CHAPTER {24} KECANGGUNGAN

166 32 13
                                    

Original Soundtrack
Billie Elish - Everything I Wanted

••••

"Gua sayang sama lu Mel. Gua cinta sama lu Mel."

Sontak tubuh Melody menegang. Apa ia tidak salah dengar apa yang dikatakan Kala barusan?

Apa ini semacam pengungkapan? Atau hal lain? Melody tidak boleh senang dulu, Melody tidak boleh terbawa suasana. Melody harus bersikap biasa aja, bersikap tenang seolah menulikan apa yang dikatakan Kala. Mungkin Kala salah ngomong.

Merasa canggung lantaran berada di area sekolah, Melody melepaskan pelukan Kala.

"Kal?"

Mata Kala menatap hangat manik mata Melody. "Heem?"

"Maksud lu ngomong ini tadi ke gua apa?"

Kala diam, masih enggan menjawab. Mata Kala justru memandang ke arah lain, seakan menghindari pandangan Melody.

"Kala?" Melody memanggil nama Kala lembut.

"Ehm. Mel lu laper kan? Tunggu bentar ya gue beliin makanan buat lu," ujar Kala mengalihkan topik pembicaraan.

"Kala."

"Lu harus istirahat dulu. Keadaan lu juga masih lemes. Lu tiduran sambil nungguin gua beli makanan. Oke," ujar Kala pada Melody.

Melody lebih milih menghela napas dan patuh untuk istirahat. Kala senyum manis, ia izin keluar sebentar untuk membeli makanan.

Sementara Melody masih memikirkan ucapan Kala. Melody tahu Kala menghindari arah pembicaraan tersebut. Kala penuh teka-teki.

****

Mendengar ungkapan Kala ke Melody tadi, membuat Gio mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam UKS. Ada rasa kesal dan dengki pada dirinya. Daripada suasana hatinya bertambah hancur, Gio berbalik arah, ia lebih memilih pergi. Dan tujuannya saat ini adalah taman belakang sekolah. Sepertinya taman cocok buat menenangkan pikirannya.

Gio duduk menyender di kursi taman berwarna putih sambil memejamkan mata. Kedua tangannya di masukkan ke dalam saku celana olahraga. Wajah orientalnya yang terluka akibat pukulan keras Kala kebias oleh sinar matahari. Walaupun begitu, paras tampan dari seorang Gio masih kelihat.

"Gue suka sama lo Mel."

"Gio?"

"Gue serius jatuh cinta sama lo. Entah? Gue gak tahu dari kapan perasaan ini muncul. Yang jelas rasa ini ada ketika pertama kali kita ketemu. Pertama kali gue kenal lo."

"Tapi Gi, maaf gue gak bisa. Selama ini gue nganggep hubungan kita itu cuman temen kayak lainnya. Sama kayak ke Nindy, Viona, Raka, Aldo. Gue gak ngerti kalau ternyata lo anggep semua ini lebih."

Gio mengangguk paham ada senyum miris di bibirnya. "Gue aja yang salah persepsi Mel. Perasaan hadir karena kita terbiasa selalu bersama."

"Sekali lagi maaf Gi."

"Lo jangan merasa bersalah gitu Mel. Gue gak enak dengernya."

Melody tersenyum. "Gue tahu perasaan gak akan secepat itu buat hilang. Tapi gue yakin lo bisa kok. Lambat laun perasaan yang lo miliki bakalan terbiasa buat beradaptasi."

Gio tertawa hampa. "Jadi gue di tolak ya?"

"Gio?"

"Gak masalah Mel. Lagian gue lega bisa ngungkapin semua perasaan ini. Daripada gue pendam terus. Kalau gini kan gue jadi tahu jawaban lo apa."

Zona Sahabat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang