Aku yang Menang

942 144 66
                                    

Hellowww....

Terimakasih untuk sambutan yang meriah di chapter kemarin. Sekarang kita selow selow lagi ya.

.
.

"Apa ini, Ma?" Jimin mengambil sebuah kotak dari paket kiriman orangtuaku di kampung. Di atas kotak yang dibungkus kertas kado tersebut ada sebuah post it kuning bertulis tangan "untuk Jimin".

"Mama juga tidak tahu. Bukalah, Mama juga mau tahu isinya apa?" Aku membongkar lagi bungkusan lain dari dalam paket tersebut. Sepertinya makanan: kimchi, manisan dan makanan laut kering lainnya. 3 hari lalu, orang tuaku memang menelepon, mengabarkan kalau akan mengirim sesuatu untuk anak, menantu, dan cucu kesayangannya.

Jimin tidak menunggu waktu lama, tangan kecilnya dengan lincah merobek dan mencabik kertas pembungkusnya. Menampilkan sebuah kemasan mainan sejenis gameboy dengan merk Nintendo Switch.

"Woah.... Mama lihat, Ma," Jimin berseru kagum sambil meneruskan membuka kemasan itu. Sampai akhirnya ia meraih mainan yang dimaksud, lalu mengacungkan kepadaku. "Bagaimana cara mainnya?" Matanya membulat penuh rasa keingin tahuan.

"Kita makan siang dulu, habis itu baru kita coba sama-sama. Okay?" Aku selesai membongkar semua isi kiriman itu. Tepat seperti dugaanku, isinya makanan khas Busan yang tidak kami temukan di Daegu sini.

"Okei," Jimin tersenyum manis sambil menimang mainan itu di kedua tangannya.

Gameboy tersebut berisi banyak permainan yang sedang digemari anak-anak sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gameboy tersebut berisi banyak permainan yang sedang digemari anak-anak sekarang. Hmm, aku yakin pasti ini 'ulah' adikku, Joonghun. Orang tuaku yang sudah manula tidak akan terpikir untuk membelikan mainan elektronik untuk anak-anak.

Setelah makan siang, aku menelepon orang tuaku, mengucapkan terimakasih atas kiriman paket mereka.

"Ah, itu dari Joonghun," Appa membenarkan dugaanku mengenai mainan baru Jimin.

"Kami sudah bilang kalau kau pasti tidak setuju, tapi adikmu itu tetap nekad," kata Eomma di sampingnya.

Jadi, Joonghun adikku itu adalah seorang gamer profesional sejak 10 tahun yang lalu. Awalnya hanya hobi mengisi waktu luang, lama-kelamaan menjadi suatu profesi yang menghasilkan. Sejak memenangkan kejuaraan nasional e-sport, media sosialnya dibanjiri banyak follower, berbagai macam barang berlomba mensponsori dirinya. Bahkan kehidupan orang tuaku sekarang juga dibiayai dari hasil kerjanya sebagai gamer.

Tapi bukan berarti aku setuju Jimin menjadi gamer seperti pamannya.

Setelah selesai menelepon orang tua, aku menghubungi adikku. "Kenapa Jimin kau beri hadiah Gameboy?" semprotku langsung begitu saja tanpa mengucap salam.

Joonghun hanya terkekeh, "Hehehe, ketahuan ya?"

"Padahal kan kau sudah tahu kalau kami tidak mengijinkan Jimin bermain game," aku bersungut-sungut.

(The Story Of) Chim And YoonieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang