Jika kamu merasa dunia tidak berporos padamu, cobalah berhenti sejenak. Tengoklah ke belakang, ada aku yang selalu menjadikanmu sebagai duniaku.
Satu pesanku sebelum aku pergi, berjanjilah untuk terus hidup seperti biasanya. Jika kamu sedih, ingatl...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
2018
Daerah Kemang sedang bersahabat dengan langit cerah yang tertutup awan, walaupun begitu, Jakarta tetaplah Jakarta. Di mana rasa panas membumikan masyarakat sekitar.
Tapi itu tidak membuatku cemas. Hari ini, aku telah selesai menyelesaikan sidang skripsiku. Tinggal menunggu kelulusan saja. Berbulan-bulan aku berkutat dengan skripsi yang pusingnya bikin aku sering mengeluh dan tak jarang aku pun sedikit mendapatkan jatah tidur.
Kini aku sedang bersama Raka, menikmati waktu bersama karena bulan-bulan lalu kami terlalu disibukkan mengurusi skripsi agar kami bisa lulus serentak. Raka mengajakku ke tempat yang katanya sangat spesial, karena menyajikan makanan yang lezat dan sesuai dengan seleranya.
Mendengarkan kata makanan saja, sudah membuat perutku keroncongan.
"Aku jamin, kamu akan suka di sana," kata Raka dengan sebelah tangan memegang kemudi dan sebelahnya lagi mengusap punggung tanganku. Manis sekali.
Selalu ada sensasi aneh yang menggelitik perutku saat Raka melakukan sentuhan fisik itu. Raka memang laki-laki pertama selain Ayah yang berhasil membuat aku percaya bahwa dia bukan laki-laki brengsek, hanya karena aku telah mengizinkannya secara tidak langsung untuk menyentuhku. Sentuhannya juga bukan jenis sentuhan yang dapat merenggut masa depanku. Sentuhan biasa saja. Seperti pada tangan, pinggang dan bahu. Sebatas itu dan tidak lebih.
Tidak ada hubungan seks di antara kami, karena aku pun telah melarangnya sewaktu Raka menyatakan cintanya dulu. Aku sengaja mewanti-wantinya, apalagi saat tahu circle pertemanan Raka yang menurutku terlalu bebas.
Karena orang bersama dengan kita sekarang, belum tentu akan menjadi orang terakhir yang akan menemani kita selamanya, kan?
Jadi aku juga tidak sudi untuk memberikan kehormatan wanitaku pada sembarangan orang yang memang bukan jodohku. Meskipun Raka adalah kekasihku, tapi dia bukanlah suamiku untuk saat ini. Sehingga, aku tidak akan memberikan masa depanku.
Tidak akan!
Jalan Benda Raya di Kemang sudah ramai oleh orang-orang yang berlalu lalang. Para pekerja sepertinya baru saja selesai dari tugas mereka dan hendak pulang. Untung saja aku berada di mobil, sehingga membuatku tidak perlu berdesak-desakan dengan mereka saat di trotoar atau MRT.
"Sudah sampai," ucap Raka saat dia selesai memarkirkan mobilnya di salah satu restoran yang memang sudah terkenal di daerah Kemang.
Dari luar cafe, aku dapat melihat kumpulan anak-anak muda ataupun seseorang bersama dengan keluarganya yang sekedar menghabiskan waktu senggang atau mungkin mencari udara segar.
Aku yang memang jarang sekali keluar rumah-jika tidak ada yang penting-cukup takjub dengan pilihan cafe yang Raka pilihkan kali ini.