Detik jam dinding terus berganti. Malam pun sudah tiba, dan ia masih duduk anteng di koridor sekolah. Beberapa kelas sudah dikunci, hanya menyisakan dirinya sendiri di sini. Ia sedang menunggu Rean yang belum pulang. Tadi Nada sudah menghubungi Rean, namun sampai saat ini cowok itu belum membalasnya.
Nada pun bangkit dari duduknya, ia
berjalan di koridor. Angin bertiup kencang malam ini. Ia merasakan tubuhnya dingin, mungkin sebentar lagi hujan turun. Gadis itu mengatupkan kedua tangannya.Di belakang sana terdengar ada bunyi bising, seperti bunyi seseorang yang sedang berjalan pelan sambil menyeret sesuatu. Tiba-tiba saja pundaknya merinding. Nada tidak berniat untuk menoleh ke belakang, ia takut. Ia mengambil ancang-ancang untuk berlari ke luar gerbang.
Namun, suara dan decitan bunyi itu semakin mendekat seakan-akan ikut mengejarnya. Nada menggigit bibir bawahnya. Takut dan panik bukan main. Tubuhnya bergetar hebat, ia berlari sekencang-kencangnya menghindari seseorang yang sedang mengejarnya.
Ia merasa jarak dari koridor ke gerbang sangat jauh dua kali lipat. Nada mengusap peluh yang bercucuran di dahinya. Berlari seperti kesetanan.
Ternyata ia sudah keluar gerbang, namun dari sebelah kiri dan kanannya terdapat sinar yang menyorotinya.
"Hey, awas!" teriak seseorang.
Brak!
Pandangan Nada buram. Tubuhnya lemas. Samar-samar ia melihat seorang cowok datang menghampirinya. Nada tidak bisa mendengar jelas suara darinya, hanya bisa merasakan tangan dari cowok itu menepuk-nepuk pipinya.
***
Terdengar suara ribut yang membangunkannya. Ketika ia membuka mata, semua teman-temannya ada di sini termasuk ... Reland. Namun, ia tak menemukan kehadiran Rean. Di mana cowok itu berada?
Nada merubah posisinya menjadi duduk, sambil dibantu oleh Reland. "Hati-hati, Nad!" ucap cowok itu, siap siaga membantu Nada.
"Nad, gue khawatir sama lo. Lo gak-papa, kan?" Lala menggoncang-goncangkan tubuh Nada.
"Nggak. Gua gak-papa," ucap Nada sedikit lemas.
Nada melirik teman-temannya yang masih mengenakan seragam sekolah. "Kalian ... bolos?" Ia melirik jam yang ada di dinding. Seharusnya mereka sekarang berada di dalam kelas, mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung.
"Nggak lah! Tadi abis istirahat langsung dipulangin, guru-gurunya ada acara," jelas Lala.
Nada hanya mengangguk.
"Kita khawatir banget sama lo, Nad. Lo ngapain coba sendirian di sekolah malem-malem, mau uji nyali lo?" sungut Beni.
Denis menyumpal bibir Beni dengan apel yang ada di nakas. "Mulutnya, Bang!"
Mereka tertawa melihat Beni kesusahan mengambil kulit pisang yang ada di mulutnya.
"Rese lo, Den!"
Nada melirik ke arah Reland yang sedang duduk di sampingnya. Ia jadi teringat kejadian semalam. "Lo yang nolongin gue, kan?" tanyanya pada Reland.
"Terima kasih banyak, Land. Gue gak tau mau ngucapin apa lagi."
Reland mengangguk. "Sama-sama. Kebetulan aja gue ada di sana."
"Sebenernya lo ngapain sih di sekolah malem-malem?" tanya Beni. Cowok itu menatap dalam mata Nada.
Nada terdiam. Ia menggigit bibir bawahnya. Apakah ia akan menjawab bahwa ia sedang menunggu Rean?
"Gue semalem nyari buku yang ketinggalan," cengirnya.
Lala menepuk dahinya. "Ya ampun, Nad! Kan besok juga bisa nyarinya, kenapa malem-malem sih?" Gadis itu gemas dibuatnya.