.
.
Deretan rak menjulang tinggi dengan aneka bentuk dan warna mainan di dalamnya. Mobil-mobilan, helikopter, pesawat terbang mini, pistol-pistolan, robot, puzzle, Lego, boneka, kalian sebut saja, semua ada di sini.Kami bertiga sedang berada dalam sebuah toko mainan di pusat perbelanjaan. Papa berjanji untuk membelikan Jimin mainan sebagai pengganti karena tidak diperbolehkan memelihara binatang.
Namun sedari tadi Jimin belum memilih, dia hanya menyusuri rak demi rak. Matanya melihat satu persatu tapi tidak ada yang dia sukai.
Sampai akhirnya di sebuah rak yang berisi macam-macam boneka. Ada koala biru, domba putih gemuk, kelinci pink, dan lainnya. Tangan Jimin meraih sebuah boneka anjing putih yang mengenakan hoodie kuning. "Yan ini saja, Papa," katanya sambil memeluk boneka itu.
Papa berjongkok dan mengelus rambut Jimin, "Yakin mau yang ini, Jimin-ie?"
"Iya, Pa. Lidahnya kelual milip sepelti Holly," ucapnya dengan senyum lebar yang manis, matanya hampir tidak kelihatan karena menyipit.
"Baiklah."
.
".... Dua saudara itu berhasil mengalahkan raksasa. Penduduk desa akhirnya dapat hidup tenang tanpa gangguan raksasa yang suka memakan anak-anak. Tamat," kataku membaca buku dongeng.
Jimin sudah berbaring di atas tempat tidurnya. Tangan kiri memeluk Chimmy, itu nama si boneka baru. Sedangkan tangan sebelahnya lagi memainkan selimutnya. Boneka dinosaurus yang biasa ada di samping kanannya.
"Dua saudala belalti sepelti Chim dan Yoonie hwun, ya Ma?" Walaupun matanya setengah terpejam tapi Jimin belum tertidur. Jimin sangat menyukai cerita, dia baru akan tidur setelah ceritanya tamat.
"Ya, kira-kira seperti itu," aku mencium pipinya, menghirup wangi sabun bayi, "Selamat malam, Chim."
"Selamat malam, Mama." Jimin berguling ke samping, matanya terpejam. Namun mendadak matanya terbuka lagi seperti mengingat sesuatu, "Ma, besok Chim boleh bawa Chimmy ke sekolah? Yoonie hwun kan belum lihat."
Aduh, dasar anak ini, masih saja suka pamer. "Lihat besok saja ya," elakku.
Jimin sepertinya puas dengan jawabanku, dia menutup mata dan tertidur.
.
Keesokannya terjadi sedikit keributan di meja sarapan. Perdebatan panjang antara aku dan Jimin, memaksa Papa untuk turun tangan. Keputusannya Chimmy boleh dibawa ke sekolah, tapi cuma hari ini saja.
Siang harinya di sekolah, aku melambai kepada Jimin, "Chim, ayo cepat pulang. Mama harus segera pergi ke bank terus ke supermarket."
"Okei, Ma. Bai, Taetae, Kookie. Bai hwun." Jimin melambai kepada teman-temannya lalu berlari kepadaku.
"Bai, Chim."
"Da, hwun."
Taetae dan Kookie yang sedang bermain pasir bersama-sama melambai. Sedangkan Yoongi hanya mengangguk.
Malam harinya....
"Mama lihat si Chimmy?" tanya Jimin setelah menggosok gigi.
"Tidak, sayang. Coba cari di kamar," aku menjawab sambil mencuci piring makan malam.
Jimin langsung berlari menuju kamarnya, tapi kemudian kembali lagi dengan wajah panik. "Nda ada di kamal, Ma."
Aku segera menyelesaikan tugasku lalu bersama Jimin mencari boneka itu ke seluruh penjuru rumah. Di bawah sofa, di ruang tengah, di kamar tidurku. Di seluruh penjuru rumah sudah dicari, tapi masih belum ketemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
(The Story Of) Chim And Yoonie
FanfictionCerita Chim dan Yoonie hwun, dua anak yang berbeda karakter tapi bersahabat karib sejak hari pertama mereka bertemu di sebuah Taman Kanak-kanak.