Lapangan siang itu mendadak padat dipenuhi orang-orang. Mereka saling berbondong-bondong menuju ke sana.
Sementara seorang gadis sedang duduk anteng sambil menyumpal kedua telinganya dengan headset. Lala menepuk lengan gadis itu. Namun, ia masih asyik dalam dunianya sendiri.
Lala yang gemas menarik headset yang menyumpal telinga Nada. "NADA?!"
Nada menatap Lala dengan heran. "Apa?"
"Kita ke lapangan, yuk? Anak-anak pada ke sana."
Gadis itu menautkan kedua alisnya. Melirik ke luar jendela kelas. Cuaca di sana sangat panas. "Mau apa sih, La? Panas-panas kayak gini juga." Ia mengibaskan tangannya. Menghiraukan ucapan Lala.
"Ini tentang si Rean sama Fenny."
Nada yang hendak menyumpal kembali headset ke telinganya mendadak urung. "Hah? Rean?" Lala mengangguk.
Buru-buru ia bergegas menuju ke lapangan, meninggalkan Lala yang masih diam mematung di tempatnya.
Ia berlari bak kesetanan. Menabrak orang-orang yang sedang berjalan dengan, santai. Nada mengabaikan sumpah serapah dari orang-orang yang ia tabrak.
Gadis itu memegang lututnya dengan lemas. Sambil ngos-ngosan, ia menyeka peluh yang membasahi dahinya. Di hadapannya sudah ada Rean dan Fenny yang menjadi pusat perhatian orang-orang. Nada memegang dadanya. Nyeri.
Fenny semakin mendekat ke arah Rean. Di belakangnya terdapat sebuket bunga yang ia pegang. Gadis itu lalu memberikannya kepada Rean sambil tersenyum malu.
"Aku ... suka sama kamu." Ia menghela napasnya. "Kamu mau gak jadi pacar aku?"
Sontak suara ricuh dari orang-orang yang ada di sana kembali menggema. Mereka berteriak agar Rean menerima cinta Fenny.
"Terima-terima!" Sambil diiringi tepuk tangan.
Nada tercengang melihatnya. Banyak bisikan-bisikan yang mengganggu di telinga kiri dan kanannya.
"Cocok banget, ya?"
"Iya. Sama-sama pinter."
"Si kutu buku bentar lagi jadian!"
"Berani banget si Fenny!"
"Kok, cewek bisa-bisanya nembak cowok, ya? Gak malu apah?"
Ia mendengar suara Beni di belakangnya. Nada menoleh ke belakang, ada Beni di sana.
Cowok itu merangkul Nada dengan kencang. Ia menutupi kedua telinga gadis itu. Nada berusaha melepaskan tangan Beni yang menutupi telinganya.
"Lepasin!" Ia menggigit tangan Beni.
"Sakit tau." Beni mengaduh kesakitan.
Nada mendelik. "Lagian ngapain nutupin telinga, sih?"
"Takut ada bom meledak sebentar lagi."
Nada terus berdoa di dalam hatinya. Semoga Rean tidak menerima cinta Fenny.
Hal yang mereka tunggu-tunggu akhirnya tiba. Rean menerima bunga dari Fenny. Otomatis menerima cintanya juga.
"Iya. Aku mau jadi pacar kamu."
Fenny tersenyum senang. Ia langsung memeluk Rean. Cowok itu pun membalas pelukan Fenny.
Suara tepuk tangan bergema kembali. Mereka bersorak gembira atas hari jadi Rean dan Fenny.
Lengkungan yang ada di bibirnya langsung turun. Lututnya mendadak lemas, ia tak menyangka Rean akan menerima Fenny. Sekarang, ia tak bisa melakukan apa-apa lagi.