Belajar Membaca

1.1K 162 66
                                    

Kita belajar sedikit Hangul ya.

Happy reading.

.
.

Sore itu aku sedang sibuk di dapur, menyiapkan makan malam untuk kami sekeluarga. Dalam kesibukan itu tanpa kusadari, Jimin sudah duduk di kursi pantry. Di hadapannya terbentang sebuah buku berisi huruf-huruf Hangul untuk anak-anak. Buku itu hadiah dari kakek dan nenek Park orang tua suamiku.

Jimin adalah cucu pertama baik dari pihak keluargaku maupun dari suamiku. Karena itu tidak heran kalau Jimin sangat disayangi oleh kakek dan neneknya, bahkan bisa disebut dimanjakan. Paket kiriman dari mertua di Busan itu hampir semua berisi barang-barang untuk Jimin. Selain buku ada syal, jaket, kue dan manisan khas Busan kesukaan Jimin. Padahal ini bahkan bukan ulang tahunnya.

Setelah aku selesai memasak, Jimin masih tetap memperhatikan buku bergambarnya. Buku itu adalah buku nama-nama binatang dengan gambar-gambar ilustrasi yang lucu dan berwarna-warni. Gambar-gambar itu bahkan bisa digerakkan sehingga anak-anak semakin tertarik untuk membaca lembar demi lembar.

Dari rak penyimpanan piring, kuperhatikan Jimin melihat gambar demi gambar dengan penuh minat. Jarinya menyusuri tiap lembar, semua gambar dicoba untuk digerak-gerakkan. Ada gambar ikan paus yang mulutnya bisa dibuka tutup, atau gambar anjing dengan ekor bergoyang-goyang, kucing yang bersembunyi di belakang pohon.

Semua itu sangat menarik buat dia, matanya membulat gembira. Mulut kecilnya tersenyum semakin lebar saat dia memainkan setiap gambar. Lalu dia sampai pada suatu halaman dimana terdapat sebuah gambar. 

Ekspresinya berubah dari gembira menjadi penasaran. Dia mengamati gambar itu dengan cermat, jemari pendek gemuk itu menggerak-gerakkan gambar kepala binatang itu. Mulutnya membuka dan menutup, seolah ingin bertanya tapi tidak jadi. Begitu terus beberapa kali.

Akhirnya rasa ingin tahunya tidak tertahankan, dia mengangkat kepalanya lalu mencari aku. Betapa kagetnya ketika ternyata aku sudah ada di hadapannya, memperhatikan dia. "Ah, Mama. Chim jadi kaget, dikila Mama masih masak."

Aku tersenyum kecil, "Chim saja yang terlalu serius. Itu buku dari Kakek ya?"

Dia mengangguk penuh semangat. "Iya. Bagus deh Ma, Chim suka. Ini ada sapi, halimau, kelinci. Semua lucu-lucu." Dia bercerita sambil tangannya membalik-balik setiap lembar buku lalu menunjuk-nunjuk gambar binatang yang dimaksud.

"Tapi, Ma," dia kembali lagi ke halaman yang membuatnya penasaran, "Ini binatan apa?" Tangannya menunjuk ke gambar itu, alisnya bertaut menjadi garis, keningnya sedikit berkerut, "Chim nda tahu."

"Oh, ini namanya rubah," aku menjawabnya sambil menyentuh gambar kepala rubah yang bisa bergerak. Gambarnya memang sangat imut dan lucu, siapa saja pasti ingin memainkannya.

"Kok Mama bisa tahu?" Jimin belum pernah melihat rubah sebelumnya. Wajar bila dia tidak tahu binatang apa itu. Kami tinggal di perkotaan, sedangkan untuk melihat rubah harus pergi ke hutan di pegunungan. "Mama sudah pelnah lihat lubah?"

Aku tersenyum sambil mengusak rambut tebal nan wangi itu, "Mama memang belum pernah lihat rubah." Aku menunjuk huruf-huruf di sebelah gambar rubah, "Tapi Mama bisa baca."

Melihat minatnya, aku memanfaatkan kesempatan untuk menasehatinya, "Kalau Chim bisa baca maka banyak yang bisa dipelajari. Ada dongeng yang seru, petualangan, pelajaran, pengetahuan, pokoknya banyak. Semuanya akan membuat Chim tambah pintar, tapi pertama-tama Chim harus bisa baca."

"Baca," lirihnya. Matanya ikut memperhatikan huruf yang kutunjuk, memikirkan perkataanku, "Kalau begitu, Chim juga penin bisa baca."

"Bagus begitu," aku tersenyum lembut sambil mengusap pipinya. "Mama bangga sama Chim."

(The Story Of) Chim And YoonieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang