Bianglala

10 5 14
                                    

Lampu kelap-kelip yang dipasang di setiap kedai menambah kesan indah di malam hari. Suara ricuh yang menggema menjadi ciri khas dari pasar malam itu. Mereka tengah mengunjungi pasar malam yang tak jauh dari rumah. Nada yang sengaja mengajak Rean ke sini untuk menghibur diri dan menghilangkan penat.

Nada menatap cowok yang ada di sampingnya dengan senang. Cowok itu memamerkan senyuman lebarnya. Wajahnya berseri-seri memancarkan kebahagiaan, seakan-akan ia melupakan rasa sakit yang tengah menimpanya.

Terkadang ia iri pada Rean, cowok itu tak henti-hentinya mengucapkan rasa syukur atas semua kebahagiaan dan kesedihan yang dialaminya.

"Re, kita naik itu, yuk!" Nada menunjuk pada bianglala yang tengah berputar.

Rean melihat bianglala itu dengan ngeri. "A-aku, takut, Na."

"Gak bakal takut, ada gue. Ayo!"  Nada menarik Rean menuju ke loket pembayaran karcis di sana.

"Na, aku takut ketinggian," bisik Rean ketika Nada akan menyodorkan uangnya.

"Tenang aja. Ayo!"

Dari sini, ia bisa melihat pemandangan di bawah sana. Orang-orang yang berlalu-lalang, para penjual yang sedang berdagang di sana. Teriakan orang-orang yang menggema karena keasyikan menaiki wahana-wahana yang ada di sana.

Namun, Nada menggelengkan kepalanya, ia melihat Rean yang sedang menutup matanya dengan kedua tangan.

"Re, buka mata lo, dong. Gak asyik ah."

"Aku takut, Na." Cowok itu semakin mengeratkan kedua tangannya untuk menutupi mata.

Nada menarik tangan Rean, ia menyuruh Rean untuk membuka matanya secara perlahan agar bisa menikmati keindahan di atas sini.

"Gimana? Indah, kan?"

Rean mengangguk, ia menatap takjub ke bawah sana. Bibirnya yang mungil tak henti-hentinya meracau. Matanya berbinar-binar kegirangan. Bahagia yang sederhana untuk Rean.

"Iya, indah. Kayak kamu," ucap Rean sambil menatap mata Nada.

Perkataannya yang polos mampu membuat Nada merona. Rean selalu membuatnya seperti ini. Malu tidak keruan.

Senyuman dari wajah Rean terpancar sangat menenangkan. Nada mengambil handphone-nya ingin mengabadikan momen ini dengan Rean. Momen langka yang mungkin nanti akan membuatnya tersenyum bahagia setiap melihat foto ini.

"Kita foto yuk, Re!" Rean mengangguk setuju.

Di foto sana, Rean selalu tersenyum. Ada beberapa pose yang membuat mereka tertawa. Nada menatap Rean yang tengah melihat hasil jepretannya.

Re, lo harus tetap bahagia kayak gini. Apapun keadaannya.

Sehabis puas menaiki bianglala, mereka berkeliling mendatangi beberapa penjual yang ada di sana. Tidak ada satu pun yang menarik di mata Nada, Rean jadi kewalahan dibuatnya.

Nada memegang ujung kaus Rean. "Mau itu!" Ia menunjuk ke arah penjual permen kapas di sana.

Rean mengangguk. "Ayo."

Nada mengambil permen kapasnya dengan senang hati. Menunjukkannya pada Rean. Gadis itu terliht sangat bahagia. Berfoto dengan permen kapas itu sebelum memakannya.

Baru saja memakannya sesuap, seorang anak kecil berlari menabraknya membuat permen kapasnya terjatuh.
Nada menatap nanar ke arah permen kapas yang sudah terjatuh ke tanah itu.

Rean menepuk pundaknya. "Gak-papa. Mau beli lagi?"

Nada menggeleng. Matanya berkaca-kaca. "Udah jatuh, Na." Ia menangis membuat Rean panik.

ReNadaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt