BBB [26]

313 25 0
                                        

Sorry for typo
~Happy reading~

Setelah melakukan tahap rawa laut yang dilakukan selama empat minggu, genap sudah pendidikan yang dilakukan selama kurang lebih tujuh bulan atau setara dengan 28 minggu dengan berbagai tempat yang berbeda dan bentuk pelatihan yang berbeda pula

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah melakukan tahap rawa laut yang dilakukan selama empat minggu, genap sudah pendidikan yang dilakukan selama kurang lebih tujuh bulan atau setara dengan 28 minggu dengan berbagai tempat yang berbeda dan bentuk pelatihan yang berbeda pula.

Kami—aku dan Hani—sedang melakukan persiapan untuk pulang ke Batujajar. Terbesit rasa tidak ikhlas untuk meninggalkan tempat ini, atau lebih tepatnya orang yang aku kenal di sini.

"Hani, apakah kamu sudah mencatat berapa saja jumlah peserta yang lulus dan tidak lulus dari Pusdiklatpassus ini?" tanyaku sambil meraih ransel dan menyelempangkannya di samping bahu.

Hani yang sudah menggendong ranselnya itu, kini sedang sibuk dengan note di tangannya. Sedikit menengadahkan kepalanya ke arahku. "Sudah, Mbak," ucapnya mantap.

Aku menganggukkan kepala seraya berjalan ke samping Hani, mengintip catatannya.

Dalam hati, aku menggumamkan kalimat yang aku baca pada note kecil yang bercorak loreng itu.

"Dari jumlah 251 personel, yang berhasil lulus melalui pendidikan komando dan dilantik sebagai prajurit komando hanya sebanyak 214 personel."

Lalu dahiku mengerut karena tidak dapat mengetahui jumlah anggota calon Kopassus yang tidak lulus. "Han, data orang-orang yang tidak lulus bagaimana?"

Hani membalikkan kertas pada note tersebut sehingga berganti halaman. "Ini kak, sengaja aku tulis terpisah," tunjuknya pada deretan nama-nama yang masih bisa aku baca.

"Oh, jadi sisanya 37 peserta pendidikan Komando dinyatakan tidak lulus karena kesehatan?" tanyaku sambil manggut-manggut. "Setidaknya mereka telah berusaha. Aku menyayangkannya, tapi sudahlah. Mungkin bukan jodoh mereka berada di Kopassus," sambungku.

Hani yang diam mendengarkan penuturanku, tiba-tiba kembali berceloteh, "Mbak, tahu gak, tadi bahkan ada pengumuman tentang lulusan terbaik loh," ucapnya girang.

Diam-diam, aku menaruh minat pada percakapan ini. "Oh, wajarlah kalau ada yang jadi lulusan terbaik juga. Pelatihan ini berat dan sudah sepantasnya mereka diberikan apresiasi atas prestasi yang mereka lakukan," ujarku pura-pura cuek, padahal dalam hati sangat penasaran.

"Bener banget, Mbak! Tadi kalau gak salah namanya tuh Letda Inf M. Riziq Aqila!"

Mendengar nama yang Hani sebutkan, tidak lagi menjadi asing ditelingaku. Aku sepertinya pernah mengenal nama itu, tapi entah di mana. "Letda Riziq maksud kamu?" tebakku.

Hani mengangguk sebanyak tiga kali. Matanya seperti berbinar cerah kepadaku. "Iyap! Bahkan tadi kita lihat, kan, orang yang mendapatkan sangkur perak sebagai lulus terbaik lulusan Akademi Militer tahun 2020 itu?"

Aku mengangguk membenarkan. Tadi kita memang melihat ada taruna yang mendapat sangkur perak yang Ayah sematkan pada pakaian taruna itu. "Iya," sahutku singkat.

Bye-bye, Black! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang