Apa kabar, lovelies?
Long time no see, semoga lovelies dalam keadaan sehat. PPKM memang bikin galau, tapi kita semua harus selalu tetap semangat.Karena aku suka pantai, serta terinspirasi dari butter photo concept yang gumush, maka terciptalah chapter ini.
Semoga suka.
Happy reading
.
.Memasuki pertengahan musim panas, suhu udara melonjak drastis di kota Daegu. Dimana-mana orang mengenakan pakaian yang lebih tipis, atau membawa kipas tangan. Setiap hari aku harus menyediakan minuman dingin atau buah-buahan segar untuk mengurangi efek panas yang menyengat.
Beruntung di apartemen kami memiliki sistem sirkulasi dan ventilasi yang baik, udara dari luar mudah mengalir masuk. Ditambah kinerja pendingin yang maksimal, kami dalam rumah tidak terlalu merasa panas.
Siang ini, Jimin mengenakan setelan kutung bergambar T-Rex, sibuk menggambar. Sesekali mulutnya menganga, minta disuapi buah semangka yang sudah dipotong kotak-kotak.
Aku terkekeh geli setiap kali melihatnya membuka mulut, tapi pandangannya fokus sekali pada gambar yang sedang dibuatnya. "Serius sekali, Chim. Gambar apa sih?" Lama-lama aku penasaran juga.
Jimin mengacungkan tangannya, "Sabal, Ma. Sebental lagi selesai." Keningnya berkerut, tanda berkonsentrasi.
Senyumku mengembang, sambil menunggu dia menyelesaikan karyanya. Apapun itu yang dibuatnya, pasti bagus dan menarik.
"Ini dia." Anakku menggeser kertas gambarnya ke arahku. Wajahnya merona manis, pipi membulat, dengan mata yang hampir tidak kelihatan karena menyipit.
Kuusap gemas pipi gembil itu, lalu menoleh memperhatikan hasil menggambarnya siang ini. Dua orang anak yang mengenakan celana renang, berbaring di atas pasir di bawah naungan payung. Di sebelah sana beberapa anak lain membuat istana pasir, sedangkan di sudut lainnya ada yang bermain air.
"Pantai?" Aku mengangkat wajah setelah selesai mengamati gambar buatan mochi-ku.
Jimin mengangguk penuh semangat, "Chim kanen sama pantai. Sudah lama nda main ke sana."
Jimin benar sekali. Sejak kami pindah ke Daegu, belum pernah sekalipun berwisata mengunjungi laut. Sebagai orang Busan, tentunya kami mencintai laut. Laut adalah tempat yang menenangkan dan membawa kedamaian. Pastinya laut juga sarana rekreasi, bermain sekaligus belajar yang seru.
"Ya, Chim. Mama juga kangen sama laut. Oh iya," tiba-tiba aku teringat sesuatu. "Kalau tidak salah, Papa juga ada jadwal liburan sebentar lagi. Bagaimana kalau kita main ke pantai?"
Matanya langsung bersinar-sinar, "Iya, Ma. Ayo telepon Papa." Saking semangatnya, dia sampai melonjak-lonjak gembira.
Seperti dugaanku, Papa menyambut gembira ide kami. Benar sekali, minggu depan beliau memang mempunyai jadwal libur selama 3 hari. Pas untuk berwisata ke luar kota.
Jimin begitu antusias, buah semangka di atas meja terlupakan. "Yes!" Ia mengepalkan tangan mungilnya. Langsung berlari menuju kamar, mungkin menyiapkan keperluan liburan.
Aku terkekeh melihat tingkahnya, namun sejurus kemudian dia datang lagi. Kali ini dengan wajah yang lebih serius. "Ada apa, Sayang?"
"Ma, Chim boleh ajak Yoonie hwun? Kemalin waktu kita ke Busan kan bahunya masih sakit. Sekalan sudah sembuh, pasti selu main di ail." Dia memohon dengan wajah khawatir, takut keinginannya ditolak.
Ah, seperti aku tidak tahu Jimin saja. Tentu saja, dia selalu ingat untuk mengajak Hyung kesayangannya itu bersenang-senang. "Baiklah." Hatiku gemas menyaksikan senyum anakku yang begitu cerah. "Tapi Mama harus tanya dulu Min ssaem, siapa tahu mereka sudah punya rencana lain. Chim sabar ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
(The Story Of) Chim And Yoonie
Fiksi PenggemarCerita Chim dan Yoonie hwun, dua anak yang berbeda karakter tapi bersahabat karib sejak hari pertama mereka bertemu di sebuah Taman Kanak-kanak.