"La, l-lo tau dia siapa?"
Lala mengangguk. Ia tahu semua murid-murid di SMA ini. Mulai dari yang terkenal, sampai si kutu buku. Lala mengenal semuanya. Apalagi most wanted-nya sekolah ini. "Namanya Fenny, anak Bahasa 1."
Nada hanya ber-oh ria. "Ngapain dia ke sini?" tanyanya sinis. Matanya masih menatap tajam ke arah gadis itu.
"Sewot banget, Neng." Lala terkikik geli. "Mereka lagi belajar bareng buat ikutan olimpiade bulan depan."
Jika sebelum-sebelumnya Rean akan memberitahunya tentang apapun, namun kali ini berbeda. Dia tak memberitahunya sama sekali tentang olimpiade ini.
Apakah ini yang dinamakan cemburu? Saat melihat seseorang yang disayangi bersama dengan orang lain.
Nada tak mau mengambil pusing. "Eh, La, gue duluan ya!"
Ia sempat menoleh ke arah Rean, berharap dia juga akan menoleh padanya. Namun, nihil, cowok itu sedang asyik berbincang dengan gadis bernama Fenny.
Nada menunggu Rean di samping sepedah cowok itu. Sudah dua jam ia duduk di sini menjadi pusat perhatian orang-orang yang berlalu-lalang melewatinya. Ada sebagian dari mereka yang menatap aneh ke arahnya.
"Apa?! Mau gue colok tuh mata?" Orang itu bergidik ngeri, mempercepat langkahnya menjauhi Nada.
Nada melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah selama ini, namun Rean masih belum keluar juga. Nada akhirnya pasrah. Ia duduk di bawah pohon untuk berteduh dari panas yang menyengat kulitnya.
Tidak beberapa lama, Rean keluar bersama Fenny. Nada menatap malas ke arah gadis itu. Setelah Fenny melambaikan tangannya pada Rean, Rean menatap ke arah Nada. Menghampiri gadis itu sambil mendorong sepedanya.
"Kamu belum pulang?"
Nada melipatkan kedua lengannya. Mengabaikan Rean yang tengah berbicara dengannya.
"Nunggunya udah lama?"
Lagi dan lagi Nada diam. Tak menyahut.
"Kamu marah?" Rean memicingkan matanya. "Maaf, ya, tadi aku lagi—"
"Gue ngambek, Re! Lo gak peka banget sih! Siapa cewek tadi, Re? Siapa?" Tak sengaja ia berteriak, membuat sebagian orang yang ada di sana menatap ke arahnya.
Nada menutup wajahnya dengan kedua tangan, untuk menutupi rasa malunya. Ia pergi meninggalkan Rean yang masih berdiam diri di sana.
Rean mengejar Nada sambil mendorong sepedanya. Mensejajarkan langkahnya dengan gadis itu.
"Gak mau naik? Capek lho jalan kaki terus."
"Gak!" Nada membentak Rean membuat cowok itu tersentak.
"Nana?" Rean memanggilnya dengan sebutan itu, membuat Nada tak mampu lagi untuk marah padanya.
"Lo curang, manggil gue dengan sebutan itu!" Nada berdecak sebal.
Rean tersenyum. "Dia Fenny, kelas Bahasa 1. Kita lagi belajar buat nanti olimpiade," jelasnya.
"Gue udah tau." Nada memasang wajah jutek.
Rean menghela napasnya. Menghadapi Nada yang sedang marah seperti ini harus mempunyai kekuatan ekstra sabar.
"Ya udah, gak-papa. Kamu mau naik gak?" tanyanya dengan nada lembut.
Nada akhirnya menurut, ia duduk di belakang Rean. Ia melingkarkan tangannya ke pinggang Rean, memeluknya dari belakang.
Maaf, tadi gue udah cemburu, Re.