"Aku tahu ada seorang pembela kebenaran lain di kota ini, diam-diam mengintai kejahatan di tengah kegelapan malam dan menghajar para penjahat," celetuk Godam sembari menatap mata Tira dalam-dalam. "Tak kusangka ia adalah seorang remaja bernama Tira."
"Bagaimana kamu tahu namaku?"
"Tidak penting. Sekarang kamu harus ikut aku," ujar Godam, lebih terdengar seperti sebuah perintah ketimbang permintaan.
Tira melepas helm. Dari saku setelan spandeksnya, ia mengeluarkan sebuah pengendali jarak jauh yang ukurannya lebih kecil dari sebuah telepon genggam. Gadis itu menekan sebuah tombol pada layar gadget tersebut dan sepeda motor pun secara otomatis melesat pergi tanpa pengendara. Tira sudah memprogram pengendali jarak jauh tersebut untuk mengarahkan sepeda motornya kembali ke rumah.
"Aku akan merasa sangat terhormat mengikuti ajakan seorang Patriot sepertimu," tanggap gadis itu setelah mengangkat kepala. Ia memasang wajah serius. "Namun sayangnya, aku punya urusan lain."
"Percayalah padaku. Apa yang akan kutunjukkan kepadamu lebih penting." Godam menjulurkan tangan kanan ke arah Tira "Ini bersangkutan dengan kesejahteraan banyak orang dan aku butuh bantuanmu."
"Mengapa seorang pahlawan super sepertimu membutuhkan bantuan dari seorang manusia biasa sepertiku?" tanya Tira curiga.
"Ada beberapa hal yang tidak bisa kulakukan karena sumpahku," jelas Godam. Ia mengepalkan tangan kirinya. "Dan aku butuh seorang yang andal sepertimu untuk menuntaskan hal-hal tersebut."
Sepintas keraguan terbesit di benak Tira. Ia masih memikirkan kemungkinan nama baik ayahnya tercoreng karena seorang narasumber di televisi mengklaim produk perusahaannya malfungsi saat pembobolan berlangsung. Namun, di sisi lain, Tira tahu jika Godam, seorang Patriot, sampai meminta bantuan, permasalahan yang ada pasti teramat sangat tidak biasa.
Tira mendongak. "Kemana kau akan membawaku?"
"Sebuah tempat kejadian perkara," jawab Godam, masih dengan tangan yang terjulur.
Percaya akan perkataan sang Patriot, Tira pun meraih tangan Godam. Begitu ujung jemari gadis itu menyentuh telapak tangan Godam, sekujur tubuhnya sekejap diselimuti suatu selubung tak kasatmata yang membuat rintik hujan tidak lagi mengenai tubuhnya. Godam mengarahkan tangan Tira ke pundaknya, lalu memindahkan tangan kanannya ke pinggul Tira dan mendekap gadis itu.
"Pegangan yang erat," tukas pria tersebut sambil menunduk menatap Tira. "Aku akan membawamu melintasi kota."
Tira merasakan kakinya tak lagi menapak ke jalan yang basah. Perlahan-lahan mereka melayang tinggi di udara. Gadis itu mencengkeram lengan Godam erat-erat, takut pegangannya bisa saja terlepas dan ia terjatuh. Begitu mereka berdua sudah mencapai ketinggian kira-kira lima belas meter dari permukaan, Godam berhenti terbang naik.
"Kamu pernah terbang sebelumnya?" tanya pria itu dengan suara beratnya.
"Dengan pesawat? Ya. Terbang sepertimu? Tentu tidak."
"Maka bersiaplah."
Godam melesat maju dengan kecepatan yang dapat dibilang sedang. Namun, Tira merasakan dirinya ingin muntah akibat angin dingin yang menerpa seluruh tubuh, jugaguncangan-guncangan yang mengocok-ngocok perut.
Mereka berdua terbang melalui perumahan, pertokoan, jalan layang, hingga akhirnya sampai di atas daerah perkantoran. Dari atas, orang-orang yang berjalan menyusuri trotoar dengan payung di atas kepala mereka terlihat seperti semut-semut kecil bergerombol. Kendaraan berlalu-lalang, sebagian menciprat genangan air ke bahu jalan, membuat sejumlah pejalan kaki yang terkena airnya mengumpat habis-habisan. Suara sirene terdengar dari kejauhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIRA: Perkara Pertama
ActionSusie, anak konglomerat yang fasih menggunakan teknologi mutakhir memiliki sebuah identitas lain bernama Tira yang membahasmi kejahatan di kota, namun dia tiba-tiba mendapat kekuatan baru dan terlibat masalah yang tidak ia duga. Tira adalah sebuah...