Mereka adalah keluarga ku,
Tidak ada dan tidak boleh ada,
Yang menyakitinya.
“Amira.”“Mbak.”
Ia menyeka kasar air matanya.“Maaf,
mbak gak bisa bawa kamu lebih jauh dari ini, koneksi teman-teman mbak hanya ada di sekitar sini.”“Mbak, justru Ami yang harus minta maaf,
maaf Ami menyeret mbak kedalam masalah ini. Maaf Ami gak bisa menepati janji Ami,
Ami gagal mbak.”“Stttt.”
Air mata Ami kembali membasahi pipinya, Maryam menghentikan cairan itu jatuh lebih jauh,
ia mengusap pipi Ami dengan sangat lembutnya.“Ami, mbak gak menuntut kamu untuk apapun, mbak ada disini karena mbak gak tega melihat kamu yang sekarang,
kemana sosok Amira Mulandir yang jarang sekali meneteskan air matanya,
kemana perginya jiwa yang tegar itu.
Mbak hanya berharap apa yang mbak lakukan ini mampu membuat kamu menjadi kembali baik lagi.”“Mbak, Ami masih belum mau pulang,
ini semua akan jadi sia-sia,
kita menghabiskan banyak jam di kota ini,
kita gak boleh pulang tanpa apa-apa.”“Kamu salah Ami,
jika kamu mengira kita tidak mendapatkan apa-apa.
karena kita berani datang ketempat ini kita jadi tau kalau mertua mu pak Syahrul Maher sekarang sedang sakit,
kita banyak belajar untuk mencoba menerima semua hal yang terjadi,
ini yang membuat kita menjadi pribadi yang lebih dewasa.”“Mbak, Ami gak bisa, Ami gak bisa mbak.”
“Ami belum mencoba,
Ami gak boleh ngomong gak bisa.
Ami kuat, Ami punya Said dan Malik,
mereka menunggu ibunya untuk pulang.
Ini tidak sesulit dulu ketika kamu harus memperkenalkan mereka pada dunia,
Ami bisa, Ami kuat kok.”Ia hanya menangis terisak-isak,
menjadi-jadi dalam pelukan Maryam,
ya tuhan kuatkan Amira itu doa yang selalu Maryam sebut dalam setiap sujudnya.Amira,
ini terakhit kalinya aku mengingatkan mu,
Cepat pegi, pergi dari kota ini,
Aku tidak suka kamu berada disini,
Jika kamu masih berani membantah maka bukan hanya kakak mu saja,
Tapi juga Zabir dan anak-anak mu yang akan menerima murka ku,
Dan jangan salahkan aku jika semua orang yang dekat dengan mu berakhir tragis
-istri sah Halim“Surat ancaman.”
“Mbak.”
“Ami.”
Ia membalikkan badan dengan cepat menatap Amira dengan gelagapan.“Mbak kenapa?
Mbak cari apa?”“Emmm, anu.”
Maryam benar-benar tidak tau apa yang harus ia benarkan atas kelancangannya.“Mbak,
apa yang mbak sembunyikan di belakang mbak?”“Emmmm, Ami maaf mbak.
Mbak tau mbak salah, iya soalnya mbak gak ijin masuk kamar kamu, mbak minta maaf karena mbak.”“Mbak, mbak ngomong apa,
coba tenangin diri mbak dulu.
Kesalahan apa yang mbak maksud Ami gak ngerti.”
Jarak mereka sangat dekat Amira menyentuh pundak kakak iparnya itu dengan lembut.“Ami, ini, maaf mbak lancang.”
Kertas putih itu disodorkan olehnya dengan tangan yang bergemetar,
Ami masih ingat,
itu adalah surat yang didapatkannya lima hari yang lalu,
hari dimana ia berharap dapat bertemu Zabir, tapi justru nihil.“Maafkan Ami mbak,
Ami gak cerita soal ini.”Panjang lebar Ami ceritakan kejadian yang sebenarnya.
“Ami, kita pulang hari ini ya,
lagi pula hari ini masa sewa kontrakan ini sudah habis.”“Iya mbak,
tapi sebelumnya aku mau kemakan mas Halim dulu ya.”“Iya mbak ikut ya.”
Amira mengangguk setuju,
perjalanan kepemakaman suaminya itu lancar-lancar saja,
bahkan sampai mereka selesai membaca doa untuk almarhum Serda Halim tidak ada hal aneh yang terjadi,
mereka patut bernafas lega untuk itu.Maryam menuju ke mobil lebih dulu meninggalkan Amira yang masih menatapi batu nisan sang suami.
Suara teriakan itu sontak membuat Maryam membalikkan badan dengan sigap,
ada sosok yang membungkam mulutnya, pandangan terhadap adik iparnya itu remang-remang,
ia terselungkup lemas,
hanya mampu menyaksikan adik iparnya diseret kasar.Gelap, Maryam sudah tidak sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI ABDI NEGARA [COMPLETED✓]
RomanceTentang bagaimana menjadi yang kedua Hadir ku bukan sepenuhnya salah ku, namun bukan berarti itu kebodohan dia. Begitu cara wanita itu menaklukan omongan orang. Aku menjadi sosok yang kedua, menjadi alasan untuk sosok seorang Serda menemukan tempat...