"Re, ke mana aja lo." Baru saja ia menyimpan tasnya di atas meja, Beni menepuk pundaknya.
Di sampingnya ada Denis yang sedang memakan camilan. Dia memang suka mengemil membuat berat badannya naik beberapa kilo.
"Si Nada nyariin terus tuh kemarin." Ia melirik ke arah Nada.
Merasa namanya terpanggil, Nada menoleh. "Kenapa?"
Rean tersenyum ke arah Nada. Membuat gadis itu kikuk, salah tingkah dibuatnya.
Mereka tengah berkumpul di meja Beni, tepatnya di belakang meja Rean. Saling bercanda ria.
Sedari pagi, Nada melihat ada yang aneh dari Lala. Gadis itu terus tersenyum-senyum sendiri.
"Kenapa sih lo, La? Dari tadi senyum-senyum sendiri," ucap Nada. Ia ngeri melihat temannya tersenyum-senyum sendiri. Apalagi saat gadis itu tengah memainkan handphone-nya. Bahkan, saat Nada berbicara panjang lebar, gadis itu malah mengabaikannya.
"Lo gak tau, Nad? Dia kan baru jadian sama si Dodi kelas IPS 1 itu," sahut Beni.
Nada mengangguk mengerti, sekarang ia tahu penyebab temannya tersenyum-senyum sendiri. "Ah, kemarin juga lo jadian, ya, Ben?"
Ia heran dengan teman-temannya, mudah sekali untuk mengatakan dan menerima cinta. Apakah semudah itu? Atau, hanya dia sendiri yang tidak paham dengan masalah percintaan?
Beni tersenyum bangga. "Iya, dong."
"Lo bilang, lo males pacaran. Tapi, mantan lo bertebaran, Ben." Nada heran dengan cowok itu, ia yang bilang pacaran itu membosankan, ribet, dan lain-lain. Tapi, dia sudah beberapa kali bergonta-ganti pasangan, membuatnya dicap sebagai playboy-nya IPA 1.
"Biasa, palyboy mah beda," sahut Lala.
"Kalau gak punya pacar, nantinya kuper, Nad."
Kuper? Nada tertawa terbahak-bahak. Entah apa yang ada di pikiran cowok itu.
"Oh, berarti kita kuper nih, ya?" Denis merangkul Nada.
Nada melepaskan lengan Denis yang ada di pundaknya. Bukan karena risi, tapi lengan Denis sangat berat. Mungkin lengan cowok itu sama beratnya dengan kaki Lala. Tidak, lebih berat lagi sepertinya.
"Kita?" Nada mendelik. "Lo aja kali!"
Mereka tertawa menertawakan Denis yang memanyunkan bibirnya kesal.
"Kemarin gue yang jadian, sekarang si Lala. Kalau lo kapan, Nad?" Beni mengedipkan matanya, sengaja menggoda Nada. Cowok itu akhirnya dihadiahi pelototan oleh Nada.
"Dia kan sukanya sama si Rean, tapi Reannya gak peka," timpal Denis sambil memasuki beberapa kue ke dalam mulutnya.
Rean otomatis menoleh ke belakang, ia menatap ke arah Nada. Sedangkan gadis itu hanya bisa diam mematung. Tidak bisa berkata apa-apa.
Pada akhirnya ia memukul lengan Denis. "Ngomong apa sih lo."
Denis mengaduh. Mengusap-usap lengannya yang dipukul Nada. "Galak banget sih lo, Nad."
"Kita sahabatan, aku gak mungkin bisa suka sama Nana. Begitu juga sebaliknya," ujar Rean sambil tersenyum.
Nada tidak bisa berkata apa-apa lagi saat mendengar penjelasan dari Rean.
Apa mungkin, lo gak akan suka sama gue? Tapi, gue yang udah terlanjur suka sama lo, Re. Gue harus apa?
***