Chapter 19

3.5K 419 127
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Taehyung sudah berada di tempat parkir mobil sekolah Jimin lengkap dengan kemeja putih yang digulung ke atas. Setelah mendapat telepon dari Jungkook tadi pagi. Sorenya ia benar-benar menjemput Jimin sesuai perintah Jungkook. Sebenarnya ia juga punya inisiatif sendiri untuk menjemput Jimin. Niatnya ingin meminta maaf dan mengajak sang adik pergi ke game center.

Bel sekolah berbunyi, itu artinya Jimin akan keluar sebentar lagi. Maka dari itu Taehyung juga keluar dari mobilnya agar Jimin tak bingung nanti.

"Jimin!" Jimin yang tadinya berjalan gontai sambil memegang tasnya dan menendang-nendang kerikil kecil langsung mendongak untuk memastikan siapa yang memanggilnya. Barangkali ia salah dengar.

"Hyung?" gumam Jimin dan langsung menghampiri Taehyung karena merasa risih dengan tatapan siswa lain.

"Ayo pulang. Kau tak ada jam tambahan kan?" ajak Taehyung sementara Jimin yang masih bingung hanya mengangguk dan menggeleng sebagai jawaban.




"Jungkook sibuk jadi dia tak bisa menjemputmu," ujar Taehyung setelah menjalankan mobilnya menjauh dari sekolah Jimin.

Jimin hanya mengangguk canggung karena merasa tak enak sekaligus merasa bersalah.

"Apa pekerjaanmu tak banyak, hyung?" tanya Jimin hati-hati.

"Entahlah, hyung pusing terus-terusan memikirkan pekerjaan hyung. Lagi pula ada sekretaris, kau harus tahu kalau hyung ini bossnya. Jadi hyung bisa sedikit bebas mau melakukan apapun termasuk keluyuran di jam kerja," Jimin mengangguk saja karena ia tak tahu harus apa. Taehyung yang menjawab tanpa keseriusan pun menjadi ikut canggung. Niat menyombongkan diri agar sang adik mencibir atau protes pupus sudah.

"Apa kau lebih suka dijemput oleh Jungkook, Jim?" pertanyaan yang Taehyung lontarkan membuat Jimin cepat-cepat menoleh ke arah Taehyung yang masih fokus dengan jalanan.

"Kenapa hyung berpikir seperti itu?" tanya Jimin tak suka.

"Rasanya aneh saja. Kau seperti selalu menghindar dariku. Bahkan sekarang kau tak pernah meladeni ucapanku seperti biasa," sahut Taehyung.

"Kau terlihat lebih dekat dengan Jungkook akhir-akhir ini. Dulu kau sering bertengkar dengannya jika bertemu. Tapi sekarang kau hampir setiap hari menempel padanya," ucap Taehyung dengan sudut bibir yang terangkat sebelah.

"Jujur saja jika kau merasa risih jika denganku," lanjut Taehyung sambil melirik Jimin sekilas.

"Aku sedang mencoba mengerti keadaanmu, hyung," ucap Jimin sambil menatap kosong ke depan.

"Kau sibuk bekerja demi keluarga kita. Tanggung jawabmu besar untuk perusahaan yang sedang kau pegang. Aku hanya ingin bersikap lebih dewasa dengan cara tak membuatmu semakin repot saat mengurusku-

"Tapi kau merepotkan Jungkook," sambar Taehyung membuat Jimin kembali menoleh pada Taehyung.

"Begitu kah? Apa aku terlalu merepotkan banyak orang?" tanya Jimin dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Pantas saja eomma dan appa jarang mengurusku. Ternyata karena aku ini merepotkan ya," Jimin beralih menoleh keluar jendela. Diam-diam meneteskan air matanya.

"Jim, bukan- maksud hyung bukan begitu," ujar Taehyung merasa bersalah.

"Iya, aku tahu, hyung. Terima kasih sudah menyadarkanku dan maaf karena sepertinya aku juga lebih merepotkanmu," Jimin tersenyum simpul ke arah Taehyung.

"Jim-

"Lupakan, hyung. Ah! Bagaimana dengan pekerjaanmu di kantor? Apa jadi bos itu menyenangkan?!" Jimin segera menghapus air matanya dan bertanya dengan nada antusias.

Taehyung merasa teriris melihat sikap Jimin yang langsung berubah drastis.

"Menyenangkan. Hyung bisa menyuruh karyawan hyung dengan sesuka hati. Tapi hyung masih cukup tahu diri dan tahu batasan. Juga menyebalkan sih. Banyak sekali dokumen yang harus dikerjakan belum lagi terkadang ada meeting mendadak," jelas Taehyung sesuai dengan apa yang ia rasa.

"Lain kali aku mau ke sana," ucap Jimin penuh ambisi.

"Bagaimana dengan besok?" tanya Taehyung.

"Kalau aku tak sibuk," jawab Jimin menimang.

"Aih! Memangnya kau sibuk apa?" Taehyung mengangkat satu alisnya karena penasaran namun tetap fokus pada jalanan.

"Entah, mungkin tidur atau bermain game," sahut Jimin asal.

"Jim, soal tadi. Hyung minta maaf. Hyung benar-benar tak bermaksud seperti itu. Hyung hanya tak suka karena kau selalu mementingkan pekerjaan yang sangat-sangat hyung benci. Pekerjaan itu membuat hyung semakin jauh dari kewajiban hyung untuk mengurusmu. Membuat hyung semakin jauh dengan sahabat baik hyung, Jungkook. Maaf, Jim." Taehyung benar-benar merasa bersalah sekarang. Ia ingin semuanya tak semakin rumit. Berjalan seperti biasa sesuai keinginannya.

"Aku juga minta maaf karena selalu membuatmu kecewa, hyung. Aku pikir dengan aku menjaga jarak seperti itu, kau jadi lebih fokus dengan pekerjaanmu sehingga kau bisa pulang lebih cepat untuk menemaniku di rumah. Aku juga ingin kau sadar bahwa aku ingin diperhatikan lagi olehmu. Rasanya sepi sekali kalau setiap hari kau selalu lembur. Jika tidak pun kau akan mengurung diri di kamar untuk menyelesaikan pekerjaanmu. Kau tahu sendiri kan kalau aku tak punya banyak teman. Maka dari itu aku sering bermain dengan Jungkook hyung," jelas Jimin sambil tersenyum kecut.

"Jujur saja, hatiku sakit ketika kau lebih mementingkan lembaran kertas itu dibandingkan aku. Tapi, aku tak boleh egois kan? Kau juga punya tanggung jawab yang lainnya," Taehyung menitikkan air matanya. Perkataan Jimin membuatnya sadar kalau selama ini ia mengacuhkan keberadaan Jimin. Bahkan cemburu pada kedekatan sang adik. Seharusnya ia sadar kalau semua terjadi karena ulahnya.

"Hyung akan berusaha untuk membagi waktu hyung, Jim. Marahi hyung jika hyung mengacuhkanmu. Marahi hyung jika hyung sering meninggalkanmu sendiri di rumah. Panggil hyung jika kau butuh sesuatu.
Ayo kita perbaiki semuanya seperti semula," Jimin mengangguk mantap dengan pipi yang semakin basah karena air mata. Taehyung segera menghapus air mata sang adik dengan satu tangannya. Ia juga ikut menangis tapi diiringi senyum lega.

Tak lama kemudian bunyi nyaring menyadarkan Taehyung. Sebuah mobil sedang melaju cepat ke arahnya dan Taehyung yang panik langsung membanting stir ke kiri.

"Hyung!"






BRAK!!






Mobil yang di kendarai Taehyung menabrak pembatas jalan yang sepi.
Yang terakhir kali Jimin lihat adalah hyungnya yang terpejam dan dirinya merasa amat sangat pusing dan sepertinya ada sesuatu yang mengalir dari pelipisnya. Jangan lupakan tubuhnya yang terasa sangat sakit.

"Hy-hyung," Jimin menggerakkan tangannya untuk menyentuh wajah Taehyung. Tapi sebelum tangan kecil itu menyentuh pipi sang hyung, kesadaran Jimin mulai menipis sebelum akhirnya dia tak sadarkan diri.



























Kalo work ini jadi sad ending kalian ikhlas dong? Kan kalian suka kalo bias sendiri dinistain.

Jangan lupa vomment ya....

Annyeong💜💜💜💜💜💜💜

Me VS Hyung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang