Sorry for typo
~Happy reading~
Aku sama sekali tidak membahas tentang permasalahan Hani dengan Anza. Biarkan Hani sendiri yang bercerita karena aku tidak ingin memaksanya. Hani yang biasanya akan antusias keluar dari tenda sejak pagi sekali mendadak menjadi sangat enggan untuk keluar dari tenda saja. Apalagi Hani berusaha menutupi mata sembabnya yang sudah aku ketahui sejak dia pulang ke tenda kemarin malam.Aku tahu, mungkin permasalahannya sangat rumit sehingga Hani menjadi pendiam seperti sekarang. "Han, aku duluan ya?" pamitku yang hanya dibalas oleh anggukan dari Hani saja.
Aku bertekad bahwa setelah urusan penasaranku selesai, aku akan bicara dengan Anza!
Aku menemui Arusha terlebih dahulu. Mereka masih melaksanakan olahraga pagi ternyata, batinku saat melihat para calon anggota kopassus yang sedang melakukan olahraga ringan seperti push up, sit up dan lainnya.
Arusha yang sedang melakukan gerakan push up dengan tangan yang terkepal menjadi acuannya, terhenti karena melihatku yang berdiri di dekatnya.
Aku mencibir dalam hati karena Arusha yang sepertinya sedang pamer otot-otot tangannya itu—yang sialnya— sangat ingin aku peluk detik itu juga.
Otot-otot penggoda iman, dasar!
"Sudah mendingan?" tanyanya.
Aku menganggukkan kepala sebagai jawaban. Setelahnya, Arusha berdiri sambil membersihkan bagian pakaiannya yang kotor.
"Boleh aku ikut lihat pelatihan kali ini?"
Dahinya yang semula mengerut, menjadi datar kembali. "Dengan keadaanmu seperti ini?"
Pertanyaannya seperti meremehkan aku saja. Padahal aku cuma sakit biasa, bukan penyakit serius seperti jantungan!
"Ck, ayolah. Ini pun demi naskah yang sedang aku tangani Arushaaa!" ujarku dengan gemas. Dengan alasan itu juga bisa membantuku untuk menyelesaikan rasa penasaranku ini.
Gelengan dari kepalanya membuatku kecewa, bahkan tanpa aku sadari, aku menggumamkan kalimat yang sepertinya berhasil membuat Arusha mengubah pikirannya. "Mungkin kalau tadi aku minta ijin kepada Alvin atau setidaknya pada Anza, pasti mereka memberikanku ijin."
Padahal suaraku sangat pelan, tapi nyatanya berhasil membuat Arusha mengubah keputusannya.
"Tapi kamu harus berjanji selalu ada di dekat saya! Ini pun demi kebaikan kamu yang selalu bertingkah ceroboh," tegasnya.
Tapi aku bisa menerimanya walaupun dengan setengah kekesalan. Bagaimanapun juga aku sudah berhasil mendapatkan izinnya, kan?
YESSS!
•×•×•×•
Mungkin seharusnya aku mendengarkan perkataan Hani waktu itu, sehingga rasa tidak nyaman pada perutku yang terus melilit tidak akan aku alami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bye-bye, Black! [END]
ChickLitJika kamu merasa dunia tidak berporos padamu, cobalah berhenti sejenak. Tengoklah ke belakang, ada aku yang selalu menjadikanmu sebagai duniaku. Satu pesanku sebelum aku pergi, berjanjilah untuk terus hidup seperti biasanya. Jika kamu sedih, ingatl...