Chapter 16

3.3K 403 63
                                    



Semua tak dapat dihindari oleh Taehyung. Seminggu setelah ia lulus kuliah, tuan Kim langsung memperkenalkannya sebagai calon penerus perusahaan kepada para koleganya. Tentu semua itu tak berjalan dengan baik. Tiga hari sebelum Taehyung resmi menjadi penerus perusahaan, ia sempat berdebat dengan appanya. Menolak mentah-mentah permintaan appanya. Ia ingin menjadi pelukis atau arsitek, bukan anak bisnis seperti appanya.

Tapi ia juga tak bisa egois hingga melimpahkan semuanya pada Jimin. Ia tahu Jimin juga tak menyukai dunia bisnis. Ia juga masih terlalu kecil untuk memahami segala yang ada di dunia bisnis. Taehyung tak ingin mimpi Jimin berakhir dengan sebuah mimpi saja seperti dirinya. Jadi ia memutuskan untuk mengiyakan permintaan appanya. Toh ia masih bisa melukis disela kesibukannya. Ini semua sudah ia jalani hampir dua bulan. Cukup melelahkan dibanding dengan mengurus Jimin.

"Hyung! Ini masih terlalu pagi!" protes Jimin ketika Taehyung menarik selimutnya.

"Hyung tak ada waktu untuk menunggumu lebih lama lagi, Jimin. Ada rapat nanti jam tujuh," sahut Taehyung sambil menarik kedua tangan adiknya agar berubah posisi menjadi duduk.

"Yaish! Ya sudah pergi sana!" usir Jimin dengan mata setengah terpejam.

"Lalu siapa yang mengantarmu?" tanya Taehyung sambil bersedekap dada.

"Tak usah dipikirkan. Aku akan berangkat sekolah dengan temanku," ujar Jimin dan kembali merebahkan dirinya di kasur.

Taehyung menghela nafas berat. Entah sudah keberapa kalinya Jimin bersikap acuh padanya. Dulu itu sangat wajar mengingat Jimin memang memiliki sifat yang cuek. Tapi rasanya sangat berbeda dalam kasus ini. Mungkin semenjak Taehyung sibuk dengan urusan kantornya.

"Hyung berangkat dulu. Sarapanmu sudah ada di meja makan," setelah itu Taehyung langsung pergi.



Jimin segera bersiap agar tidak terlambat datang ke sekolah. Sebenarnya ia tak berangkat bersama temannya, ia hanya beralasan saja agar Taehyung cepat pergi. Setelah semuanya selesai, ia segera turun menuju ruang makan. Jangan tanya di mana appa dan eomma mereka. Jelas saja mereka sudah di luar negeri untuk mengurusi perusahaan mereka yang ada di sana. Jadi bisa dibilang mereka pulang hanya untuk menyuruh Taehyung mengambil alih perusahaan mereka yang ada di Seoul. Jimin saja sampai tak habis pikir dengan itu semua.

"Wah, aku tak menyangka kalau hyungku hanya menyiapkan lembar roti dengan selai kacang," Jimin terperangah melihat isi meja makannya. Ia juga menyelipkan senyum kecewa di wajahnya. Lalu ia memutuskan untuk meminum susu dan segera berangkat ke sekolah.



Tapi hari ini sepertinya Jimin harus rela berjalan kaki karena bus terakhir sudah jalan ketika Jimin masih 20 meter dari halte. Lagi, sepertinya ia juga harus rela dihukum karena terlambat.

"Yaish! Jinjja! Kenapa hari ini aku sial sekali sih?!" gerutu Jimin sambil mempercepat langkahnya. Semoga saja ada orang yang mau memberinya tumpangan gratis.



Tin!



Jimin sedikit berjengit ketika mobil yang tepat berada di sampingnya membunyikan klakson.

"Pagi, anak itik. Di mana indukmu? Kenapa di pinggir jalan sendirian?" Jimin langsung menatap datar orang yang menyembul dari kaca jendela mobil.

"Pagi, kelinci tak tahu diri," jawab Jimin dengan senyum paksa yang langsung berubah jadi wajah datar dua detik kemudian.

"Tak sopan sekali!" cibir Jungkook.

"Hyung, antar aku ke sekolah!" pinta Jimin memaksa.

"Tak mau! Hyung bukan sopirmu!" tolak Jungkook mentah.

"Kau tega membiarkan aku berjalan beratus-ratus meter dari sini?!" ujar Jimin kesal.

"Yang penting bukan aku kan?" sahut Jungkook dengan menarik salah satu sudut bibirnya dan memainkan kedua alisnya. Menyebalkan sekali jika dilihat.

"Hyung!!" seru Jimin dengan wajah memerah.

"Iya iya, ayo cepat naik!" suruh Jungkook setelah berhasil menggoda Jimin.


Mereka segera menjalankan mobilnya menuju sekolah Jimin.

"Tumben sekali Taehyung tak mengantarmu," ucap Jungkook untuk memecah keheningan.

"Sibuk. Aku juga malas diantar olehnya," jawab Jimin datar sambil bermain ponselnya.

Jungkook mengangguk-anggukan kepalanya, tanda paham. Memang setelah Taehyung diangkat jadi wakil CEO di perusahaan appanya ia sering sibuk sampai-sampai sudah jarang bertemu Jungkook untuk sekedar bermain game atau pergi ke cafe. Iya cafe, kan Taehyung tak bisa minum alkohol.

"Hyung, ayo kita ke mall," ajak Jimin sambil menatap Jungkook penuh harap.

"Kapan?" tanya Jungkook sambil melirik Jimin sekilas.

"Sekarang."

"Ysk! Ini masih pagi dan kau harus sekolah!" seru Jungkook sambil menatap Jimin tak percaya.

"Aku malas sekolah. Ayolah hyung, aku ingin refreshing," sahut Jimin sambil menggoyang-goyangkan lengan kanan Jungkook.

"Setelah pulang sekolah saja," usul Jungkook.

"Aku belum sarapan. Aku lapar," Jimin mengerucutkan bibirnya.

"Wah, sangat jelas sekali kau berbohong. Mana mungkin Taehyung membiarkanmu pergi begitu saja tanpa sarapan," Jungkook berujar dengan nada tak percaya.

"Mungkin tidak akan. Hanya saja dia selalu menyiapkan makanan cepat saji atau roti selai," Jungkook lagi-lagi melongo tak percaya.

"Kim Taehyung si higenis  menyediakan makanan seperti itu di rumah kalian?! Sulit dipercaya."

"Mungkin semenjak dia sibuk dengan urusan kantornya," jawab Jimin sambil memalingkan wajah ke arah jendela.

"Ayo kita makan di kedai milik bibiku. Kau bisa pesan sepuasnya di sana," ujar Jungkook mengundang binar di mata sipit Jimin.

"Wah! Jungkookie hyung memang jjang!" ujar Jimin sambil mengacungkan kedua jempolnya.







Jimin memesan beberapa makanan berat juga churros sebagai makanan penutup. Itu semua Jungkok yang bayar. Katanya ia sedang berbaik hati dan bahagia karena srbentar lagi Jungkook akan melamar yeojachingu nya. Berarti ini adalah hari keberuntungan Jimin karena bisa bertemu dengan Jungkook.

"Selesai makan kau mau ke mana?" tanya Jungkook disela kunyahannya.

"Game center?" pikir Jimin.

"Ayo!"

"Oh ya, apa Taehyung tak merasa keberatan dengan pekerjaannya?" tanya Jungkook karena terlalu penasaran dengan si alien yang sama sekali tak suka dunia bisnis. Tahu sendiri dunia bisnis itu kebanyakan tak sehat alias suka bermain curang dan kambing hitam.

"Ku rasa tidak. Malah dia terlihat begitu menikmatinya sampai-sampai lupa denganku," Jungkook paham kalau Jimin mungkin sedikit kecewa dengan Taehyung. Tahu sendiri kalau mereka berdua itu seperti apa.

"Dia bekerja juga untukmu," Jimin hanya memutar bola matanya malas. Terlalu jengah mendengar kalimat itu.

"Bahkan dia lupa kalau aku alergi kacang," gerutu Jimin lirih.

"Segitunya?!" pekik Jungkook membuat Jimin langsung melotot horor.

"Bisa tidak jangan berteriak?!" protes Jimin karena kesal sekaligus malu.

"Tak bisa! Dia itu sudah kelewatan. Aku tahu kalau kau sangat dijaga olehnya. Tapi hanya karena urusan kantor dia jadi lupa segalanya. Ck!" decak Jungkook karena kesal dengan sikap Taehyung.

"Maklumi saja, dia memang ceroboh," sahut Jimin datar sambil kembali memasukkan daging ke mulutnya.

"Terserah kau saja lah!"




















Hai, aku kembali lagi😂
Ini chapter terbaru ya, semoga aja ada yang masih nyimpen di reading list.

Jangan lupa vomment ya..

Annyeong💜💜💜💜💜💜💜

Me VS Hyung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang