Sibuk

921 135 18
                                    

Selamat datang di chapter baru.

Happy reading

.
.

Bel pulang sekolah berbunyi, anak-anak berlarian keluar dari kelasnya masing-masing setelah memberi salam kepada gurunya.

"Sampai ketemu besok, Chim," kata Min ssaem ceria. Tangannya terangkat setinggi bahu, memberi salam high five kepada setiap anak murid kelasnya.

Jimin mengulurkan kedua tangan untuk membalas tos high five dari gurunya. Sekarang ini Jimin hanya sedikit lebih tinggi dari pinggang gurunya sehingga dia harus sedikit meloncat. 

"Sampai besok, Min ssaem." Jimin berjalan keluar kelas. Pipi gembulnya terangkat tinggi karena tersenyum lebar.

Di belakangnya berturut-turut ada Taehyung dan Jungkook yang semuanya membalas salam guru mereka sambil tersenyum gembira. Demikianlah sekolah Taman Kanak-kanak, setiap hari selalu dimulai dan diakhiri dengan keceriaan.

"Chim," aku memanggil anakku, Jimin berpaling begitu mendengar suara ibunya. Kakinya melangkah ringan berjalan menghampiriku.

Tapi Jimin bukan ingin segera pulang. Ia melepas tas sekolahnya dan menyerahkan ke tanganku. "Chim main dulu sama Yoonie hwun ya," Jimin berlari kembali ke area bermain.

Aku menggeleng meskipun sudah tidak heran. Memang kebiasaan Jimin pulang sekolah, pasti bermain dengan Yoongi. Tempat janjian mereka adalah ayunan warna kuning. Bila Yoongi keluar kelas lebih dulu, dia yang akan menunggu Jimin. Sebaliknya, seperti hari ini, Jimin yang lebih dulu sampai dan ia menanti kedatangan Yoongi.

Tidak lama Jimin duduk menunggu di ayunan kuning, datanglah Yoongi. Seperti biasa ekspresinya datar saja, namun apa itu? Kenapa wajahnya sedikit terlihat murung?

Jimin berdiri menyambut kedatangan teman kesayangannya. Senyum manis memancar dari bibir tebalnya yang merekah. Mereka berbicara sebentar, dan kemudian senyum itu terhapus dari wajah bulatnya. Jimin mengangguk, ia tersenyum namun tidak secerah tadi. Hanya sedikit tarikan ujung bibir.

Sesaat kemudian mereka saling melambai dan Jimin melangkah kembali kepadaku. Jalannya lesu, tidak bersemangat. Jelas berbeda sekali dibanding sewaktu saat ia melangkah ke ayunan tadi. Sementara ekspresi murung Yoongi semakin kentara. Dia berdiri membeku di ayunan melihat kepergian Jimin.

"Ayo pulan, Ma," ajak Jimin sambil menarik tanganku.

"Tumben tidak main dulu," aku berjalan sambil menggandeng anakku menuju ke parkiran mobil.

Jimin terus memandang lurus ke depan, "Da, Ma. Yoonie hwun mau belajal sama teman-temannya." Wajahnya memberengut, tangan yang menggenggam tanganku mencengkeram sedikit lebih erat.

"Oh, belajar buat apa?"

"Chim da tahu. Pokoknya Yoonie hwun da bisa main balen Chim hali ini," Jimin mengangkat bahunya.

"Chim jangan sedih ya," aku mengusap rambut hitamnya yang halus. "Kan besok bisa main lagi?"

Jimin mengangguk, "Iya." Senyumnya sedikit cerah, "Yoonie hwun bilan gitu, besok bisa main lagi."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(The Story Of) Chim And YoonieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang