Prolog

14.9K 580 10
                                    

Memilih pasangan bagi laki-laki sama sulitnya seperti perempuan yang sulit menatapkan pilihan kepada satu laki-laki untuk dijadikan suami. Laki-laki pun demikian. Perempuan yang dipilih harus tepat untuk dijadikan istri dan ibu dalam sepanjng umurnya. Salah memilih istri artinya menabung kesalahan dalam memilih ibu bagi keturunannya. Salah memilih istri artinya mempertaruhkan kehidupan manusia manusia lain yang akan lahir dari rahimnya dan tumbuh dalam pengasuhannya.

Begitupun bagi Adanu Ismawan. Laki-laki yang biasa dipanggil Awan itu menghabiskan waktu hingga usia tiga puluh tiga tahun untuk mencari satu perempuan yang akan berbagi kehidupan dengannya hingga ajal dan bertemu di surga. Mungkin juga dia terlalu fokus bekerja hingga tidak peka akan dirinya yang ternyata belum melengkapi separuh agama di saat teman sebayanya sudah memiliki dua sampai tiga anak-anak yang sudah beranjak besar. Ah, Awan pikir semua bentuk kesiapan dirinya untuk menjemput bidadarinya. Menyiapkan tsaqafah, ruhiyah, jasadiyah, maliyah, dan juga ijtimaiyahnya. Memampukan diri agar benar-benar mampu untuk membangun rumah tangga.

"Hem! Gadhul bashar, Wan!"

Laki-laki yang kesepuluh jarinya di atas deretan angkat, huruf, juga simbol-simbol dengan sepasang mata yang tidak lepas menatap seseorang di seberang kaca lebar di depannya itu mengerjap dan mengalihkan ke layar laptop yang sudah menggelap.

Ah, sudah tiga puluh menit ternyata dia memandangi seseorang itu.

"Kayaknya Ustazah Shima belum ada yang khitbah, kenapa nggak coba?" tanya seseorang yang sudah duduk di sofa tepat di sampingnya. Awan terkekeh sembari menggerakan jarinya hingga file yang sejak tadi terbengkalai mulai kembali terpampang di layar.

"Kenapa nggak lo yang coba?" tanya balik Awan tanpa mengalihkan pandangannya. Laki-laki itu menoleh ketika sesuatu dipukulkan ke kepalanya. Matanya memicing saat Elang melempar sebundel print out berkas ke atas meja. Pantas saja kepalanya sakit.

Elang menyenderkan punggungnya dengan tangan yang terlipat di depan dada. Matanya mengedik ke arah kaca transparan yang membingkai sebagian pengunjung dan karyawan.

"Udah berapa tahun gue kenal lo, Wan? Dan ini first time mata lo berbinar ngeliat perempuan."

Elang mengalihkan pandangannya ke Awan yang kini kembali memandangi perempuan yang sedang tertawa kecil akibat tingkah anaknya -- Gema.

"Cukup lo nguyel-nguyel anak-anak gue. Saatnya lo produksi anak sendiri!" Goda Elang sembari bangkit dan keluar dari ruang kerjanya.

Awan menghela nafas. Benar apa yang sahabatnya katakan. Ini kali pertamanya benar-benar kagum dengan makluk berjenis perempuan. Shima Nismara. Perempuan yang hampir satu tahun dia kenal karena profesinya sebagai guru tahfizh dari anak sahabatnya. Dan sudah hampir tiga bulan ini pikiran juga hatinya terusik oleh perempuan itu.

Memutus pandangannya, Awan membuka satu file berisi berlembar-lembar data yang sudah dia siapkan sejak lima tahun lalu dengan revisian berpuluh kali.

CV Taaruf

"Bismillah..." gumamnya.

***

"Sya!"

Perempuan yang sedang melangkah di lorong lantai tiga salah satu gedung fakultas menghentikan kakinya dan memutar badannya ketika satu suara menyapa telinganya.

Sudut bibirnya tertarik ketika matanya menangkap lambaian tangan sahabatnya.

Kasyaira Seta, gadis itu membalas lambaian tangan sahabatnya.

"Nanti sore jadikan?" tanya gadis itu ketika kakinya telah berhenti tepat di depan tubuh Sya -- panggilan untuk perempuan dengan lesung pipi yang kini sudah menarik lengan sahabatnya untuk melanjutkan perjalanan menuju ruang kelas.

Sya menangguk. "Eh, lusa ikut ke kajian yuk!" ajaknya dengan binar.

Ara yang sudah mendudukan diri di kursi menoleh sebari meletakan tasnya. Alisnya menukik penasaran. "Jam berapa?" tanyanya. Sya mengecek ponselnya sebentar sebelum menjawab.

"Bada isya',  gimana?"

Gadis itu merengut sedih ketika Ara menggeleng.

"Kemaleman pulangnya, Sya. Bahaya!"

Seandainya saja Sya mendengarkan kalimat Ara hari itu, mungkin saja hidupnya bisa terselamatkan.

🍁

Bismillah...

Jema kembali dengan karya baru...
Semoga semua suka dengan CSI ini, tetapi jangan jangan jangan berekspetasi tinggi dengan CSI ya... Doakan saja semoga dimudahkan dalam proses penulisannya.

Salam hangat
dari Jema 💕

MENGIBA CINTA DALAM SATU SURGA(SELESAI)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang