Aku Mematuhi Bukan Berarti Dikendalikan

712 42 1
                                    

Ini kehidupan ku
Jika terlihat sulit
Tolong setidaknya jangan memperumit

Setelah mengantar Said dan Malik,
Amira berniat mampir kerumah kakaknya itu.

Kakak yang selalu memintanya melakukan ini itu demi kebaikan Amira dan anak-anaknya begitu katanya.

“Assalamualaikum”

“Walaikumsalam”
Suara lantang wanita dari rumah itu

“Eh Amira, cari Bang Wira?”

“Iya Mas Wira ada?”

Belum sempat membalas ucapan itu,
sosok laki-laki yang Amira cari keluar dari pintu kayu rumah besar itu.

Selalu begitu,
wajahnya terlihat sangar dengan brewok serta mata tajam dan alis tebal,
sosok satu-satunya saudara kandung Amira.

“Mau apa kamu?”
Nadanya sengak seperti preman

“Aku mau ngomong sama mas!”

“Linggoh kono!”
(duduk disitu!)

“Mas sudah ngomong apa sama anak ku mas?” kesabaran Amira sudah habis,
nada bicaranya kasar,
tidak seperti biasanya

“Berani ya sekarang kamu bentak-bentak mas!”

“Maaf mas, tapi kalo mas mau dihargai mas harus bisa menghargai orang lain.
Cukup mas jangan ikut campur dengan urusan hidup ku!”

“Ikut campur kata mu,
kamu ini diatur kok malah ngelawan,
dibilangin yang bener malah ngeyel.
Titenono urep mu ora bakal penak!”

sosok yang Amira hormati sebagai kakaknya itu seolah murka ia marah sambil berdiri dari kursi kayu ulin itu sambil menunjuk-nunjuk adiknya.

(*Titenono urep mu ora bakal penak =ingat saja hidup mu tidak akan menjadi enak)

“Mas, aku ingatkan sekali lagi, jangan pengaruhi anak-anak ku. Mereka gak bersalah atas kebodohan ku dimasa lalu!”

Matanya membulat Wira membentak adiknya

“Muleh o kono, jangan injakan kaki dirumah ini lagi, aku gak sudi punya adik kaya kamu!”

ia meludah kesamping dan masuk rumah meninggalkan Amira dengan keadaan kacau, hatinya remuk, dihancurkan oleh orang yang ia sayangi.

Dibalik jendela itu ada sosok kakak ipar yang ikut menangis dengan keadaan Amira

“Ngapain kamu?” Wira juga meluapkan amarahnya kepada istrinya

“Bang, apa yang sudah abang lakukan itu terlalu kasar, bagaimanapun juga Amira itu adik abang. Dia gak punya siapa-siapa lagi selain abang, harusnya kita sama-sama saling mengerti,
abang gak bisa menuntut Amira untuk menjadi seperti yang abang mau.”

“Kamu itu gak tau apa-apa Maryam,
jangan sampai amarah ku ini juga membuat ku berbuat kasar sama kamu. Minggir.”

Maryam tau suaminya tidak mungkin berbuat kasar,
ia memilih Wira karena ia yakin Wira berbeda dengan laki-laki lain yang mencintai Maryam hanya karena harta,
sekalipun hari itu Maryam harus menerima permainan tangan dari sang suami,
dorongan itu hanya dorongan biasa tidak meninggalkan rasa sakit di bahunya.

“Amira tunggu.”
Maryam menuruni anak-anak tangga itu dengan cepat

“Amira, maaf kan kang mas mu ya, apapun yang terjadi kamu jangan ragu untuk cerita sama mbak, kalau tidak memungkinkan untuk mengunjungi rumah, kamu bisa datang ke ruko saja, mbak akan terus bantu kamu sebisa mbak, rumah ini juga selalu terbuka untuk mu.”
Begitu erat Maryam menggenggam bahu adik iparnya itu

“Iya mbak, terima kasih. Saya permisi dulu, sampaikan sekali lagi maaf saya mbak. Assalamualaikum”

“Waalaikumsalam.”

MENCINTAI ABDI NEGARA [COMPLETED✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang