Tidak ada seorang hambapun yang hidupnya hanya dihabiskan dengan luka ataupun kecewa
Semua akan berganti bila memang sudah datang waktunya
Sebab dibalik semua itu Tuhan punya maksud tersendiri
Untuk membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi“Terima kasih ya San.”
“Iya sama-sama Mi. Aku langsung pamit ya.”
“Oh iya, hati-hati San.”
“Iya, ya sudah Assalamualaikum.”
Sebelum menyetater motornya Alsan melihat sepatu kulit hitam di sebelah bunga mawar dihalaman Amira.
“Waalaikumsalam.”
Ia meliat sepatu anak-anaknya itu sudah tertata rapi di rak sepatu,
ada rasa senang dan bangga yang dirasakan Amira hingga lagi-lagi senyum itu terlukis diwajahnya.“Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
Kayu-kayu tua itu mengeluarkan bunyi dengan kaki-kaki yang berlari diatasnya“Ibu ayo bu ayo!”
Malik dan Said menarik tangan ibunya untuk segera masukAmira benar-benar dibuat tercengang, perhatiannya terjatuh pada sosok laki-laki yang duduk dekat jendela,
ia menghampiri Amira,
laki-laki itu sedikit menunduk dan mengulurkan tangannya,
ia tidak asing dengan laki-laki yang kini berada tepat didepannya,
namun justru pertanyaan besar yang kini berada di benak ibu dua anak itu.“Assalamualaikum.”
Amira masih terdiam,
lamunannya buyar,
ketika tangannya diraih oleh laki-laki itu.
Ia mencium punggung tangan Amira.“Buk, abang ini yang sudah mengantar kami pulang sekolah, udah gitu tadi kami dibelikan mainan. Ya kan Said?”
“En’geh, ini mainannya.”
Said dengan sumringahnya menunjukan robot-robotan yang dibelikan secara cuma-cuma“Ibu, ibu belum jawab salamnya abang ini loh.”
“Oh i…ya, Waalaikumsalam.”
“Malik, Said kalian mainan di kamar saja ya le”
“En’geh buk”
“Biar abang bantu bawain.”
Lelaki itu coba menawarkan bantuan“Oh gak perlu, biar saya saja.”
Setelah sampai dikamar Amira berniat mengintograsi kedua anaknya“Kalian ketemu abang itu dimana le?”
“Namanya Bang Ir buk.”
Sanggah Said“Kalian ketemu dimana le?”
“Ketemu Bang Ir?”
Kata Malik“En’geh”
“Ibu kasian Bang Ir, abang sudah menunggu ibu dari tadi.”
Kata Malik meminta sang ibu untuk menemui laki-laki yang berada di ruang tamu.Amira pergi keruang tengah sebelum itu singgah ke dapur,
ia membawa nampan dengan dua gelas di atasnya berisikan air teh.
Ia mendapati laki-laki muda itu tengah memandang foto pernikahannya dengan sang suami yang terpanjang dengan figura kayu,
disitu diukir pula namanya dengan sang suami.“Ada apa?”
Lelaki itu membalikkan badan dan sedikit mendudukan diri di meja panjang“Apa kalian sudah mendapatkan bahagia yang kalian cari?” ujarnya
Amira mendudukan dirinya di kursi kayu tua pengisi ruang tamu itu,
ia bahkan tidak mengerti apa yang membawa laki-laki itu datang kemari secara tiba-tiba, sebelumnya mereka bertemu di permakaman Serda Halim,
pertemuan itupun bukan pertemuan yang cukup baik.“Aku tidak mengerti atau mungkin belum, kenapa papa mencintai anda.
Tapi kedua anak itu menjelaskan betapa cintanya mendiang papa dengan keluarga ini.”“Sekarang, coba kamu jujur. Kenapa kamu datang kemari?”
“Hanya ingin memastikan.”
Ia masih asik menatap Amira yang terlihat sesekali membuang muka.“Jangan bertele-tele, apa yang ingin kamu pastika!”
ia beranjak berdiri dari kursi
Lelaki itu meringis lebar,
berjalan mendekati Amira.“Rupanya papa mendidik istrinya ini untuk menjadi wanita yang tegas.”
“Kalau tidak ada yang mau dibicarakan kamu bisa pergi,
ada hal lain yang harus saya kerjakan,
lagipula ini sudah larut.”Lelaki itu mengambil cangkir teh dan meminumnya sebelum ia pergi,
bahkan ia menyempatkan diri untuk duduk sebentar menghabiskan teh itu.“Kalau begitu saya permisi, sampaikan salam saya kepada adik-adik saya.”
“Akan saya sampaikan.”
“Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
Ia menghargai Amira sebagai ibu tirinya,
ia pamit dengan mencium punggung tangan Amira, bagaimanapun juga ia merasa harus berterimakasih kepada Amira yang sudah mampu membuat papanya menjadi lebih beruntung sebelum pergi meninggalkan mereka selama-lamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI ABDI NEGARA [COMPLETED✓]
RomanceTentang bagaimana menjadi yang kedua Hadir ku bukan sepenuhnya salah ku, namun bukan berarti itu kebodohan dia. Begitu cara wanita itu menaklukan omongan orang. Aku menjadi sosok yang kedua, menjadi alasan untuk sosok seorang Serda menemukan tempat...