmu, Na. Kamu jangan menangis, ya, sehabis membaca ini?
Jangan membenciku karena sudah pergi, Na. Maaf, aku tidak menempati janjiku untuk selalu denganmu. Aku juga minta maaf sudah banyak merepotkanmu. Setelah kepergianku, kamu harus manjadi Nada yang kuat, tidak menyebalkan seperti dulu lagi.
Terima kasih sudah mau menjadi sahabat, sekaligus orang yang aku cintai setelah Ibu. Na, aku pamit, ya? Jaga kesehatannya, soalnya kamu sering bergadang sampai lupa waktu. Kalau kamu membaca ini sambil menangis, aku akan marah padamu.
Sudah, ya? Aku pergi, jangan merindukanku. Aku akan selalu ada di hatimu, Na. Dan ... te amo!
Nada menutup diary milik Rean. Sekotak tisu sudah habis untuk ia gunakan di setiap membaca diary cowok itu.
"Maaf, Re. Aku membaca ini sambil menangis." Ia tak tahan untuk menahan tangisannya. Tulisan Rean dari awal sampai akhirnya membuat ia tak henti-hentinya mengeluarkan air mata.
Di bagian terkahir diary itu ada tulisan nama Rean dan Nada. Namun, nama Rean dicoret menjadi 'Reland dan Nada'.
Ada amplop cokelat yang masih tertutup rapi di sampingnya. Ia membuka dan terdapat selembar surat.
Nada menutup mulutnya tak percaya. Ternyata selama ini Rean mengidap penyakit yang sangat berbahaya. Sahabat macam apa dia? Tidak tahu tentang penyakit sahabatnya.
Suara ketukan pintu membuatnya tersentak. Nada menyimpan diary Rean ke laci. Tak lupa menguncinya.
Ia menghapus air matanya yang masih ada di pipi. "Masuk aja."
Lala menghampirinya dengan antusias. "Lo nangis?" Ia melihat makeup Nada berantakan. "Kenapa, Nad?"
Nada menatap wajahnya di cermin. Makeup-nya ternyata berantakan.
"La, gue ... inget Rean."
Sudah enam tahun berlalu pun, dirinya masih dibayang-bayangi sosok Rean. Bahkan, saat ini dia akan menikah dengan laki-laki bernama Reland. Laki-laki yang dititipkan pesan oleh Rean agar menjaga Nada.
Walaupun begitu, Nada masih sangat mencintai Rean. Tidak ada yang bisa menggantikan posisi Rean di hatinya.
"Gue udah bilang beberapa kali, Nad. Rean akan bahagia liat lo sama Reland. Gue yakin. Lo jangan kayak gitu." Lala mengusap pundak Nada.
Benar. Rean akan bahagia di sana melihatnya. Semuanya sudah berlalu, ia tak harus menangis lagi. Sekarang, ia harus belajar untuk mencintai calon suaminya—Reland.
"Aku akan selalu mencintaimu, Re. Janji." Itu adalah ucapan terkahir yang ia lontarkan. Bahwa ia akan tetap mencintai Rean. Sampai kapanpun.
***
Tamu undangan menyambutnya dengan heboh. Nada tampak cantik dengan balutan gaun berwarna putih. Senyuman manis mulai terbit di bibirnya. Ia berjalan digandeng Lala.
Reland juga terlihat sangat tampan memakai seragaman dengan Nada. Laki-laki itu menatap Nada tanpa berkedip.
Takdir sungguh tidak terduga, sudah menyatukan Nada dan Reland. Tantangan yang Jane berikan dulu dimenangkan oleh Nada, karena sebentar lagi Reland akan menjadi suaminya.
Keempat sahabat itu ada di sini. Nada, Lala, Beni dan Denis. Takdir juga sudah menyatukan Denis dan Lala. Diam-diam, mereka berdua sama-sama menaruh hati. Semuanya tidak tahu kisah cinta mereka, tapi sebentar lagi keduanya akan menikah setelah Nada.
"Gimana kabarnya si Jane, ya?" celetuk Denis.
"Denger-denger sih, dia tinggal di Amerika sama suaminya," sahut Nada.
"Kenapa lo nanyain dia, hah?! Lala memelintir kuping Denis.
"Ampun, La. Gue cuman bercanda. Serius." Denis mengangkat kedua jarinya ke atas.
Mereka tertawa. Seperti itulah pacaran ala mereka berdua. Sangat lucu.
"Eh, Ben, kapan lo nyusul gue?" tanya Nada setengah bercanda. Karena dari mereka, cowok itu yang masih menyendiri.
Beni terdiam. Dalam hatinya ia berkata, "Karena orang yang selama ini gue cintai sudah menikah di hadapan gue. Yaitu lo, Nad."
***
Ternyata, ReNada itu Reland Nada.
Padahal, maunya Rean Nada. HiksssTerima kasih sudah membaca cerita ini.
Dan membaca seluruh isi diary Rean.Maaf, endingnya seperti ini. Hehe
Sampai jumpa di cerita lainnya.
Merci
XoxoSalam
Gadis halu (Pluto)