TING! TUNG! TING! TUNG!
Bel berdering tepat ketika jam dinding di ruang tamu Susie menunjukkan pukul empat sore. Jantung Susie berdegup kencang. Ia mulai berpikir bahwa mengerjakan tugas bersama seorang asing di rumahnya adalah sebuah keputusan yang salah. Selama satu jam terakhir, Susie sibuk membereskan ruang tamu dan kamar, menyembunyikan semua barang yang berhubungan dengan Tira. Sudah cukup buruk bagi Susie bahwa pelayan bar yang kemarin ia selamatkan menyebarkan ciri-cirinya. Kini ia harus sangat berhati-hati terhadap siapapun.
Gadis itu melihat ke sekeliling, sekali lagi menyapu seluruh sudut ruangan dengan pandangannya untuk memastikan tidak ada pernak-pernik Tira yang terlihat. Ia berkaca, menata rambut dengan baik, sebelum akhirnya berlari menuju pintu dan membukakan pintu untuk Nico.
"Hai."
Nico melihat Susie dengan senyum kecil dibalut malu yang berusaha ditutupi.
"Hai, Sus." Nico balas senyum. Namun, Susie melemparkan pandang ke sudut matanya.
Susie membawa Nico masuk ke dalam rumah. Sambil menyusuri ruangan depan, Nico memperhatikan rumah Susie yang terbilang lebih besar daripada kebanyakan orang. Beberapa pernak-pernik serta pajangan di dalam rumah menimbulkan rasa ingin tahu Nico.
"Interior rumahmu bagus, ya," celetuk Nico.
"Ya, begitulah. Haha."
"Papamu pengusaha, ya?"
"Kurang lebih begitu." Susie berusaha membatasi jawabannya terhadap Nico. Ia berhati-hati jangan sampai ada rahasia Tira yang sampai terdengar Nico. Lagipula, belum ada sehari mereka berkenalan. Banyak yang perlu ia pertimbangkan.
Mereka pun duduk di ruang tamu. "Jadi, kamu sudah baca tugasnya?" Susie bertanya kepada Nico sambil membuka buku pengantar.
"Sudah. Jadi kita harus pilih bidang apa yang kita mau bahas, Sus."
"Memangnya ada bidang apa saja?"
"Ada ekonomi, sosial, hukum, pertahanan, dan—"
"Pertahanan maksudnya bagaimana, Nic?"
"Ya, militer, senjata, dan semua yang berhubungan dengan itu."
Susie tersenyum. Ia tahu ia sudah sangat mahir di bidang tersebut. Ia bahkan telah merakit senjatanya sendiri sebagai Tira. "Bagaimana menurutmu?"
"Ya, boleh."
"Kalau begitu kita bahas bidang pertahanan yang berkaitan dengan pembuatan senjata, ya."
Makalah pun mereka kerjakan bagian per bagian. Susie mengerjakan semua itu dengan lancar sambil sesekali bertukar pikiran dengan Nico mengenai bidang pertahanan yang cakupannya lebih luas, yaitu perang. Ketika Susie mengajak Nico berdiskusi tentang teknis pembuatan senjata dengan aplikasi teknik fisika, yang merupakan cakupanlebih spesifik, Nico malah tidak tahu menahu. Bahkan tentang prinsip ilmiah yang paling mendasar pun Nico tidak begitu paham.
"Kok, kamu tahu banyak tentang hal ini, Sus?"
"Aku sering membaca artikel-artikel ilmiah dan menonton video tentang teknik fisika di internet." Susie mencoba menjawab setenang mungkin sembari memaksakan sebuah tawa kecil.
"Oh. Rajin juga, ya, kamu," tanggap Nico.
"Kamu, tuh, sebenarnya pindahan dari kampus mana, Nic?" giliran Susie bertanya sembari menyuguhkan air dingin dan beberapa snack. Ia mengalihkan pembicaraan agar tidak berpusat di topik mengenai dirinya.
"Kampus swasta, sih, Sus. Di luar kota," Nico menjawab sembari mengetik makalah mereka di laptop miliknya. "Dulu aku juga mengambil jurusan teknik fisika, tapi jurusan itu kurang bagus di kampusku. Jadinya, aku pindah ke sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
TIRA: Perkara Pertama
ActionSusie, anak konglomerat yang fasih menggunakan teknologi mutakhir memiliki sebuah identitas lain bernama Tira yang membahasmi kejahatan di kota, namun dia tiba-tiba mendapat kekuatan baru dan terlibat masalah yang tidak ia duga. Tira adalah sebuah...