Aku Sayang Kalian

430 34 1
                                    

Siapapun itu,
Mereka selalu menorah,
Kisahnya masing-masing.

“Amira.”

“Mbak ada apa? kok mbak nangis?”

“Tadi karyawan mbak bilang kang mas mu,
kang mas mu bayar preman kampung buat ngeroyok Zabir,
sekarang mereka ada di pelabuhan.”

“Astagfirullah.
Mbak makasih ya.”

Tidak cukup waktu jika ia harus berlari,
ia menelpon Alsan meminta tolong untuk diantarkan.

Benar saja sesampainya di pelabuhan Zabir sudah tergelat tak berdaya disana,
ia terkapar tak sadarkan diri,
wajah putihnya memerah dan biru karena lebam.

Dengan bantuan warga sekitar Zabir di bawa ke rumah Amira,
disana sudah ada petugas puskesmas yang menunggu,
untung saja luka tonjok di mata Zabir tidak menyebabkan kebutaan hanya saja ada luka pukul yang cukup serius di perut anak muda itu.

Amira tak henti menangis,
disana hati Alsan sudah hancur dan remuk berkeping-keping ia cemburu,
dengan kedekatan Amira dengan lelaki yang tak dikenalnya itu.

“Alsan aku pinjam motormu ya sebentar aku titip Zabir.”
Tanpa menunggu jawaban Amira mengambil kunci motor yang tergeletak di samping pemiliknya itu.

Angin mengeringkan air mata Amira yang terus menetes.

“Assalamualaikum.”

“Ada perlu kamu?”

“Mas,
mas sudah melampaui batas,
aku tau mas memang gak pernah suka sama kedatangan Zabir, tapi dia gak salah mas.
Bahkan tidak pernah sedikitpun dia melukai aku atau pun anak-anak ku,
dan apa itu balasan yang pantas untuk Zabir?”

“Kamu lupa,
keluarga dia yang sudah membuat kamu malu dipemakaman suamimu,
kamu dihini disana, kamu pulang dengan air mata, dan sekarang kamu hanggap dia baik,
dia hanya sedang memainkan drama.”

“Iya mas,
aku gak pernah lupa akan hari itu,
tapi bukan berarti itu,
membuat aku menaruh benci kepada mereka. Niat Zabir baik mas,
kenapa mas harus dibutakan dengan masa lalu. Aku mas,
aku yang menerima itu semua,
aku yang memikul derita itu mas, aku.
Bahkan dia lebih baik dari pada kang mas,
ia bisa menerima semua salah ku,
tanpa ada sedikitpun niat untuk menyakiti anak-anak ku dan aku.”

“Kamu membanding-bandingkan aku dengan orang yang baru saja kamu kenal,
dan kamu bilang dia baik.
Amira, Amira.
Baru saja diperlakukan begitu kamu sudah kegeeran, cuih (meludah).
Aku tidak pernah lupa ketika kamu menikah dengan dia tidak lama setelah itu bapak meninggal kemudian ibu menyusul bapak, pernikahan kalian pembawa petaka.”

“Jika aku kurang ajar,
inilah aku mas,
orang yang dititipkan mendiang ibu dan bapak untuk kang mas jaga dan bimbing,
kang mas mendidik ku menjadi orang yang kurang ajar,
berhati keras,
dan egois.
Kang mas adalah cerminan aku bertindak.
Ibu dan bapak meninggal karena takdir bukan karena pernikahan ku.
Betapa kecewanya bapak melihat anak laki-lakinya menjadi orang yang keras dan betapa hancurnya hati ibu melihat kang mas menjadi orang yang kasar.”

“Pinter ya sekarang kamu melawan.”
Tangan itu melayang berniat untuk didaratkan dipipi Amira namun dihentikan dengan kedatangan beberapa polisi.

Wira ia harus di bawa pihak berwajib karena dugaan kekerasan berencana.
Hati janda dua anak itu semakin remuk melihat tangan kakaknya telah terborgol.

“Sudah kuduga anak ku pasti sering kesini,
gak sia-sia aku bayar orang untuk ini.”

Wanita yang umurnya berjarak Sembilan belas tahun lebih tua darinya itu menatap ke arah Alsan,
menjelaskan maksud ucapannya.

MENCINTAI ABDI NEGARA [COMPLETED✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang