... Attar Tidak Memaksa Daira,

156 25 162
                                    

"Ra?"

Tampak jelas Daira terperanjak kaget setelah Gabriel menepuk pelan pundaknya. Sudah berkali-kali Gabriel mencoba menyadarkan Daira dari lamunannya namun perempuan itu tampak terlalu larut dalam pikirannya.

"Eh- sorry, kenapa Giel?"

"Lo yang kenapa?"

Daira tergelak kikuk sambil mengusap tengkuknya karena mulai kedinginan. Ia melihat ke arah sekelilingnya menyadari orang-orang mulai banyak berdatangan dan Attar yang sudah tidak duduk bersama mereka.

"Attar kemana?"

Gabriel terkekeh, tidak bermaksud untuk menertawai perempuan itu tapi Daira yang tampak tidak fokus menjadi hiburan untuk Gabriel.

"Lo beneran gapapa, Ra? Lo dari tadi gazing out. Gue panggil beberapa kali ga nyaut? Lo ga nyaman ya? Apa mau balik aja?"

Daira sendiri baru menyadari sikapnya setelah mendengar penjelasan dari Gabriel, ia kini menjadi tidak enak dan ragu untuk menjawab pertanyaan dari laki-laki itu.

Sebenarnya semenjak ia mengikuti perintah Haya untuk mengecek akun milik Ali tadi, Daira benar-benar merasa tidak suka. Ia sendiri tidak mampu mendiskripsikan perasaannya bagaimana saat melihat itu. Entah ia cemburu dengan Naiara, entah ia merasa kecewa dengan Ali, atau semuanya hanya tentang Daira yang tidak suka kenyataan jika Ali lebih memilih bertemu dengan Naiara dan membatalkan acara makan malam mereka.

Daira benci perasaan-perasaan seperti ini. Bahkan tadi sempat ia membanding-bandingkan Pradipta dengan Ali karena saking kesalnya. Bagaimana laki-laki itu tidak pernah membuat Daira merasa tersaingi atau menjadi pilihan kedua oleh Pradipta.

Suasana hatinya benar-benar menjadi buruk.

Saat Attar datang ke kamarnya untuk menjemput tadi, Daira berubah pikiran dan menyatakan pada Attar jika ia tidak ingin ikut. Namun Attar yang berpikir pesta itu akan membuat Daira senang malah memilih untuk menyeret Daira keluar dari kamarnya—memaksa perempuan itu untuk ikut.

Tapi tentu semuanya salah, saat sampai disini Daira malah hanya memilih duduk kemudian ia ingat Gabriel datang menyusul. Setelahnya ia hanya termenung bahkan tidak sadar jika Attar sudah tidak ada.

"Yaudah, balik aja yuk," putus Gabriel segera berdiri setelah melihat Daira tidak memberi respon apa-apa.

Daira spontan berdiri mengikuti Gabriel namun juga menghalangi laki-laki itu untuk pergi. "Eh gausah, Giel. Lo kalau masih mau disini gapapa, gue turun sendiri aja."

"Gue bisa anter lo ke kamar, nanti gue balik sendiri."

"Gausah, beneran gapapa."

"Ali nitipin lo ke gue, Ra."

Daira menghela napas mendengar kalimat itu. Ia tidak suka. Perempuan itu kemudian tidak merespon dan berjalan meninggalkan Gabriel. Seperti yang dikatakannya tadi, Gabriel akhirnya mempercepat langkah menyusul Daira kemudian berjalan beriringan dengan perempuan itu menuju lift.

Sesampainya di depan lift, Gabriel menatap Daira cukup lama dari belakang sambil menunggu pintu lift terbuka. Laki-laki itu teringat tentang sesuatu dan berniat menanyakannya pada Daira tapi juga ragu karena sepertinya sekarang bukanlah waktu yang tepat.

IF CLAUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang