Part 19•^abang sepupu^

37 5 0
                                    

~• lebih baik hancurkan,daripada dibiarkan mengacau kembali •~

Paris, 09:32

"Lo beneran? Kenapa ga pulang sekarang aja?"Fafa meyakinkan kembali untuk mengajak Ruby pulang bersama.
"Haishh,kan udah gue bilang,ga lama kok.Kalian baik baik ya sorry pulangnya naik pesawat,soalnya gue bener bener harus pake jet."
Ruby berbicara dengan nada tak enak hati kepada temannya
"Ya ampun By,Lo apaan sih.Gue udah terima kasih banget kemarin Lo bantuin temen temen juga.Lo ga usah ga enak segala lah"
Ara mencoba menyingkirkan pikiran tak enak Ruby.
"Ya udah kalian hati hati ya,klo ada apa apa langsung hubungin gue"
Ruby mulai posesif dengan temannya
"Ah Lo mah,harusnya kita kita juga yang khawatir sama Lo,Lah ini?"
Fafa kembali angkat bicara
"Ya udah kalian sana gih.Udah mau take off tuh"
"Idih ngusir kita kita nih?"
Berlian berbicara dengan nada agar menyindir namun sebatas candaan
"Iya! Buru sono Lo semua!"
Semuanya meninggalkan Ruby setelah pelikan perpisahan.

Setelah semua temannya menghilang Ruby langsung menuju Jetnya.
Jet milik Ruby langsung terbang menuju Inggris.

Sampai di Inggris,Ruby disambut oleh seorang wanita dewasa yang pakaiannya kurang bahan,sebenarnya Ruby sangat tak suka karena gayanya yang seperti jalang.Namun apa boleh buat saat itu hanya ada dia yang bisa dipercaya menjadi CEO.

"Nona selamat datang di London"
"Terima kasih"
"Langsung ke Perusahaan.Kita adakan rapat besar"
Wanita itu seketika agak terkejut,namun berusaha tenang
"Baik Nona,Silahkan masuk"
Ruby dan rekan kerjanya menaiki mobil menuju Perusahaan Ruby.

Mobil berhenti tepat didepan sebuah gedung pencakar langit,Ruby turun dengan anggun dari mobil sportnya.
Saat pintu masuk terbuka otomatis,semua karyawan menyambutnya dengan hormat
"Selamat datang kembali Nyonya"
"Terima kasih"
Ruby hanya membalasnya dengan tersenyum tipis.

Ruby berjalan ke ruang meeting.
Disana semua sudah berkumpul dan duduk dikursi masing masing sesuai posisinya.

Saat melihat pintu terbuka semua yang ada di ruangan langsung berdiri,terlihat seorang remaja perempuan memasuki ruangan dengan topeng berwarna hitam yang menutupi setengah muka.
Semua orang membungkuk hormat.
"Selamat datang Nyonya"
"Terima kasih"
Semua lalu duduk kembali setelah Ruby duduk duluan.
"Langsung dimulai"
Ruby memberi isyarat kepada sang CEO kepercayaannya untuk memulai menyampaikan laporan perusahaan.

Sang CEO mulai menjelaskan kepada Ruby poin poin pentingnya di hadapan seluruh orang.
Ruby menyimaknya dengan santai.
Saat sudah selesai Ruby tiba tiba meminta Marsha untuk memberikan sesuatu.
"Jelaskan ini!"
Ruby memberi perintah tanpa memandang orang yang dimaksud untuk menjelaskan.
Semua orang melihat video yang ditayangkan di layar besar diujung ruangan.

CEO yang berada didekat Ruby langsung berkeringat dingin.
Semua masih terdiam,tak ada yang buka suara hingga Ruby merasa jengkel karena waktunya terbuang.
"Tak ada yang bicara? Saya rasa kalian sudah bosan bekerja. Ambil gaji terakhir lalu keluar dari perusahaan!"
Semua langsung terkejut
"Saya tidak tahu menahu soal ini nyonya"
Salah seorang disana tiba tiba bicara
"O ya? Siapa lagi?"
"Kami semua tak tau nyonya"
"Baiklah,mungkin kalian ada yang jujur dan tidak"

Selanjutnya terlihat disana video lainnya.
"Maafkan Saya Nyonya.Saya khilaf dengan itu semua"
"Tolong ampuni kami nyonya jangan pecat kami"
CEO dan beberapa karyawan memohon kepada Ruby setelah video kedua berhenti diputar.

"Saya rasa,tak usah banyak bicara lagi.Ambil gaji kalian dan keluar dari perusahaan ini!"
Ruby berbicara dengan pandangan lurus tak memandang mereka sama sekali.
Mereka tak ada yang berani bicara lagi.Sudah bagus Ruby tak menuntut mereka.
"Maafkan kami Nyonya"
"Saya maafkan,kalian saya blacklist!"
Semua terkejut bukan main,namun mereka sadar bahwa mereka tak pantas untuk bicara lagi.Sudah bagus mereka tak dituntut,tapi mereka sungguh tak tau dari sini mau bagaimana cari kerja lagi.Secara,Perusahaan yang memecat mereka adalah perusahaan besar,apalagi sampai di blacklist pasti tak ada yang mau menerima mereka di perusahaan manapun.

Setelah semua pegawai yang bersalah dipecat dan pergi.Ruby kembali melanjutkan tujuannya.
"Baiklah,ini semua jadi pelajaran untuk kalian.Tuan Sanats Laucer,menggantikan CEO terdahulu sekarang Sanats adalah CEO."
"Terima kasih Nyonya"
Setelah mengatakan hal itu Ruby berdiri dan pergi.
"Rapat ditutup terima kasih semuanya"
"Terima kasih kembali Nyonya"
Semua membungkuk hormat.

Ruby sekarang berjalan menuju pintu utama.
"Marsha,bereskan semua pengacau.Hubungi mereka untuk membereskannya"
"Baik Nona"
Setelah itu Ruby dan Marsha menaiki mobil menuju hotel.

Ditengah perjalanan Ruby meminta untuk mampir ke toko perhiasan.
"Marsha berhenti didepan sana"
Ruby lalu turun dan masuk ke dalam toko diikuti Marsha.
"Selamat datang Nona,ada yang bisa saya bantu"
"Tolong pilihkan sebuah hiasan telinga untuk gadis umur 12 tahun."
"Sebelah sini nona,Silahkan duduk kami akan ambil dulu"

Beberapa saat kemudian Ruby memilih hiasan hiasan yang ada di meja.
"Yang itu,bungkus untuk ku"
"Akan saya bungkus segera nona,harap tunggu sebentar."
"Ini barangnya dan tanda tangan disini"
"Marsha."
Setelah Marsha menandatangani itu Ruby dan Marsha meninggalkan toko tersebut dan melanjutkan perjalanan ke hotel.

"Setelah Marsha menandatangani itu Ruby dan Marsha meninggalkan toko tersebut dan melanjutkan perjalanan ke hotel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti ini kira-kira bentuk dari hiasan telinga yang dibeli Ruby.

Sesampainya di hotel Ruby langsung menggunakan lift khusus dan menuju ke Kamar khusus miliknya.
Ruby menaruh kotak aksesoris di atas meja.Lalu Ruby berlalu menuju kamar mandi.
"Huh,badanku lengket banget.Kira kira Rayna suka ga ya?"
Ruby memebeli tadi untuk Rayna.
Lalu Ia tak berpikir lagi dan langsung melanjutkan mandinya.

Setelah mandi,Rayna melirik jam
Ternyata udah pukul 18:21
"Ha?! Padahal janji ketemu Wildan jam 19:00!!"
Ruby sontak kalang kabut.
Ia langsung berganti dan memakai Dress warna biru dongker,dan memakai heels senada.Lalu Ia mengikat tinggi rambutnya.
Setelah memakai lipbalm dan memoles sedikit wajahnya.Ia langsung mengambil tas tangan dan terburu turun.

Saat lift terbuka,Marsha sudah menunggu Ruby di depan lift.
"Mari nona sudah mepet"
"Iya"
Mereka lalu terburu menuju ke mobil yang telah siap mengantar dan menunggu di depan lobby hotel.

"Cepetan Sha nyetirnya.Udah mau telat"
"Iya nona ini udah kecepatan tinggi"
"Tambah lagi Sha!!"
"Baik nona"

Sementara itu,Darren dari rumahnya menelepon Ruby,namun tak diangkat.
Sekali lagi,tak ada jawaban.
"Duh,kamu kok ga jawab sih."
Darren tak putus asa dan terus menelepon Ruby.
Tut! Tut!
"Duh,kok perasaanku jadi ga tenang"

Setelah mencoba berkali kali tak bisa Darren akhirnya memutuskan untuk menunggu.

"Marsha cepetan dikit."
"Nona ini bahaya kita juga bisa ditangkap polisi klo begini,ini udah 220km/h"
Setelah beberapa menit akhirnya mereka dapat sampai tepat waktu.
"Selamat malam tuan Wildan,maaf jika harus menunggu"
"Tak apa Nyonya,ini sama sekali tidak masalah.Saya juga baru sampai beberapa menit lalu"
Setelah Ruby duduk diseberang Wildan.
"Ngaco Lu dek! Ama Abang sendiri pake tuan Nyonya,halah"
Wildan mencibir Ruby
"Hehe,biar kayak orang penting aja Lah.Lagian Lo itu lebih mudah dua hari dari gue.Apaan Lo panggil Nyonya kek gue udah mak mak aja"
Ruby menampilkan wajah seakan merajuk
"Hehe,Santai lah.Kan Lo Adek sepupu gue,ga usa Protes!"
Wildan menekan kata Protes

Setelah usai makan malam,mereka berdua mendiskusikan bisnis.Setelah selesai mereka berbincang ringan.
"Dek,Lo gapapa idup sendiri?"
"Lo kira gue bayi harus diurusin ha?sans lah gue aja enjoy"
"Haish,Lo itu selalu aja gitu.Awas Lo klo ada apaan ga kasih tau gue,gue coret Lo dari buku silsilah!"
Wildan menampilkan wajah mengerjai.
"Bodo Bang! Orang tua gue udah ga ada juga."
"Eh,Lo itu dasar.Ga tau gue ada cewek kek Lo ga bisa diancem"
"He hehehe"
Ruby terkekeh menanggapi kakak sepupunya itu

Bad girl squadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang